Berbagi pengalaman pulang dengan penerbangan malam Garuda Indonesia dari Osaka. Sekedar menambah informasi dari tulisan2 sebelumnya yang sudah pernah diposting di grup ini. Mohon maaf kalau kepanjangan atau pernah diulas.
  Di Jepang, KIX Osaka. 14 juni 2020
Tiba jam 8 malam kurang. Hanya restoran Sukiya yang buka di lantai 1. Suasana di area keberangkatan lt.4 gelap. Hanya counter check-in Garuda yang buka pd malam 14 Juni itu. Setelah menunjukkan dokumen2, laporan barang checked baggage, isi bbrp dokumen, kelar.
Lewati security check, pengecekan zairyuu card, paspor, trus ke ruang tunggu. 1 toko duty free dan 1 toko omiyage masih buka.
Di Pesawat. Keramahan awak kabin memang top. Penerapan physical distancing, sayangnya kurang tegas. Masih bisa duduk bersebelahan dengan orang lain di dalam suatu ruangan yang sama. Makanan dan minuman lancar mengalir.
Di pesawat diberikan kertas kuning health card dan form deklarasi bea cukai.
Di Jakarta, 15 Juni 2020
 Di Bandara
Tiba sekitar jam 3.30 pagi. Turun pesawat pengiriman dari Jepang ke Indonesia ini harus lewati imigrasi, trus disambut dengan tes rapid. (Suasananya sama seperti di postingan sebelumnya). Yg punya hasil pcr swab dari Jepang, pergi ke meja khusus di paling ujung dan bisa langsung pulang. Di booth test rapid dijelaskan ttg pilihan tempat karantina (utk yg hasil rapid test negatif), apakah mau di wisma atlet atau hotel2. Staf medisnya tidak bisa menjelaskan detail harganya. Saran saya, bila ingin tinggal di hotel, baiknya hubungi hotel2 tsebut via email atau cara lainnya sblum ke indonesia. (Daftar hotel ada di foto).
Kelar tes rapid covid, keluar ambil koper2 bawaan, melewati bbrp prtugas (tni, bea cukai).
Kemudian masuk ke bus. Sudah disetting tiap bus isinya 21 orang. Sblum jalan, 2 staf garuda ngecek penumpang2 yg harusnya transit, dan menginfokan nomor call center garuda utk rescheduling. Tiba jam 6 kurang di Wisma Karantina Pademangan.
Di Wisma Karantina, 15 Juni 2020
- Begitu tiba, registrasi untuk pertama kali. Diberlakukan sistem grup 21 orang. Cukup koordinator yang akan mengambil hasil tes pcr pada lusa. Saran saya utk yg tiba pagi2, bhub susah atau gak kpkiran nyari sim card pagi2 itu, stiap anggota grup sbaiknya kasih nmr whatsapp ke koord agar dimasukkan grup whatsapp utk update info apapun. Kebetulan sebelumnya juga pernah beli tanaman sih. Tim tni akan ngebriefing kita, trus  kami disemprot disinfektan, trus lanjut ke tim medis di ruang dalam.
-Di booth tim medis, per 3 orang akan dibriefing.
Bagi yg memilih hotel, akan dibriefing bareng dgn org lainnya yg memilih di hotel. Sebutkan nama dan pekerjaan anda, meski gak ditanya tim medis. Karena nama dan profesi akan ditulis di surat jalan, sebisa mungkin jangan ada salah. Info harga hotel gak dijelaskan dan gak ada brosurnya yaa.
-Ada 3 tower di komplek wisma ini. Tower 10 isinya 1 money changer, 1 travel agent, dan loket pengambilan hasil pcr. Tower 9 adalah tower utk registrasi, test swab pcr dan tempat tinggal utk perempuan dan keluarga. Tower 8, khusus laki2.
-Utk sim card, sejak tiba di bandara hingga di dalam wisma karantina akan ada banyak penawaran dgn harga serupa. Yg paling saya ingat, simpati 5 Gb 100 ribu.
-Kalau gak punya uang rupiah, bisa tuker di money changer. Kurs pas hari Senin, 14 Juni itu, 1 yen 120 rupiah.
-Bhub tes pcr setiap hari jam 8 pagi, dan rombongan kami tiba jam 6, selisih jaraknya singkat. Jadi baik yg memilih hotel atau wisma atlet, dites swab pcr dulu, stlah tes, yg milih tinggal di hotel, dipersilahkan ke hotel katanya.
-Apes pada Senin, 15 Juni 2020 itu, yg mau dites swab banyak banget. Krn smua org dibilangin tes jam 8, hasilnya ratusan org datang jam 8. Susah physical distancing. Krn kelamaan antri, banyak yg gatal ingin ngumpul dan ngerumpi ngegosip. Seandainya diterapkan sistem timing spt di USJ atau Disneysea, mungkin tidak perlu berjubel2 antri. Situasi pd hari itu mungkin istimewa, krn pada hari lainnya lebih sepi. Saya intip pada hari kamis 18 Juni, antrian tes pcrnya tidak separah hari Senin itu.
-Hasil tes keluar pada Rabu, 17 Juni. 2 hari sesudah tes swab. Saat pagi 10 orang keluar hasilnya, saat sore, 5 orang keluar hasil. Jadi tidak keluar berbarengan. Bentuk hasil yg saya terima dari koordinator grup tanaman adalah surat jalan dgn keterangan hasil tes pcr.
-Ada risiko infeksi selama berhari2 menunggu hasil tes itu. Saya di tower 8. Ada 19 lantai di tower ini. 1 lantai 36 kamar (tidak semua kamar terisi sih), lift hanya 2. Makanan tidak dibagikan ke tiap lantai, jd saat jam pembagian makan, lift hampir selalu full. Pesan2 physical distancing yg ditempel gak ada gunanya . Saya turun lift agak ditelat2in, sejam stlah pengumuman pembagian nasi kotak. Spy gak kejebak beramai2 di lift.
-Pengumuman2 didengungkan di speaker lorong. Entah pengumuman makan ataupun pengumuman akan evakuasi org yg hasil testnya positif.
-tinggal 4 hari 3 malam, tidak ada kunci kamar, nanya ke prajurit katanya tidak ada. Baru di hari terakhir dikasihtau petugas maintenance gedung saat sensus pagi, kalau ada kunci kamar dan bisa diminta. Barang2 amenities pribadi yg sebaiknya ada saat dikarantina, sudah dijelaskan di postingan2 sebelumnya.
-Sensus isi kamar 2x tiap hari. Malam oleh tni, pagi oleh petugas maintanence gedung. Dan gak ada koordinasi meski pertanyaannya kurang lebih sama.
-Makanan oke. Ada di video2 postingan sebelumnya
-Jangan lengah dan lelah jaga diri sendiri. Kalau kluar kamar musti pakai masker. musti stok bahan bacaan atau tontonan agar bisa berlama2 di kamar. Tetap jaga physical distancing di komplek wisma.
-Pulang 18 Juni, di pintu keluar, tunjukkan surat jalan, ditanya pulang naik apa. Dan kalau dijemput, sebutkan nama pengemudinya.
Stlah pulang, seperti anjuran di surat jalan, karantina / isolasi mandiri slm 2 minggu di rumah.
Saya sertakan bbrp foto dr sana.
Semoga tambahannya berguna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H