[caption caption="Aktivitas sehari-hari di Kota Yogyakarta"][/caption]
Om Einstein mengadopsi kata benda ini
Kata yang penuh makna untuk diresapi
Sebuah kata yang dijadikan arahan diri
Arahan terhadap hidup yang seharusnya diseimbangi
Seimbang, hingga akhirnya menemukan jati diri
Dalam perjalanan panjang yang penuh kontemplasi
Sepeda, adalah rangkaian enam huruf yang tidak asing lagi
Ada roda untuk mempercepat dan menopang laju
Pegangan tangan pada setang yang bengkok dan lurus
Sadel sebagai penopang badan agar tidak kaku
Dan kedua kaki sebagai pendorong agar terus mengayuh
Hidup adalah seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbanganmu, engkau harus tetap bergerak. –Albert Einstein-
Â
Albert Einstein dikenal sebagai ilmuwan fisika teoritis yang terkenal karena beberapa teori fisika. Salah satu teori fisika milik Einstein adalah teori relativitas yang menjadi inspirasi untuk produksi film bergenre science-fiction, Interstellar yang disutradai oleh Christopher Nolan  dan rilis pada tahun 2014. Einstein lahir pada tahun 1879 di Jerman. Di tempat yang sama sebelumnya pada tahun 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn telah dicatat sebagai penemu sepeda kuno pioner. Adalah velocipede, yang digunakan sebagai istilah yang merujuk pada hasil rancang bangun kendaraan roda dua baik yang terbuat dari kayu maupun besi.Â
Menurut catatan Ensiklopedia Columbia, kata velocipede sudah digunakan oleh masyarakat Perancis pada semenjak abad ke-18. Sepeda pioner tersebut menjadi terkenal baik di Inggris maupun Perancis. Selanjutnya, dengan istilah yang berbeda di setiap negara seperti draisine (di Jerman dan Inggris), draisienne dan vélocipède (Perancis), dandy horse (atau yang terkenal disebut sebagai hobby horse). Penemuan sepeda Karls Davis ini menjadi cikal bakal penemuan sepeda selanjutnya oleh para penemu lain seperti Kirkpatrick MacMillan, Ernest Michaux dan Pierre Lallement. Penemu-penemu tersebut semakin menyempurnakan bentuk dan material bahan pembuatan sepeda, hingga pada tahun 1870an velocipede mulai dikembangkan sepeda dengan bahan dasar yang seluruhnya besi[1].
Hingga saat ini di abad 21, sepeda masih menjadi kendaraan tanpa mesin yang digunakan oleh masyarakat di kota maupun di desa. Seperti dilansir di situs nationalgeographic.co, Earth Policy Institute melaporkan bahwa produksi sepeda dunia yang pada kurun waktu antara 1990-2002 sebesar 94 juta per tahun telah mengalami peningkatan menjadi 130 juta pada thun 2007, melampaui produksi mobil yang sebesar 70 juta. Peningkatan volume sepeda di Cina dan beberapa negara Eropa seperti Belanda, Denmark dan Jerman terjadi dengan pertumbuhan yang bervariasi. Jumlah sepeda di Cina yang pada tahun 2007 sebesar 90 juta telah meningkat menjadi 430 juta. Tingkat kepemilikan sepeda rata-rata di beberapa negara Eropa masih lebih tinggi dibandingkan dengan di Cina. Satu orang memiliki lebih dari satu sepeda di Belanda dan 27% dari seluruh perjalanan menggunakan sepeda. Sementara di Denmark dan Jerman, rata-rata satu sepeda dimiliki oleh satu orang dengan persentase perjalanan sepeda sebesar 18% (Denmark) dan 10% (Jerman). Peningkatan ini disebabkan karena faktor pendukung berupa infrastruktur yang disediakan pemerintah ditambah dengan faktor lain seperti kesadaran masyarakat dan reward-reward lain dari produsen sepeda. Di Indonesia sendiri, perkembangan penjualan sepeda mengalami peningkatan. Dari tahun 2006 hingga 2010, tercatat peningkatan jumlah produksi nasional dari 2,32 juta unit menjadi 2,86 juta unit. Konsumsi sepeda pada tahun 2011 mencapai 8.491 ribu unit, kemudian diperkirakan akan naik terus dan mencapai 17.607 ribu unit tahun 2015.
Di Indonesia, hak-hak para pesepeda sudah dijamin oleh pemerintah. Penjaminan hak pemakai sepeda diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Darat. Pasal 62 UU tersebut berisi tentang kewajiban pemerintah memberikan kemudahan berlalu lintas dan hak fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas bagi para pesepeda. Kemudian, sebagai turunan dari UU tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara rinci menjelaskan tentang fasilitas yang harus diberikan bagi para pesepeda, disamping juga untuk para pejalan kaki dan penyandang cacat. Bagian kedelapan pasal 54 pada Perpu ini menuliskan bahwa jalan harus dilengkapi dengan fasilitas untuk para pesepeda, pejalan kaki dan penyandang cacat. Fasilitas untuk sepeda berupa lajur dan atau jalur sepeda yang disediakan khusus untuk pesepeda dan atau dapat digunakan oleh para pejalan kaki.
Aktivitas bersepeda di beberapa daerah seperti Kota Bandung dan Yogyakarta juga telah dihargai, dengan adanya jalur khusus yang dibuatkan oleh pemerintah untuk masyarakat pesepeda atau yang biasa dikenal sebagai bikers. Bahkan dalam rangka menggalakkan penggunaan sepeda, pada masa jabatan Walikota Yogyakarta tahun 2001-2011, Herry Zudianto meluncurkan Program Sego Segawe, yang merupakan singkatan dari sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe[2]. Sedangkan di Bandung, mulai pertengahan September 2010, para pengguna sepeda sudah bisa menggunakan jalur khusus yang dibuat sepanjang 8 km di beberapa ruas jalan Kota Bandung.
Semenjak di sekolah dasar, aktivitas bersepeda merupakan aktivitas yang mengasyikkan bagi saya. Hingga melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama yang berjarak sekitar 6 km dari rumah, saya tetap menggunakan sepeda untuk menuju ke sekolah dan pulang ke rumah. Masa tiga tahun di SMP merupakan masa yang penuh dengan kenangan bersepeda. Saat itu, waktu berangkat pulang dan berangkat sekolah adalah waktu dimana jalan raya sepanjang kurang lebih 3 km dipenuhi dengan murid SMP tempat saya bersekolah. Kami seperti penguasa jalanan antara pukul 6.00 hingga pukul 7.00 dan setelah pukul 13.30. Kami nyaman dan cuek saja waktu itu ketika ada kendaraan bermotor lalu lalang di jalanan. Bahkan ketika bersepeda sejajar dua-dua, kami tetap cuek saja melenggang di pinggir jalan sambil bercengkerama dan sesekali meneguk es buah yang kami beli di warung dekat sekolah ketika sinar matahari membakar ketika pulang sekolah. Ah, sungguh menyenangkan kala itu. Selanjutnya setelah lulus SMP dan melanjutkan ke SMA hingga kemudian ke jenjang perguruan tinggi di Semarang, saya mulai jauh dari sepeda. Hingga memori bersepeda saya kembali muncul ketika melihat Kota Yogyakarta pada 2013 dengan aksesoris lajur sepeda dan para pesepeda di jalan raya berseliweran. Karena Allah mengizinkan saya untuk tinggal sementara di kota ini, saya kemudian memutuskan untuk menggunakan sepeda adik saya yang baru saja lulus SMP kala itu. Medan Kota Yogyakarta yang dapat dikatakan coenderung datar menjadi salah satu alasan saya untuk menggunakan sepeda sebagai kendaraan. Akhirnya ayah saya mengantarkan sepeda adik ke Yogyakarta agar bisa saya gunakan berangkat dan pulang beraktivitas sehari-hari. Berjodohlah saya dengan sepeda keluaran lama berwarna perak berkeranjang hitam yang memiliki pengaturan gigi untuk mengatur laju sepeda, sampai saat ini.
Ketika saya bersepeda di jalanan Kota Yogyakarta, saya melihat berbagai merk sepeda yang digunakan para pesepeda dari sepeda keluaran lama hingga terbaru. Saya pikir, berbagai jenis sepeda keluaran lama yang dipakai sebagian masyarakat Yogyakarta adalah cerminan gaya hidup yang tetap memelihara apa yang telah dimiliki meskipun sudah tua dan usang, meskipun rusak dan kuno. Sedikit gambaran yang menjelaskan sikap hidup yang jarang diterapkan oleh manusia di zaman modern ini. Sikap hidup yang memelihara apa yang sudah dimiliki, dan memelihara jika pun sesuatu yang dimiliki itu sudah usang dan mungkin rusak. Bukan malah membuangnya, namun tetap diperbaiki dan dipelihara. Sikap inilah yang menjadi istimewa di mata saya. Yogyakarta yang sederhana, namun tetap berwibawa. Saya jadi ikut terpengaruh dengan gaya hidup yang satu ini.
Salah satu merk sepeda yang ikut menjadi bagian dari perjalanan panjang persepedaan di Indonesia adalah sepeda Wimcycle. PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries adalah nama perusahaan produsen sepeda dengan merk Wimcycle ini. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1972 ini telah mendominasi pasar lokal Indonesia dengan nilai pembagian pasar yang mendominasi, ditambah dengan prestasi selama pengalaman lebih dari tiga dekade sukses di pasar ekspor dunia, dengan sepeda yang tersebar di 20 negara di dunia.
Prestasi Wimcycle tersebut merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap brand sepeda ini. Secara keseluruhan, beragam model yang dikeluarkan oleh pabrik sepeda Wimcycle (dari model anak-anak hingga dewasa, dari model khusus perempuan maupun untuk laki-laki) turut menjadi salah satu pemicu tingginya keinginan masyarakat untuk memiliki sepeda ini. Banyaknya model yang dikeluarkan Wimcycle membuat masyarakat memiliki banyak pilihan, yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap masyarakat, tergantung medan lintasan jalan yang paling disukai. Selain itu, dengan pilihan harga yang bervariasi dapat menyasar masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan. Meskipun harga sepeda sebanding dengan spesifikasi yang ditawarkan, namun fitur yang diberikan oleh pabrik tetap dipilih secara hati-hati agar mampu memberikan kenyamanan dan menjamin keselamatan pengguna. Kelebihan lain yang dimiliki sepeda Wimcycle adalah kontrol kualitas yang tetap terjaga dengan standar kontrol yang telah lulus uji kelayakan dari British Standards and Customer Product Safety Commission Standards. Sertifikat ISO 9001:2008 Cert No 13825 juga telah dimiliki oleh sepeda Wimcycle sehingga semakin menjamin kelayakan produk ini untuk dijadikan teman bepergian. Teman bepergian baik ketika bersekolah, bekerja, bertemu dengan teman-teman, dan berbelanja.
Selain kelebihan yang dimiliki oleh sepeda Wimcycle dari segi desain dan harga produk, ada beberapa manfaat yang diperoleh para pesepeda jika secara rutin melaksanakan aktivitas ini. Manfaat yang dimaksud berupa peningkatan kesehatan fisik dan mental individu. Tidak berhenti pada manfaat di tingkat individu, keuntungan publik juga dapat diperoleh melalui aktivitas bersepeda. Keuntungan yang dimaksud adalah pengurangan polusi udara (peningkatan kualitas udara), pencemaran suara dan lain sebagainya.
Secara garis besar, Cavill & Davis (2007) menuliskan bahwa jika dilakukan secara teratur, aktivitas bersepeda yang termasuk aktivitas fisik dapat mengurangi resiko terhadap semua penyakit yang menyebabkan kematian sehingga dapat mengurangi potensi kematian dini. Tinjauan dari 44 kajian/penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemungkinan kematian terendah dimiliki oleh orang yang paling aktif dan sebaliknya. Resiko kematian tersebut dapat dikurangi, bahkan dengan intensitas aktivitas yang rendah. Lembaga Copenhagen Center for Prospective Population Studies melalui Andersen dkk. (2000) menyimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa orang-orang yang tidak menggunakan sepeda untuk bekerja memiliki tingkat kematian/mortalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang menggunakan sepeda. Kajian tersebut melibatkan 13.375 wanita dan 17.265 laki-laki yang berusia antara 20-93 tahun yang secara acak dipilih dari populasi 90.000 penduduk yang hidup di pusat Kota Copenhagen, Denmark. Bersepeda untuk bekerja dapat menurunkan resiko kematian kurang lebih sebesar 40% setelah penyesuaian faktor multivariat yang lain, seperti waktu luang untuk beraktivitas fisik. Beberapa parameter yang diukur dalam penelitian tersebut meliputi tekanan darah, indeks massa tubuh, kadar kolesterol, dan faktor resiko kematian lain  seperti merokok. Penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Oja dkk. di Finlandia pada tahun 1991 dan 1998. Penelitian tersebut melibatkan sukarelawan di tempat bekerja yang sebelumnya pulang dan pergi menggunakan mobil atau bus kemudian ditukar dengan bersepeda selama 30 menit pada satu jalur dan pada rute bolak-balik selama perjalanan. Terdapat beberapa perubahan parameter fisiologis seperti peningkatan kebugaran aerobik, penurunan muatan kardiovaskular pada kondisi kerja standar submaksimal, peningkatan penggunaan lemak sebagai sumber energi pada aktivitas fisik dan peningkatan kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein)[3]. Penelitian tersebut kemudian menyimpulkan bahwa bersepeda yang digunakan untuk bekerja memiliki potensi signifikan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran fisik orang dewasa sehat yang sebelumnya mengandalkan mobilitas dengan transportasi publik maupun kendaraan bermotor pribadi.
Dalam kajian yang lebih spesifik, bersepeda dapat membantu menurunkan berat badan bagi para penderita obesitas. Kajian yang dilakukan di United Kingdom/Inggris yang diterbitkan pada tahun 1999 terhadap non-olahragawan yang setuju untuk melaksanakan aktivitas bersepeda paling tidak 4 hari seminggu, menemukan bahwa lemak tubuh berkurang secara signifikan diantara keseluruhan sukarelawan yang memiliki kelebihan berat badan atau mengalami obesitas pada awalnya (59% sukarelawan). Fogelholm & Kukkonen-Harjula (2000) menuliskan bahwa minimum 60 menit waktu yang digunakan untuk aktivitas fisik dengan intensitas sedang mampu membantu kontrol berat badan, begitu pula dengan penelitian lain yang menuliskan bahwa bersepeda dapat membakar paling tidak 5 kilo kalori per menit (tergantung pada sejumlah faktor, khususnya berat badan pesepeda). Aktivitas ini cocok untuk orang yang kelebihan berat badan karena kurang lebih 70% berat badan dapat ditahan oleh sadel, sehingga melatih aktivitas sistem kardiovaskuler tanpa meletakkan ketegangan berlebih pada sistem otot dan rangka pasif.
Aktivitas bersepeda yang lebih tinggi juga dapat membantu menurunkan resiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu bentuk dari penyakit kardiovaskuler, selain stroke. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di Eropa, dengan kematian sejumlah 4,35 juta setiap tahun. Sedangkan dalam studi silang yang dilakukan di Amerika, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat aktivitas fisik yang tinggi berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan kelompok yang berpartisipasi melakukan aktivitas fisik pada level yang rendah. Dan, Kennedy (1997) menuliskan bahwa pada pasien penderita jantung koroner, rata-rata usia para pesepeda dengan penyakit ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel kontrol yang tidak bersepeda, yang mengindikasikan bahwa aktivitas bersepeda mungkin dapat menunda serangan penyakit jantung koroner. Penemuan tersebut mendukung konsep bahwa aktivitas bersepeda yang teratur dapat memberikan perlindungan dari perkembangan penyakit jantung koroner.
Aktivitas bersepeda juga dapat mengurangi resiko penyakit diabetes tipe 2 dan kanker. Dela dkk (1995) menuliskan bahwa efek menguntungkan aktivitas bersepeda dengan intensitas sedang muncul pada kelompok populasi beresiko tinggi penyakit diabetes tipe 2. Hal ini dikarenakan kelebihan berat badan dan kepemilikan tekanan darah yang tinggi dapat dikendalikan melalui aktivitas ini. Selanjutnya, ditulis oleh Steindorf dkk. (2003), bahwa ketika aktivitas bersepeda meningkat, resiko kanker payudara mengalami penurunan. Level tertinggi aktivitas bersepeda dapat mengurangi resiko kanker payudara sebesar 34% pada wanita. Selain itu, juga terdapat bukti yang kuat dari Hou dkk. (2004) tentang kemampuan perlindungan oleh aktivitas fisik terhadap kanker kolon atau usus besar. Studi di Shanghai, Cina tersebut menemukan bahwa aktivitas fisik yang rutin (bersepeda ketika berangkat dan pulang dari bekerja atau beraktivitas lain) selama periode waktu yang lama dapat menghindarkan tubuh dari kanker kolon dan secara signifikan mampu memodifikasi resiko yang berhubungan dengan indeks massa tubuh.
Selain dalam aspek fisik, aspek kesehatan mental (kesehatan psikologi, kesehatan emosional) Â para pesepeda juga patut untuk ditengok lebih dalam lagi. Suasana lain yang disuguhkan dalam aktivitas bersepeda seperti bentuk siklis roda sepeda, keheningan yang ditimbulkan ketika bersepeda, dan aksesoris yang digunakan ketika bersepeda dapat menjadi pemicu pengurangan efek stress. Boyd dkk. (1998) melaporkan bahwa terdapat peningkatan terhadap persepsi tentang kebahagiaan, kepercayaan diri dan toleransi terhadap stress setelah melaksanakan aktivitas ini. Selain itu, terdapat pula penurunan tingkat kelelahan, kesulitan tidur dan jangkauan gejala medis. Kesehatan mental yang terwujud dapat mendukung kualitas hidup manusia menjadi lebih baik karena peningkatan tingkat kebahagiaan. Interaksi dengan sesama pesepeda ketika sedang bersepeda dapat membantu meningkatkan sosialisasi antar individu di dunia digital yang egois ini. Juga, bersepeda adalah aktivitas yang penuh dengan ketenangan dan keheningan sehingga bisa dijadikan terapi stress yang berpotensi semakin tinggi di era globalisasi seperti sekarang ini.
Sedangkan pada tataran publik, aktivitas bersepeda adalah kegiatan yang bebas polusi udara dan suara, serta efisien dalam hal penggunaan ruang publik jalan raya. Sampai saat ini, polusi udara masih menjadi masalah di beberapa kota besar di Indonesia akibat emisi dari gas yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Aktivitas bersepeda tidak mengeluarkan gas emisi seperti yang dikeluarkan melalui knalpot kendaraan bermotor sebagai hasil aktivitas mesin. Maka dari itu, aktivitas yang ramah lingkungan pantas disematkan untuk kegiatan bersepeda sehingga merupakan moda transportasi yang berkelanjutan. Polusi lain yang patut dipertimbangkan sebagai manfaat dari aktivitas ini adalah polusi udara. Polusi suara dapat muncul karena penggunaan kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil, serta truk maupun bus. Polusi suara atau yang biasa dikenal sebagai kebisingan dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh, psikologis, dan komunikasi. Kebisingan dapat mengakibatkan ketegangan mental sehingga dapat meningkatkan kecepatan denyut nadi dan hipertensi. Serta, jika seseorang terus menerus berada dalam kebisingan dalam waktu yang lama, maka akan berpotensi menimbulkan ketulian. Sementara itu, bersepeda dapat menimimalkan tingkat kebisingan yang dihasilkan karena bahan bakar untuk aktivitas ini adalah energi kimia pesepeda, bukan energi kimia mesin. Menurut acuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, ambang batas maksimal kebisingan yang dapat diterima untuk peruntukan kawasan dan lingkungan berkegiatan (rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah) adalah masing-masing sebesar 55 dBA dan 70 dBA. Padahal, suara knalpot dari sepeda motor yang telah dimodifikasi dapat mencapai 80 hingga 90 dBA. Ditambah lagi, apabila dibandingkan dengan kendaraan jenis lain seperti sepeda motor dan mobil pribadi, bersepeda tidak membutuhkan ruang publik di jalan raya yang luas sehingga terdapat efisiensi penggunaan ruang publik di jalan raya.
Korelasi antara keseimbangan hidup dalam filosofi bersepeda, penjaminan hak-hak para pesepeda di Indonesia, pendukung infrastruktur bersepeda yang telah dibangun di beberapa kota di Indonesia (khususnya Kota Yogyakarta), karakter (dan kelebihan) sepeda Wimcycle dan berbagai manfaat yang ditawarkan dalam kegiatan bersepeda, menghasilkan reaksi peningkatan hasrat saya untuk memiliki sepeda jenis ini. Kemampuan sepeda mumpuni yang digunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari yang dapat mendukung implementasi kesehatan fisik yang mapan, juga kesehatan emosional di tengah tantangan zaman dan tekanan hidup yang semakin keras ini. Aktivitas bersepeda yang juga dapat mendukung peningkatan kualitas udara dan suara, serta efisiensi penggunaan ruang yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ke depan, semoga jika kesadaran masyarakat untuk bersepeda lebih tinggi, akan mampu membantu pemerintah mengurangi biaya belanja yang digunakan untuk subsidi bahan bakar untuk kendaraan bermotor sehingga penyakit hilang, pemerintah senang, dan rakyat nyaman.
Â
Catatan Kaki
[1] Wikipedia.org
[2] Sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe adalah ungkapan bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia berarti sepeda untuk sekolah dan bekerja.
[3] Partikel HDL mengacu pada kolesterol yang baik karena dapat melakukan transpor molekul lemak keluar dari dinding arteri, mengurangi akumulasi makrofag sehingga membantu mencegah atau bahkan menekan atherosklerosis. Hal ini penting karena atherosklerosis dapat mengakibatkan munculnya penyakit kardiovaskuler, stroke, dan berbagai penyakit kelenjar pembuluh lain.
Â
Referensi
Andersen, L., Schnohr, P., Schroll, M. and Hein, H. (2000). All-cause mortality associated with physical activity during leisure time, work, sports, and cycling to work, Archives of Internal Medicine, 160, pp. 1621-1628
Boyd, H., Hillman, M., Nevill, A., Pearce, A. And Tuxworth, B. (1998). Health-related effects of regular cycling on a sample of previous non-exercisers, Resume of main findings
Cavill, N., Davis, A. 2007. Cycling and Health : What’s the Evidence?. http://www.cycle-helmets.com/cycling_and_health.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2016
Dela, F., Larsen, J. J., Mikines, K. J., Plough, T., Petersen, L. N., and Galbo, (1995). Insulin-stimulated muscle glucose clearance in patients with NIDDM. Diabetes 44, 1010-1020.
DETR, (1999). Cycling for better health, Traffic Advisory Leaflet, 12/99, London: DETR
e-journal.uajy.ac.id/4321/2/1KOM03385.pdf. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Fogelholm M, Kukkonen-Harjula K. (2000). Does physical activity prevent weight gain--a systematic review. Obes Rev. Oct;1(2):95-111
Froböse I. Cycling and Health: Healthy cycling compendium. Centre for Health German Sport University, Cologne/Wellcom. www.cyclingandhealth.com/CyclingAndHealth_e.htm
Hou, L., Ji, B., Blair, A., Dai, Q., Gao, Y. and Chow, W. (2004). Commuting physical activity and risk of colon cancer in Shanghai, China, American Journal of Epidemiology, 160(9), pp. 860-867
http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/26376/bandung-miliki-jalur-khusus-sepeda. Bandung Miliki Jalur Khusus Sepeda. Diakses tanggal 24 Maret 2016
http://www.gowes.org/penggemar-sepeda-di-indonesia-meningkat=.html. Penggemar Sepeda di Indonesia Meningkat. Diakses tanggal 24 Maret 2016
http://www.greenlifestyle.or.id/news/detail/yogya_tetapkan_34_ruas_khusus_untuk_sepeda. Yogya Tetapkan 34 Ruas Khusus untuk Sepeda. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Kennedy, A. (1997). Exercise and heart disease: cardiac findings in fatal cycle accidents, British Journal of Sports Medicine, 31(4), pp. 32 8-33 1
Oja P., Manttari, A., Heinonen, A, Kukkonen-Harjula, K, Laukkanen, R., Pasanen, M. and Vuori, I. (1991). Physiological Effects of Walking and Cycling to Work, Scandinavian Journal of Medicine, Science and Sports, Vol 1, pp 151-157
Steindorf K, Schmidt M, Kropp S, Chang-Claude J. (2003). Case-control study of physical activity and breast cancer risk among premenopausal women in Germany. (2003). American Journal Epidemiology,. Jan 15, pp.157(2):121-30.
Widyantoro, B., Razif, M. Tanpa tahun.Pemetaan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan dengan Tata Guna Lahan di Jl. Arif Rachman Hakim Surabaya. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.
www.sepedapancal.com/2015/06/harga-sepeda-wimcycle-terbaru.html?m=1. Daftar harga sepeda wimcycle terbaru dan terlengkap 2016. Diakses tanggal 24 Maret 2016
www.wikipedia.org. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H