Mohon tunggu...
Penny Lumbanraja
Penny Lumbanraja Mohon Tunggu... Lainnya - A girl who love vegetables and fruits. Bataknese.

Warga biasa yang belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pandemi

31 Mei 2020   16:45 Diperbarui: 1 Juni 2020   15:47 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarak ajar bagai hujan enggan berhenti
Tetes air mata pertiwi tak kunjung terhenti
Menatap tubuh kian jatuh tak bernyawa
Menangisi  daging kehilangan roh dan jiwa


Cahaya bak memburam
Asa kian aram temaram
Dia bahaduri gagah turut menjadi korban
Dia bertahan lihai menuntun kesembuhan


Namun ketakutan menggiring semangat hampir patah
Namun kecemasan berbaur bekat hati kian memarah
Bagai bumi langit lelungit terkena tulah
Karena manusia tak lagi mengenal salah


Sampai kapan bumi berperang melawan keegoisan
Sampai kapan tanah selesai menampung kematian
Berjalan kian kesana kemari dipenuhi ketakutan
Bersembunyi sebentar menjauhi kecurigaan


Kala itu, pandemi ini seperti hanya guyonan
Kala itu, pandemi ini bagai suatu lawakan
Tetiba kini, berjuta umat bagai tawanan
Tetiba kini, sejuta juita menjadi korban


Senyuman ujung telinga ke ujung telinga kian memudar
Girangan nan elok yang mengudara seakan jatuh terpapar
Kalakian semua umat tetap waspada
Kecah kini kian berangsur tak berada

Sumatera Utara, 31 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun