Mohon tunggu...
Kurniawan Adi Santoso
Kurniawan Adi Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi Pendidikan, Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaran Kepang dan Pengamen Jalanan

15 Februari 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1360917748188530639

Sesuai namanya, Jaran Kepang artinya kuda-kudaan dari kepangan bambu. Dalam pertunjukkan penari bakal terus menunggang kuda tersebut dan bertingkah seolah-olah si jaran kepang hidup. Awalnya semua menari teratur dan bergoyang seperti kuda mengikuti ritme musik. Setelah beberapa saat, mendadak penari  kesurupan dan mulai seperti kerasukan kuda. Mereka berlari, melompat, dan berperilaku sama dengan kuda. Begitulah singkat cerita kesenian ini.

Sekarang kesenian jaran kepang tak nampak rupa sebagai hiburan rakyat lagi. Dengar-dengar banyak grup kesenian jaran kepang terpaksa bubar. Ya mau gimana lagi, wong tidak ada yang mau nanggap kesenian ini. Dan tongkat estafet itu kemudian di pegang pengamen jalanan. Mereka yang masih cinta dengan kesenian ini kerap memainkan jaran kepang sebagai lahan mencari uang. Tak jarang aksinya ini hanya bisa memperoleh imbalan uang recehan. Siapa yang mau peduli “pengamen”. Sungguh tragis nasib keduanya. Jaran kepang dan pengamen jalanan.

Saya sendiri berpendapat bahwa pengamen tersebut pantas disebut pahlawan. Mengapa? Mereka telah memperjuangkan kesenian khas asli Indonesia yang terseok-seok mencari penghidupan di negerinya sendiri. Karena seharusnya kesenian tersebut muncul dan tercipta sebab kerinduan akan penghiburan dari warga masyarakat, bukan untuk mencari uang. Coba kita merenung sejenak. Mengapa Malaysia berkali-kali mengakui budaya kita sebagai budayanya? Itu akibat kita lalai merawat budaya sendiri. Masih untung ada pengamen yang bersedia merawat dan terus membangun memori kolektif akan kesenian tersebut. Patutnya kita berterima kasih kepada mereka.

Saya juga berharap pemerintah mau turun tangan dalam hal ini. Setidaknya ada penghargaan kepada pengamen jalanan tersebut. Itu harga yang pantas mereka dapatkan karena telah mendedikasikan seni sebagai jalan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun