Mohon tunggu...
Eka Oktaviani
Eka Oktaviani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wimcycle Sepedaku : Sebuah Kontemplasi Keinginan Diri

25 Maret 2016   17:05 Diperbarui: 25 Maret 2016   22:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan kedua kaki sebagai pendorong agar terus mengayuh

Hidup adalah seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbanganmu, engkau harus tetap bergerak. –Albert Einstein-

 

Albert Einstein dikenal sebagai ilmuwan fisika teoritis yang terkenal karena beberapa teori fisika. Salah satu teori fisika milik Einstein adalah teori relativitas yang menjadi inspirasi untuk produksi film bergenre science-fiction, Interstellar yang disutradai oleh Christopher Nolan  dan rilis pada tahun 2014. Einstein lahir pada tahun 1879 di Jerman. Di tempat yang sama sebelumnya pada tahun 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn telah dicatat sebagai penemu sepeda kuno pioner. Adalah velocipede, yang digunakan sebagai istilah yang merujuk pada hasil rancang bangun kendaraan roda dua baik yang terbuat dari kayu maupun besi. 

Menurut catatan Ensiklopedia Columbia, kata velocipede sudah digunakan oleh masyarakat Perancis pada semenjak abad ke-18. Sepeda pioner tersebut menjadi terkenal baik di Inggris maupun Perancis. Selanjutnya, dengan istilah yang berbeda di setiap negara seperti draisine (di Jerman dan Inggris), draisienne dan vélocipède (Perancis), dandy horse (atau yang terkenal disebut sebagai hobby horse). Penemuan sepeda Karls Davis ini menjadi cikal bakal penemuan sepeda selanjutnya oleh para penemu lain seperti Kirkpatrick MacMillan, Ernest Michaux dan Pierre Lallement. Penemu-penemu tersebut semakin menyempurnakan bentuk dan material bahan pembuatan sepeda, hingga pada tahun 1870an velocipede mulai dikembangkan sepeda dengan bahan dasar yang seluruhnya besi[1].

Hingga saat ini di abad 21, sepeda masih menjadi kendaraan tanpa mesin yang digunakan oleh masyarakat di kota maupun di desa. Seperti dilansir di situs nationalgeographic.co, Earth Policy Institute melaporkan bahwa produksi sepeda dunia yang pada kurun waktu antara 1990-2002 sebesar 94 juta per tahun telah mengalami peningkatan menjadi 130 juta pada thun 2007, melampaui produksi mobil yang sebesar 70 juta. Peningkatan volume sepeda di Cina dan beberapa negara Eropa seperti Belanda, Denmark dan Jerman terjadi dengan pertumbuhan yang bervariasi. Jumlah sepeda di Cina yang pada tahun 2007 sebesar 90 juta telah meningkat menjadi 430 juta. Tingkat kepemilikan sepeda rata-rata di beberapa negara Eropa masih lebih tinggi dibandingkan dengan di Cina. Satu orang memiliki lebih dari satu sepeda di Belanda dan 27% dari seluruh perjalanan menggunakan sepeda. Sementara di Denmark dan Jerman, rata-rata satu sepeda dimiliki oleh satu orang dengan persentase perjalanan sepeda sebesar 18% (Denmark) dan 10% (Jerman). Peningkatan ini disebabkan karena faktor pendukung berupa infrastruktur yang disediakan pemerintah ditambah dengan faktor lain seperti kesadaran masyarakat dan reward-reward lain dari produsen sepeda. Di Indonesia sendiri, perkembangan penjualan sepeda mengalami peningkatan. Dari tahun 2006 hingga 2010, tercatat peningkatan jumlah produksi nasional dari 2,32 juta unit menjadi 2,86 juta unit. Konsumsi sepeda pada tahun 2011 mencapai 8.491 ribu unit, kemudian diperkirakan akan naik terus dan mencapai 17.607 ribu unit tahun 2015.

Di Indonesia, hak-hak para pesepeda sudah dijamin oleh pemerintah. Penjaminan hak pemakai sepeda diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Darat. Pasal 62 UU tersebut berisi tentang kewajiban pemerintah memberikan kemudahan berlalu lintas dan hak fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas bagi para pesepeda. Kemudian, sebagai turunan dari UU tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara rinci menjelaskan tentang fasilitas yang harus diberikan bagi para pesepeda, disamping juga untuk para pejalan kaki dan penyandang cacat. Bagian kedelapan pasal 54 pada Perpu ini menuliskan bahwa jalan harus dilengkapi dengan fasilitas untuk para pesepeda, pejalan kaki dan penyandang cacat. Fasilitas untuk sepeda berupa lajur dan atau jalur sepeda yang disediakan khusus untuk pesepeda dan atau dapat digunakan oleh para pejalan kaki.

Aktivitas bersepeda di beberapa daerah seperti Kota Bandung dan Yogyakarta juga telah dihargai, dengan adanya jalur khusus yang dibuatkan oleh pemerintah untuk masyarakat pesepeda atau yang biasa dikenal sebagai bikers. Bahkan dalam rangka menggalakkan penggunaan sepeda, pada masa jabatan Walikota Yogyakarta tahun 2001-2011, Herry Zudianto meluncurkan Program Sego Segawe, yang merupakan singkatan dari sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe[2]. Sedangkan di Bandung, mulai pertengahan September 2010, para pengguna sepeda sudah bisa menggunakan jalur khusus yang dibuat sepanjang 8 km di beberapa ruas jalan Kota Bandung.

Semenjak di sekolah dasar, aktivitas bersepeda merupakan aktivitas yang mengasyikkan bagi saya. Hingga melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama yang berjarak sekitar 6 km dari rumah, saya tetap menggunakan sepeda untuk menuju ke sekolah dan pulang ke rumah. Masa tiga tahun di SMP merupakan masa yang penuh dengan kenangan bersepeda. Saat itu, waktu berangkat pulang dan berangkat sekolah adalah waktu dimana jalan raya sepanjang kurang lebih 3 km dipenuhi dengan murid SMP tempat saya bersekolah. Kami seperti penguasa jalanan antara pukul 6.00 hingga pukul 7.00 dan setelah pukul 13.30. Kami nyaman dan cuek saja waktu itu ketika ada kendaraan bermotor lalu lalang di jalanan. Bahkan ketika bersepeda sejajar dua-dua, kami tetap cuek saja melenggang di pinggir jalan sambil bercengkerama dan sesekali meneguk es buah yang kami beli di warung dekat sekolah ketika sinar matahari membakar ketika pulang sekolah. Ah, sungguh menyenangkan kala itu. Selanjutnya setelah lulus SMP dan melanjutkan ke SMA hingga kemudian ke jenjang perguruan tinggi di Semarang, saya mulai jauh dari sepeda. Hingga memori bersepeda saya kembali muncul ketika melihat Kota Yogyakarta pada 2013 dengan aksesoris lajur sepeda dan para pesepeda di jalan raya berseliweran. Karena Allah mengizinkan saya untuk tinggal sementara di kota ini, saya kemudian memutuskan untuk menggunakan sepeda adik saya yang baru saja lulus SMP kala itu. Medan Kota Yogyakarta yang dapat dikatakan coenderung datar menjadi salah satu alasan saya untuk menggunakan sepeda sebagai kendaraan. Akhirnya ayah saya mengantarkan sepeda adik ke Yogyakarta agar bisa saya gunakan berangkat dan pulang beraktivitas sehari-hari. Berjodohlah saya dengan sepeda keluaran lama berwarna perak berkeranjang hitam yang memiliki pengaturan gigi untuk mengatur laju sepeda, sampai saat ini.

Ketika saya bersepeda di jalanan Kota Yogyakarta, saya melihat berbagai merk sepeda yang digunakan para pesepeda dari sepeda keluaran lama hingga terbaru. Saya pikir, berbagai jenis sepeda keluaran lama yang dipakai sebagian masyarakat Yogyakarta adalah cerminan gaya hidup yang tetap memelihara apa yang telah dimiliki meskipun sudah tua dan usang, meskipun rusak dan kuno. Sedikit gambaran yang menjelaskan sikap hidup yang jarang diterapkan oleh manusia di zaman modern ini. Sikap hidup yang memelihara apa yang sudah dimiliki, dan memelihara jika pun sesuatu yang dimiliki itu sudah usang dan mungkin rusak. Bukan malah membuangnya, namun tetap diperbaiki dan dipelihara. Sikap inilah yang menjadi istimewa di mata saya. Yogyakarta yang sederhana, namun tetap berwibawa. Saya jadi ikut terpengaruh dengan gaya hidup yang satu ini.

Salah satu merk sepeda yang ikut menjadi bagian dari perjalanan panjang persepedaan di Indonesia adalah sepeda Wimcycle. PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries adalah nama perusahaan produsen sepeda dengan merk Wimcycle ini. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1972 ini telah mendominasi pasar lokal Indonesia dengan nilai pembagian pasar yang mendominasi, ditambah dengan prestasi selama pengalaman lebih dari tiga dekade sukses di pasar ekspor dunia, dengan sepeda yang tersebar di 20 negara di dunia.

Prestasi Wimcycle tersebut merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap brand sepeda ini. Secara keseluruhan, beragam model yang dikeluarkan oleh pabrik sepeda Wimcycle (dari model anak-anak hingga dewasa, dari model khusus perempuan maupun untuk laki-laki) turut menjadi salah satu pemicu tingginya keinginan masyarakat untuk memiliki sepeda ini. Banyaknya model yang dikeluarkan Wimcycle membuat masyarakat memiliki banyak pilihan, yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap masyarakat, tergantung medan lintasan jalan yang paling disukai. Selain itu, dengan pilihan harga yang bervariasi dapat menyasar masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan. Meskipun harga sepeda sebanding dengan spesifikasi yang ditawarkan, namun fitur yang diberikan oleh pabrik tetap dipilih secara hati-hati agar mampu memberikan kenyamanan dan menjamin keselamatan pengguna. Kelebihan lain yang dimiliki sepeda Wimcycle adalah kontrol kualitas yang tetap terjaga dengan standar kontrol yang telah lulus uji kelayakan dari British Standards and Customer Product Safety Commission Standards. Sertifikat ISO 9001:2008 Cert No 13825 juga telah dimiliki oleh sepeda Wimcycle sehingga semakin menjamin kelayakan produk ini untuk dijadikan teman bepergian. Teman bepergian baik ketika bersekolah, bekerja, bertemu dengan teman-teman, dan berbelanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun