Sore itu, pak Jendral yang tidak mau disebutkan namanya sedang keliling istana negara sambil membawa anjingnya. Sorotan senja di sore hari menambah keriangan sang jendral bersama anjing. Sesekali jendral yang sekarang mengemban amanah di pemerintahan melemparkan bola yang kemudian dikejar oleh anjingnya. “Alan, ambil bola itu” perintah sang jendral. Dasar anjing yang memang suka bermain tanpa perintahpun anjing itu akan berlari mengambil bola.
Lain halnya dengan alan anjing peliharaan Jendral, ada wartawan asing bernama Allan juga, Allan Nairn tepatnya. Allan Nairn mengklaim diri sebagai wartawan investigasi yang berasal dari Amerika Serikat. Sebagai seorang wartawan investigasi karyanya sangat sedikit dan mayoritas tidak bisa dipertanggung jawabkan karena klaim sepihak.
Salah satu tulisan tidak bertanggung jawabnya diantaranya menurut Allan Nairn yang melakukan investigasi pada tahun 2010 mengatakan ada beberapa aktivis partai lokal Aceh yang menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh oknum anggota Kopassus TNI AD atas perintah petinggi dari Jakarta.
Apa yang dikatakan Allan Nairn hanyalah klaim sepihak dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Mengapa? Karena sejak ahir tahun 2005 dan sejak tahun 2006 tidak ada lagi pasukan termasuk Kopassus dan TNI AD yang bertugas di wilayah Aceh. Jadi sangat tidak mungkin jika mengatakan TNI membunuh aktivis pada tahun 2009 ataupun 2010.
Sebagai seorang wartawan, Allan Nairn dipertanyakan kredibelitasnya. Mengapa? Tulisan-tulisannya muncul saat ada momen tertentu seperti pemilu. Mulai dari 2009 menyudutkan TNI, kemudian 2014 muncul lagi menyerang Prabowo yang juga mantan Pangkostrad TNI, dan sekarang di momen Pilakda DKI muncul kembali.
Pertanyaannya, sebagai seorang wartawan mengapa hanya menulis saat ada momen Pemilu? Apa Allan Nairn murni menulis investigasi atau menulis investigasi sesuai pesanan. Maka jangan salahkan jika Allan Nairn derajatnya sama dengan wartawan bodrex yang mencari untung dari tulisannya. Bukan fakta dan data yang disajikan, tapi asal si pemesan senang maka dapat bayaran.
Dalam tulisan barunya sejumlah nama terang-terangan disebutkan. Mereka adalah Fadli Zon, Hary Tanoe, Rizieq Syihab, Munarman, dan Kivlan Zein. Allan Nairn membahas keterkaitan antara kejadian-kejadian politik seputar Pilgub Jakarta 2017 ini dengan ISIS, Donald Trump, serta remcana untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
Padahal, isu terkait pembentukan ISIS misalnya sudah secara terang-terangan, Hillary Clinton dan Barrack Obama pernah menyatakan bahwa pihaknya lah yang selama ini mendanai ISIS. Dan yang mengejutkan lagi, Donald Trump berani bicara blak-balkan di depan umum. Obama and Clinton is Founder of ISIS , katanya.
Jadi sangat jelas klaim sepihak Allan Nairn yang menyatakan Ahok hanyalah dalih untuk makar sangat tidak beralasan, sama dengan tulisan-tulisan dia sebelumnya. Dia hanya ingin mengalihkan fokus publik supaya tidak lagi mengawal sidang Ahok yang sudah memasuki agenda pembacaan tuntutan. Padahal pembacaan tuntutan merupakan salah satu yang terpenting dalam persidangan. Hal itu terbukti, Jaksa hanya menuntut satu tahun penjara dengan percobaan masa hukuman 2 tahun.
Mayarakat harus segera sadar dan kembali mengawal sidang Ahok supaya penegakan hukum berjalan maksimal seadil-adilnya. Ahok memang di untungkan karena pimpinan tertinggi di kejaksaan adalah HM Prasetyo merupakan kader Nasdem binaan Surya Paloh.
Maka sangat wajar jika kemudian Jaksa hanya menuntut 1 tahun penjara. Lihat saja orang-orang di kejaksaan maka anda akan mendapatkan alasannya. Ketika aparat hukum sudah tidak bisa andalkan maka masyarakat harus kompak dan sigap mendukung pengadilan yang saat ini merupakan pilar terahir untuk menegakan hukum setelah Kejaksaan dimasuki para politisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H