Mohon tunggu...
Catur Indrawan
Catur Indrawan Mohon Tunggu... Freelancer -

Kekasihnya Senja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Mereka di Hatiku (part 4)

13 September 2011   23:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:59 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beranjak dari meja kerja bu Dina dengan wajah sumringah, ku buka dan ku tutup kembali pintu ruangan yang memisahkan antara bos dan anak buah. Kreeek...


"Abi, gimana?? Kamu dapet SP ya...", rupa-rupanya Rei, gadis manis tengah gusar menungguku di luar ruangan bu Dina.


"Tenang, tenang Rei. Semuanya baikbaik aja kok.", aku mencoba meredakan kegusaran Rei dengan disertai senyuman manis.


"Bagaimana bisa tenang, kalau kamu dipecat tandem kerjaku yang bisa aku perolok siapa lagi coba, jadi apa kata bu Dina?", desak Rei.


"Ngga ada yang diSP ataupun yang dipecat, jadi kau tenang saja. Aku tetap jadi patner kerjamu yang tampan.", sambil kucolek dagu Rei dan bergegas menuju meja kerjaku.


"Huh! Menyebalkan. Gak tau apa kalau dikhawatirin.", gerutu Rei.


***


"Hei, kawan gimana tadi. Tante Dina ngomong apa dia, ngajak loe kencan ya?", Doni Simanjuntak staf marketing rupa-rupanya sudah menunggu di meja kerjaku.


"Sial loe Don!", sambil menarik salahsatu kursi untuk duduk, sebab kursiku dipakai Doni.


"Ya habisnya wajah loe itu kelihatan seneng banget sih sehabis keluar dari ruangan bu Dina. Dapet pelayanan ekstra ya Bi.", Doni menggodaku.


"Apa sih, ngawur loe Don ah.", kataku sambil menggerakan mouse untuk merampungkan pekerjaan yang tadi tertunda.


"Hahaha... By the way tadi Rei kelihatan cemas banget tuh saat loe masuk ruangan bu Dina, takut kalah bersaing kali."


Ku hentikan cursor mouse lalu,"ih loe tuh bawel banget sih Don, kerjaan loe dah beres?"


"Weiit udah dong... Sabar om, hmm... Loe tau gak, Rei tuh suka sama loe. Dari mata saat ngeliat loe tuh beda. Ada warna cinta." Doni berkata sambil menggerakan tangan seolah peramal.


"Anjriitt... Loe, kesini cuma mau ngerumpi. Ih eyke lagi banyak PR cynn...", kataku sembari berpose banci kaleng.


"yeee, beneran sob. Bukan gosip tadi gw denger sendiri saat dia ngobrol sama Sari. Loe suka juga kan? Apa coba kurangnya Rei, tajir, cantik, pinter, seksi lagi beuuuh."


Dan tiba-tiba, "Heh! Apa kalian? Ngomongin gw ya?", tanya Rei, mengagetkan kami.


"Ngga Rei, bukan aku. Tau tuh Doni." kataku sambil menatap lcd komputer di hadapku.


"Uh Doni," rei, sambil melirik sinis ke arah Doni. "Abi, nanti makan siang bareng aku yah. Maukan?" tanya Rei, dengan wajah mengharap jawaban yang diinginkan.


"Gak ikut-ikutan, Gak ikut-ikutan." ejek Doni sambil berlalu di antara aku dan Rei yang terdiam.


"Hmm... Insyaallah ya, kalau kerjaanku sudah selesai."


"Ya pokoknya harus secepatnya dong, kalau ngga aku akan di kantor nemenin kamu aja."


"Iya, iya,...", ucapku disertai senyum


Rei pun membalasnya dengan senyuman, "sampai nanti Abi, ehm selamat bekerja.", dan Rei berlalu dari hadapanku.


***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun