Di saat menunggu itulah aku bertemu peri berwajah anjing. Ia menawarkanku kemudahan. Aku mengira ia calo. Aku menolak karena tak bisa membayar. Ia mengatakan ia hanya ingin membalas budi padaku sebab aku pernah menolongnya saat ia akan dikuliti oleh Kang Dogol, pemburu anjing liar yang tinggal dekat tepi kali. Aku membebaskannya sebagai sesama hewan, tapi sayang ia tercebur ke kali yang tengah meluap. Aku tak tahu lagi kisah hidupnya.
Ia mengantarku langsung ke hadapan hakim pengadilan hewan. Sang hakim memutuskan aku masih harus kembali ke dunia, belum bisa menginjak surga. Ya, seluruh hewan konon akan dimasukan ke surga oleh Tuhan. Apalahi aku seekor kucing. Baiklah, aku menerima putusan itu. Tetapi aku tak menyangka sang hakim akan memutuskan ku kembali ke dunia sebagai manusia.
Sial!
*
Sembilan bulan sepuluh hari di dalam rahim manusia. Terasa sumpek dan lama, aku tak betah. Akhirnya hari ini tiba juga. Hari kelahiranku sebagai manusia.
Dan terasa sudah 30 tahun aku menjalani hidupku sebagai manusia. Kau tahu, aku masih mengingat masa-masaku menjadi seekor kucing. Ini hal yang tak biasa. Biasanya setelah mengalami yang dikatakan orang sebagai reinkarnasi, orang akan lupa dengan kehidupan di masa lalunya. Aku ingat hal itu, tetapi aku sembunyikan. Yang tak kusembunyikan adalah aku senang berbicara dengan kucing, dan aku mengerti bahasa mereka. Sesuatu hal yang tak jarang dipandang aneh oleh orang lain. Tetapi tak mengapa.
Hal buruk yang kualami sepanjang menjadi manusia adalah cintaku selalu ditolak oleh para gadis. Aku tahu penyebabnya, ini adalah balasan dari sikapku saat menjadi kucing jagoan di Blok B.
Hingga suatu saat aku bertemu Marni. Ia gadis tuna netra penjual rokok yang tinggal di gubuk reot dekat pintu air. Sekali waktu aku ke rumahnya. Saat itu aku disuruh ibu memanggil tukang pijat. Selain penjual rokok, Marni juga ahli memijat. Saat pulang mengantarnya, aku berbincang dengannya. Ia mengaku dulunya adalah seekor kucing. Hal yang mengejutkanku. Tapi harusnya aku tak terkejut karena di gubuknya banyak sekali kucing dan ia sering berbicara dengan kucing-kucingnya. Ia mengatakan dulunya adalah seekor kucing betina yang ditinggal mati pejantannya. Ia mati sama seperti pejantannya, tertabrak. Di pengadilan hewan sebenarnya ia sudah dimasukan ke dalam surga. Tetapi ia menolak dan memilih kembali ke dunia menjadi manusia ketika ia mengetahui pejantannya dijebloskan ke dunia manusia. Bodoh! Ucapku dalam hati. Kau tahu apa yang ia katakan setelahnya? Pejantannya itu adalah jagoan dari Blok B. Aku menelan ludah. Saat itu aku memutuskan mencintai Marni.
Jelas hal itu tak disukai ibuku. Tapi tak apa, hal ini terjadi pun karena ayah dan ibuku. Kau tahu, aku pernah membaca diary milik ibuku. Di sana ia menulis, setelah ia menonton bioskop bersama pacarnya (ayahku), mereka berhenti sejenak di jalan dekat Blok B perumahan yang masih sepi. Melepas birahi yang semenjak di bioskop mereka tahan. Di jalan itu, pacarnya (ayahku) menyemprotkan benihnya ke rahimnya. Dan dalam perjalanan pulang, mereka menyesali hal itu dan bertengkar. Di tengah pertengkaran mereka lalai tak memperhatikan jalan dan menabrakku.
Begitulah ceritaku. Seperti yang kukatakan di awal, aku tak memintamu mempercayai ceritaku. Tetapi berhati-hatilah di jalan, kau tak tahu peristiwa apa yang akan terjadi mengikuti peristiwa sebelumnya.
***