Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Indonesia Paling Stabil Sedunia

12 Agustus 2014   14:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:45 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam rentang 10 tahun terakhir, kehidupan berdemokrasi di Indonesia adalah yang paling stabil di dunia, dibandingkan dengan sejumlah negara demokratis lainnya. Pembandingnya bukan sembarangan negara, melainkan negara-negara dengan tingkat demokrasi yang sudah lebih dalam dibanding di Indonesia, yaitu Korea Selatan, Thailand, India dan mbahnya Demokrasi Amerika Serikat. Korsel dengan jumlah penduduk jauh lebih sedikit dibanding Indonesia, India dengan jumlah penduduk jauh lebih besar, dan Amerika Serikat relatif sama dengan Indonesia. Sedangkan Thailand, secara ekonomi tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Memang banyak negara lain yang sukses berdemokrasi, tapi hanya negara-negara kecil dengan jumlah penduduk sedikit.

Apa ukuran stabilitas sebuah negara demokrasi? Dua ukuran atau indikator yang saya gunakan adalah stabilitas politik dan keamanan. Dua ukuran inilah yang paling tepat menggambarkan stabilitas sebuah negara. Dua ukuran ini pula yang menjadi tolak ukur berbagai perusahaan yang beroperasi di sebuah negara, selain indikator hukum.

Stabilitas politik... India terkenal sebagai sebuah negara demokrasi yang sulit stabil. Pertikaian antar elit politik terjadi secara terus menerus. Kondisi ini bukan hanya terjadi menjelang pemilu, tapi juga berlangsung nyaris setiap waktu. India menggunakan sistem parlementer, dengan multipartai. Bukan perkara mudah memang menyatukan partai-partai politik dalam sebuah kepentingan bersama. Egoisme kelompok sangat menonjol, dan itulah yang terjadi di India, sampai sekarang.

Pun demikian dengan Korea Selatan. Demokrasi yang sudah berlangsung sejam 1980-an di negara itu, belum juga stabil. Walaupun faktanya menurut mereka, demokrasi lah yang membuat negara itu kini semakin maju. Sejumlah hal yang masih menjadi kendala di Korea Selatan adalah pengaruh dari militer dan pengaruh dari Amerika Serikat... yang lumayan dominan. Bagaimana dengan Thailand? Negara ini adalah negara monarki tapi demokratis. Sayang, perjalanan demokrasi di negara ini sulit sekali mapan. Pengaruh dari kerajaan dan militer, terlalu besar sehingga proses demokrasi kerap terganggu. Sampai sekarang, tidak ada perdana menteri di Thailand yang bisa bertahan sampai masa jabatannya berakhir. Tragis ya.

Nah, mungkin kita berpikir bahwa demokrasi di Amerika-lah yang paling stabil. Eits... tunggu dulu. Meskipun ini adalah versi saya sendiri, tapi boleh dilihat deh apa yang terjadi di Amerika pada masa pemerintahan Barrack Obama ini. Ketika terjadi krisis ekonomi global pada 2008 lalu, Amerika mengalami resesi. Dan yang menjadi biang krisis global adalah Amerika. Stabilitas ekonomi mereka goyah dan berimbas kepada stabilitas politik karena pemerintahan Obama dianggap tidak mampu memulihkan krisis dalam waktu singkat.

Lalu, masih ingat kejadian black out setahun yang lalu? Obama mengajukan program kesehatan semesta dalam tajuk Obamacare, yang mendapatkan respon negatif dari parlemen Amerika. Perseteruan antara dua kubu partai politik di Amerika mencapai puncaknya ketika parlemen Amerika menolak menyetujui anggaran negara. Akibatnya, selama hampir sebulan, pemerintahan Obama menutup banyak sekali sarana dan fasilitas serta layanan publik karena tidak ada anggaran. Sebuah peristiwa yang sudah lama tidak terjadi di Amerika Serikat.

Menjalankan pemerintahan, menjaga demokrasi, dan menstabilkan kondisi politik serta keamanan memang tidak mudah. Banyak sekali pihak yang saling berkepentingan, serta berbeda-beda. Butuh strategi yang tepat untuk menjalankan roda pemerintahan agar tercipta stabilitas politik dan keamanan.

Saya melihat dan merasakan selama 10 tahun terakhir ini, Indonesia unggul dalam banyak hal dibandingkan sejumlah negara demokrasi lainnya. Kondisi politik memang selalu panas. Terutama menyangkut perbedaan sikap dan pendapat antara pemerintah dengan DPR, khususnya dengan partai politik yang bersikap oposisi. Sistem politik kita adalah presidensial, tapi dalam berbagai aturannya posisi parlemen justru lebih kuat dibanding presiden. Akibatnya, parlemen bisa berlaku lebih kuat dibanding presiden. Dalam banyak hal, presiden tersandera oleh kepentingan politik di DPR. Sebuah sistem presidensial yang beraroma kental parlementer, demikian pendapat sejumlah pakar politik.

Pengamat politik dari UI Eef Safullah Fatah dalam sebuah tulisannya di Kompas beberapa waktu lalu menyebut bahwa SBY cendas dalam berstrategi menghadapi parlemen, sehingga dia sukses bertahan selama 2 periode. Strategi politik SBY itu disebutnya sebagai politik lentur... lentur atau elastis. Dengan strategi itu, ternyata SBY mampu meredam kekuatan DPR, walaupun tidak bisa juga leluasa bergerak. Minimal, SBY mampu menghindarkan diri dari konflik dengan parlemen. Konflik dengan parlemen bisa berakibat fatal seperti yang terjadi pada presiden Abdurrahman Wahid.

Hasil dari strategi politik SBY jelas terlihat. Stabilitas politik relatif terjaga. Gonjang-ganjing hanya terjadi pada tataran elit dan itu pun tidak pernah meluas. Sangat lokal. Sangat insidental. Tidak pernah berlangsung lama, apalagi berlarut-larut. Selama 10 tahun, masyarakat cukup tenang dalam beraktivitas, karena sangat jarang terjadi keributan antar elit atau kelompoknya yang berdampak luas. Pun begitu stabilitas keamanan. Berbagai pendekatan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, terbukti berhasil menekan potensi gangguan keamanan. Boleh dikatakan, selama 10 tahun ini, kita relatif hidup tenang, bisa bekerja dengan nyaman dan dapat berbisnis dengan lancar. Sebuah warisan pemerintahan SBY yang lumayan manis.

Yang bikin ribut hanya sejumlah stasiun televisi yang selalu berisik dengan kepentingan politik para pemiliknya. Bagaimana apakah Anda setuju dengan pendapat saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun