Sebuah blog adalah sebuah ruang pemikiran dan pengetahuan. Ia ada mengisi relung makna manusia yang haus informasi dan pengetahuan. Tulisan yang mengisi lalu lintas blog menjadi cara penuangan hiruk pikuk pikiran blogger. Melalui hasil olah pikir dan olah rasa yang ditulis dalam blog, tulisan dapat menjadi sumber manfaat, atau bahkan sebaliknya, sumber mudharat.
Ada kemungkinan bahwa halaman What’s New pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Anderson pada tahun 1993 menjadi cikal bakal blog yang pertama kali dibuat. Justin Hall pada bulan Januari 1994 memulai website pribadinya “Justin’s Home Page” yang selanjutnya berubah menjadi “Links from the Underground”, yang disebut-sebut sebagai blog yang pertama kali dibuat.
Istilah blog pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997 untuk menyebut kependekan dari Weblog. Weblog digunakan untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara terus-menerus dan berisi link-link ke website lain, yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri. Blog cenderung diisi dengan suatu hal pribadi yang mencerminkan ide dan keinginan para blogger, si pemilik sekaligus penulis blog. Maka dari itu, blog dinilai sebagai suatu hal yang personal.
Sebagai suatu media yang bersifat personal, jangkauan ide tulisan yang ada dalam blog sangat luas. Sebuah ide dari pemilik blog menentukan jenis tulisan yang akan mengisi blognya. Ide-ide yang ada bisa sangat variatif. Keluasan jangkauan ide tulisan ini dapat dikorelasikan dengan kuantitas penggunanya. Hal tersebut menjadi konsekuensi logis peningkatan aktivitas blogging dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja platform blog berupa tumblr. Selama kurun waktu kurang lebih 6 tahun, tumblr sudah memiliki pengguna sebanyak 332,8 juta hingga bulan Januari 2017, meningkat 19 kali lipat dari data pengguna blog ini sejak bulan Mei 2011. Belum platform blog yang lain seperti wordpress dan blogspot, ditambah beberapa platform blog yang dimiliki oleh media massa online di Indonesia seperti kompasiana dan indonesiana (tempo.co).
Keinginan pemilik blog yang dituangkan dalam blognya juga menjadi cikal bakal isi blog yang ditulisnya. Keinginan personal adalah sebuah modal untuk pembentukan karakter untuk sebuah blog. Sebuah keinginan yang akan menorehkan warna untuk blog pribadinya. Juga, sebuah blog berpotensi besar menyumbang proses peradaban di era digital seperti sekarang ini. Sebuah saksi bisu dan pengantar sebuah peradaban. Ide dan keinginan yang dituangkan dalam bentuk coretan hitam di atas template blog tersebut mengandung tema tertentu untuk membuat lalu lintas pengunjung di blog yang mereka kelola menjadi padat.
Sampai saat ini, peran blog sudah membumi bagi para blogger dan pembacanya. Kepadatan traffic aktivitas dalam blog menjadi salah satu parameter yang digunakan bagi para pengiklan untuk nebeng tampil dalam blog tersebut. Dan tentu, endingnya adalah pundi-pundi mata uang dari para pengiklan untuk pemilik blog. Tidak hanya itu.
Sebuah tulisan tentang curahan pengalaman tertentu dari pemilik blog, secara psikologis dapat membuat si empunya blog menjadi lebih segar. Dan terakhir, informasi adalah kata benda mainstream yang akan orang dapatkan dari sebuah blog. Informasi dengan segala isinya, yang entah meracuni, atau menjadi obat serta madu bagi para penikmat huruf-huruf yang berbaris dengan rapi di template sebuah blog. Informasi segala hal. Dari informasi tentang cara menaklukkan gebetan yang susah karena beda selera bermusik, cara memperbaiki laptop yang mati akibat dibanting pacar, promosi tempat wisata, hingga konflik dunia yang berdalih agama dan ras tertentu.
Begitu pula dengan dampak yang muncul. Pengaruh yang ditimbulkan karena isi blog dengan jangkauan ide yang luas tersebut juga sangat luas. Juga karena sifatnya yang personal, maka visi misi penulis menjadi pondasi dari isi tulisan yang terpampang di blog. Meskipun seseorang bisa sesuka hati mengisi blognya, namun adalah pilihan manusia untuk kembali mewarnai blognya sendiri. Apakah akan mengisi blognya dengan hal yang bermanfaat untuk orang lain, atau malah sebaliknya. Karena, pilihan untuk melakukan sesuatu atau tidak itulah yang nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa kelak di akhirat. Hal tersebut kembali menjadi bahan evaluasi tentang keinginan yang menjadi dasar ditulisnya tulisan dalam sebuah blog. Sebuah keinginan dalam menulis dalam blog akan menghasilkan tulisan yang lebih berbobot jika mempertimbangkan asas kebutuhan. Kebutuhan bagi diri sendiri, maupun bagi khalayak pembaca yang singgah di blog tersebut.
Sastrawan Pramoedya Ananta Toer pernah merangkai kata-kata menjadi kalimat yang berbunyi,
“Menulis itu bekerja untuk keabadian”.
Dengan menulis, maka seseorang akan terus ada sekalipun jasadnya sudah dipendam tanah. Seseorang yang rajin menulis maka hidupnya akan abadi, tak lekang digerus zaman. Ia senantiasa hidup berkat karya-karyanya. Keabadiannya terletak pada karya-karya tulisannya yang dibaca banyak orang, yang pada akhirnya mengalirkan pahala kebaikan bagi si empunya tulisan.
Hal tersebut senada dengan bagaimana Khalifah Ali bin Abi Thalib mengungkapkan kekuatan sebuah tulisan. Bahwa menulis adalah investasi untuk kehidupan akhirat. Sebagai sebuah investasi, tulisan dapat membuat si penulis rugi atau beruntung di akhirat kelak. Penulis akan rugi jika kemudian tulisannya hanya akan menimbulkan kemudharatan bagi manusia yang lain. Kerugian yang diderita setelah ia meninggal pun juga bisa berlipat-lipat, sebanding dengan kemudharatan yang terjadi akibat coretan hitam tersebut. Berlaku juga sebaliknya. Penulis akan mengalami keberuntungan di akhirat kelak jika tulisannya menimbulkan manfaat untuk khalayak umum. Disinilah pilihan para blogger dipertaruhkan. Mau seenaknya sendiri sesuai keinginan dalam mengisi “rumah” mereka, atau mempertimbangkan asas kebutuhan. Silakan pilih sendiri, teman.
Maka, sebuah hal mendasar patut untuk dipikirkan dalam-dalam sebelum jari-jari menari di atas keyboard komputer untuk mengisi “rumah” bernama blog. Mari bertanya sejenak ke diri sendiri. Mari kembali merenungkan isi yang akan menjadi materi tulisan di blog. Karena blog adalah media yang independen, sudah sepatutnya seseorang membuat standar sendiri untuk materi blognya. Ada Tuhan bersama Malaikat-Nya yang selalu mencatat sebiji dzarrah apapun yang kita keluarkan, dan sebar luaskan.
Kata swaliterasi tulisan menjadi perhatian saya terkait pengisian konten blog yang terkadang hanya berdasarkan “keinginan” pemiliknya. Mari dipikirkan dan direnungkan kembali. Apakah informasi yang akan disampaikan tersebut benar-benar sesuai dengan maksud dari sumber primernya? Pun jika informasi tersebut benar, manfaat atau mudharat kah yang akan muncul setelah info tersebut dibagikan kepada banyak orang? Seberapa jauh pengaruh jangka panjang tulisan yang dibuat?
Apakah tulisan itu dapat memberikan energi bagi para pembacanya untuk melakukan hal positif? Apakah coretan itu dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia, alam, dan Tuhan? Apakah tulisan itu akan membuat manusia menjadi tersesat dalam jalan lurus yang seharusnya dia ikuti? Apakah idenya akan memberikan pemahaman yang baik bagi para pembacanya tentang cara memaknai hidup? Apakah tulisannya mampu menjadikan manusia yang sebelumnya tidak memiliki semangat untuk hidup, kembali menemukan puing-puing semangatnya yang hilang karena tempaan hidup yang semakin mendera?
Apakah tulisannya menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan tertentu? Ataukah sampai menjadi penyulut api permusuhan antar golongan? Jadi, apakah tulisannya dapat membawa menuju kemaslahatan, atau malah sebaliknya, kemudharatan? Literasi di sini, lebih dititkberatkan pada pertanyaan tentang apa, sejauh mana dan mengapa. Sebagai contoh adalah dalam tataran yang lebih spesifik, bahwa apakah tulisan itu malah hanya akan membuat seorang anak kemudian merengek-rengek meminta barang mahal ke orang tua yang setiap hari berjualan asongan di terminal? Atau hanya akan membuat alam terdzolimi karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam yang mereka singgahi?
Sampai saat ini, kata literasi telah mengalami evolusi makna secara luas, tidak melulu pada praktik baca dan tulis saja, namun lebih dari itu. Ada yang memperluas definisi literasi dengan segala hal yang masih memiliki kaitan dengan kebahasaan. Sedangkan definisi yang kompleks dari literasi adalah berpikir kritis, dapat menghitung, memecahkan masalah, cara untuk mencapai tujuan, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan potensi seseorang. Pada tataran individu, daya literasi perseorangan berkontribusi pada daya literasi suatu negara.
Maka dari itu, literasi dapat berpengaruh pada perkembangan suatu bangsa. Ada yang mengatakan kalau tingkat literasi berbanding lurus dengan tingkat kemajuan negaranya. Jika mau berbicara data secara kuantitatif, Indonesia dikategorikan ke dalam negara dengan strata bawah dalam hal literasi diantara negara-negara lain di dunia. Secara spesifik, Central Connecticut State University (CCSU) di United States of America pada tahun 2016 telah menempatkan Indonesia pada peringkat kedua dari bawah diantara 61 negara yang diteliti. Sementara itu, negara Finlandia didaulat sebagai negara dengan tingkat literasi tertinggi. Jika mau dibandingkan dengan data negara maju hingga tahun 2016, Finlandia menduduki negara yang paling maju di dunia pada peringkat ke-10. Delapan dari sepuluh negara dengan tingkat literasi tertinggi didaulat sebagai bagian dari sepuluh besar negara maju di dunia pada tahun 2016. Kedelapan negara tersebut adalah Finlandia, Norwegia, Islandia, Belanda, Denmark, Swedia, Swiss, dan Jerman.
Peringkat ini mengindikasikan bahwa tingkah laku literasi di Indonesia merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal tersebut berkaitan dengan keberhasilan individu dan bangsa dalam perekonomian yang berdasarkan pengetahuan untuk menggambarkan masa depan global. Akibat tingkat literasi yang rendah dapat berdampak pada kondisi sosial masyarakat yang cenderung “jorok”, pemikiran dan makanan yang tidak terpelihara dengan baik, suka bertindak dengan kekerasan, penindasan hak asasi dan martabat manusia, serta tindakan yang cenderung brutal dan kasar. Sebuah literasi yang menjadi modal beretika, sebagai titik permulaan peradaban yang lebih baik.
Tidak berlebihan jika saya memaknai sebuah tulisan dalam blog dikategorikan sebagai pembentuk peradaban. Tingkat akses blog itu sendiri yang tinggi oleh dan untuk khalayak luas menjadi alasan mengapa sebuah blog bisa menjadi pembentuk peradaban. Ditambah dengan kemudahan akses internet yang mengiringinya, sebuah blog dapat menjadi panduan hidup bagi masyarakat dari hal yang remeh temeh hingga hal yang membuat dahi berkerut. Maka, tulisan dapat berperan juga sebagai saksi bisu kemajuan dan kemunduran peradaban secara spasial dan temporal. Sebuah penghubung antar zaman dan peradaban yang dapat menentukan, mau dibawa kemana perjalanan sebuah bangsa.
Anak cucu kita menjadi generasi yang menentukan masa depan bangsa dan negara. Tentu kita tidak ingin anak cucu kita di masa depan menjadi korban atas tulisan kita di masa kini.
Referensi :
http://www.kompasiana.com/harisusanto/pengertian-dan-sejarah-blog_55006e3ba33311fb6f510fd6
https://www.statista.com/statistics/256235/total-cumulative-number-of-tumblr-blogs/
www.thejakartapost.com/news/2016/03/12/indonesia-second-least-literate-61-nations.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H