Mohon tunggu...
Humaniora

Langkah Kebenaran Menuju Alam Cahaya Tertinggi

27 November 2016   21:03 Diperbarui: 13 Desember 2016   23:17 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia diberikan akal pikir, agar secara fisik dapat belajar dan memperoleh pengetahuan dari alam, lingkungan dan manusia lainnya, dalam rangka mencapai keberhasilan hidup di dunia.

Yang Mahakuasa pun memberikan nurani, agar manusia itu dapat memperoleh pula pengetahuan untuk kehidupannya di akhirat.
Apabila seorang manusia dapat menggabungkan ke-mampuan fisik berupa akal pikir, dengan batin berupa nurani, maka dirinya akan tampil menjadi manusia sempurna yang akan memperoleh keberhasilan dan kemuliaan hidup, dunia akhirat. Tetapi, fenomena yang terjadi adalah, jangankan untuk mencapai kesempurnaan dunia akhirat, untuk mencapai kemuliaan di dunia saja, manusia itu tidak mampu. Akal pikir mereka dimatisurikan oleh nafsu yang berlebihan dan keinginan yang tidak terkontrol terhadap sesuatu yang sebenarnya di luar kemampuan mereka.

Tuhan Yang Mahakuasa tidak pernah pilih kasih dalam memberikan rezeki dan nikmat kepada setiap makhluk-Nya. Kalaupun kenyataan yang ada memperlihatkan, ada sebagian manusia yang berhasil dan ada yang tidak, itu pun merupakan bukti dari adanya keadilan dan keseimbangan dari Yang Mahakuasa. Karena, apabila ditarik sebuah benang merah antara kehidupan manusia saat itu dengan kehidupan sebelumnya, maka akan ditemukan sebuah pengetahuan mengenai alasan dan penyebab keberadaan mereka saat ini.

Bila Yang Mahakuasa menghendaki, bahwa semua manusia akan berhasil, kaya raya, maka hal itu adalah merupakan hal yang mudah. Tetapi, apabila kehidupan di dunia, semua manusia sempurna dan tanpa kekurangan, justru akan menyebabkan kesengsaraan pula bagi manusia-manusia itu, karena tidak berfungsinya hukum keseimbangan dan keadilan yang semestinya ada. 

Sebagai permisalan, apabila seorang manusia memiliki harta kekayaan melimpah, maka tidak ada satu manusia pun yang hendak bersusah payah menyiapkan pangan, merawat ternak, bekerja dan melakukan kegiatan apa pun, yang lambat laun justru akan menyebabkan musnahnya manusia dari dunia.

Manusia memerlukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya yang berupa pangan, sandang dan tempat tinggal. Yang untuk mendapatkannya, memerlukan bantuan dari manusia lain. 

Semua manusia bisa saja menjadi kaya, memiliki harta melimpah, tetapi apa gunanya bila tidak ada sesuatu yang didapatkannya untuk makan, minum ataupun memenuhi kebutuhan lainnya. Yang terjadi kemudian, justru penderitaan dan kesengsaraan bagi semua manusia itu. Disanalah terlihat betapa peran penting dari hukum keseimbangan dan keadilan, harus tetap berjalan. 

Seorang manusia yang memiliki akal pikir, seharusnya dapat memahami akan pentingnya hukum keseimbangan itu, sehingga masing-masing dapat memainkan peranan di dunia sebaik mungkin. Karena mereka akan menyadari, bahwa antara manusia yang satu dengan manusia lainnya saling membutuhkan, siapa pun dirinya, tanpa terkecuali.

Demikian pula yang terjadi dalam kehidupan batin seorang manusia. Jika Yang Mahakuasa menghendaki, maka berimanlah semua manusia itu, tanpa terkecuali. Dan itu akan terjadi dalam waktu sekejap saja, karena tiada yang mustahil bagi Pemilik Alam Semesta. Tetapi, manusia yang terjadi pada saat ini, tergolong ke dalam beberapa bagian kepercayaan yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya.

Golongan-golongan yang disebut sebagai agama tertentu. Istilah atau sebutan yang berbeda, yang ada dalam setiap agama, sebenarnya merupakan sesuatu yang bersifat fisik saja dan bukan merupakan suatu barometer bagi kesempurnaan manusia di dalamnya.

Agama dapat diartikan sebagai suatu wadah yang diharapkan mempertemukan dan menyatukan manusia-manusia dalam rangka mencapai kehidupan di akhirat dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun