Pernyataan SBY melalui akun twitternya Kamis malam lalu, layak diapresiasi. Dalam sekitar 10 tweetnya itu, SBY menegaskan sikap politik dirinya dan partainya, terkait dengan perkembangan terakhir. Khususnya setelah Jokowi-JK resmi secara hukum sebagai pasangan presiden dan wakil presiden. Hal itu juga terkait dengan tawaran SBY sebagai presiden petahana, untuk membantu presiden terpilih melaksanakan transisi secara elegan. Ternyata menurut SBY, sikapnya membantu pemerintahan baru ditafsirkan berbeda oleh sejumlah kalangan.
Tweet yang diberi tanda *SBY* yang artinya pernyataan langsung dari SBY bukan dari admin akun twitternya, mengandung sejumlah ketegasan sikap SBY, yang sesungguhnya sudah sejalan dengan berbagai kebijakan dan sikapnya selama Pemilu 2014 berlangsung. Ketika SBY mengetahui bahwa Demokrat memperoleh suara 10% dan tidak memiliki tokoh yang tepat untuk diajukan sebagai calon presiden, sejumlah strategi sudah dipersiapkannya. Terutama strategi untuk mengevaluasi dan memperbaiki kondisi partai Demokrat. Partai yang didirikan dan dibesarkannya sejak 2004 lalu. SBY prihatin dengan kondisi partai yang porak poranda akibat sikap segelintir pengurusnya.
Konon kabarnya, SBY akan memfokuskan perhatiannya kepada Demokrat setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Selama menjadi presiden, SBY memang relatif tidak terlalu banyak mengurusi partai. Dia lebih fokus menjalankan tugasnya sebagai presiden, sehingga partai Demokrat limbung karena sebagian pentolannya lebih mementingkan dirinya sendiri. SBY tidak mau Demokrat terus menukik kondisinya. Itulah sebabnya, dibandingkan harus ikut serta dalam kelompok politik yang ada, SBY memilih fokus memperbaiki Demokrat. Persis seperti yang disampaikannya dalam tweet Kamis malam itu.
Saya pribadi memang berharap Demokrat bisa menjadi penyeimbang yang cerdas dalam peta politik ke depan. Bukan partai oposisi yang selalu berseberangan dengan penguasa, tapi juga bukan partai yang selalu nunut dengan keinginan penguasa. Kekuatan penyeimbang adalah kekuatan yang mengontrol dan mengawasi pemerintahan secara proporsional. Kalau ada program bagus dari pemerintah, maka program itu duji dan didukung. Jika ada program buruk, maka diingatkan dan ditolak.
Pernyataan dalam twitter yang paling menarik dari SBY adalah ungkapan “Kami tidak haus kekuasaan.” Sebuah ungkapan yang keras dan tegas ditujukan kepada pihak yang menganggap Demokrat tidak siap berada di luar pemerintahan. Pernyataan itu menggambarkan sikap presiden SBY sebagai ketua umum partai dan sebagai seorang politisi kawakan. Pernyataan itu bukan hanya mengena kepada pihak di luar partai, melainkan juga tepat sasaran kepada sejumlah kader partai Demokrat sendiri yang tidak kuat berada di luar kekuasaan. Pesannya jelas, bahwa kader Demokrat tidak boleh bergabung dengan penguasa.
Di kalangan masyarakat beredar informasi bahwa jika mereka akan lebih memberikan apresiasi kepada Demokrat, jika partai ini tetap konsisten dengan kenetralannya. Masyarakat akan sangat kecewa dan luntur apresiasinya jika Demokrat bergabung ke kubu Jokowi. Sikap masyarakat itu sejalan dengan pernyataan-pernyataan SBY dalam twitternya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H