“Bencana lagi, bencana lagi...”
“Pada masa pemerintahan SBY ini, kok bencana tidak pernah berhenti ya...”
“Bencana di mana-mana!”
Demikian suara sumbang sebagian kecil masyarakat tentang bencana alam yang terjadi di Indonesia. Sebagian masyarakat lainnya punya pandangan yang lebih negatif.
“Ini pertanda...”
“Pada awal pemerintahan, SBY didera bencana besar, sekarang di akhir kepemimpinannya, kembali bencana silih berganti... ada apa ini?”
Ya begitulah pendapat masyarakat dengan berbagai level pengetahuan, pemahaman, wawasan dan kedewasaan. Juga beragam jenis kepentingan. Pendapat mereka tentang bencana juga beraneka warna.
Bagaimana dengan pendapat orang-orang rasional, dewasa dan berwawasan luas tentang bencana alam dan segala kejadian dalam kehidupan?
Pertama kita bertanya kepada ahli bencana alam.
Jawabannya kira-kira begini:
“Indonesia itu luas dik. Luasnya kalau disimpan di Eropa, maka sebagian besar Eropa tertutupi Indonesia. Yang tertutupi itu puluhan negara. Yang kedua, Indonesia itu terletak di daerah yang memang rawan bencana. Gunung api ada ratusan dan terletak di lempengan bumi yang tidak stabil. Jadi, kita akan mengalami banyak sekali gunung meletus serta gempa bumi. Sejak dulu sampai sekarang, selalu terjadi. Setiap tahun, pasti selalu ada bencana. Ketiga, sebagian orang Indonesia juga suka merusak alam dan tidak mau menjaga lingkungannya. Ini yang seringkali menyebabkan banjir dan tanah longsor. Lengkap kan?”
Kedua kita bertanya pada ahli sejarah.
Jawabannya kira-kira begini:
“Indonesia itu dalam perjalanan sejarahnya memang tidak pernah sepi dari bencana. Sejak sebelum menjadi Indonesia sampai sekarang, bencana-bencana alam besar terjadi di Indonesia. Mulai dari letusan gunung Tambora di Dompu NTB pada 1815, gunung Kelud pada 1919 (jauh lebih besar dibanding sekarang), letusan gunung Krakatau 1883. Tsunami sebelum Aceh juga terjadi di Ende NTT pada 1992, Banyuwangi 1994 dan di Sumba pada 1977. Gempa bumi seringkali terjadi di negeri kita, catatan sejarah gempa bumi tidak kalah panjang dibanding bencana gunung meletus. Selain gempa di Yogya dan Padang, gempa besar juga pernah terjadi di Papua pada 1976 (7,1 SR), gempa di Flores 1992 (7,8 SR), gempa Bali 1917 (6,6 SR), gempa Sumbar-Bengkulu pada 1797 dan 1833 (8,8 – 9,2 SR – yang terbesar). Belum termasuk bencana-bencana minor yang terus terjadi di sejumlah tempat.”
Terakhir coba kita tanyakan kepada ahli spiritual.
Apakah ada hubungan antara presiden SBY dengan bencana?
Kira-kira begini jawabannya:
“Bencana itu bisa kita tafsirkan dari banyak sudut pandang. Bisa sebagai pengingat, bisa sebagai ujian atau juga hukuman. Kita lihat di banyak negara yang secara kasat mata dosa bertebaran setiap saat, tapi sampai sekarang tidak pernah dihukum dengan bencana. Bagi saya, bencana yang terjadi sekarang-sekarang ini lebih sebagai ujian atau cobaan, sekaligus mengingatkan kita untuk selalu dekat dengan Tuhan. Ada ayat Tuhan yang bunyinya kira-kira adalah Tuhan tidak akan menimpakan sebuah masalah/cobaan, kecuali orang itu mampu menghadapinya.”
Tiga pendapat dari 3 macam keahlian yang berbeda.
Saya seringkali senyum-senyum sendiri menyimak pendapat, bahwa sejumlah bencana dikait-kaitkan secara negatif dengan presiden SBY. Sebenarnya bukan hanya dikaitkan dengan presiden SBY, dikaitkan dengan siapapun bencana itu, maka orang yang mengait-ngaitkan hal tersebut keterlaluan. Atas dasar apa pengaitan tersebut? Lebih pintar dari para ahlinya? Lebih pintar dari Tuhan?
Indonesia ini luas. Longsor di sebuah kampung nun jauh di sana saja, beritanya bisa kita dengar. Banjir kecil di ujung nusantara sana pun bisa kita ketahui. Berbagai kejadian itu dianggap sebagai “bencana di mana-mana.” Indonesia ini luas. Saking luasnya, bencana terasa terjadi setiap saat dan ada di mana-mana. Coba tanyakan kepada saudara kita yang tinggal di Kalimantan. Adakah bencana banjir di sana? Jarang sekali. Adakah gunung meletus di sana? Tidak ada. Pernahkah mereka terkena gempa bumi? Silakan deh tanyakan kepada mereka.
Jika Indonesia adalah Kalimantan, apakah kita merasa sebagai manusia paling sempurna, manusia yang paling bersih dosa, manusia yang sudah berjalan di jalur Tuhan? Karena jarang sekali terjadi bencana di sana. Paling hebat mungkin kebakaran hutan. Itupun bencana yang dibuat-buat oleh manusia.