Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suksesi Indonesia Bikin Iri Negeri Tetangga

22 Oktober 2014   16:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dibantah lagi, bahwa proses suksesi kepemimpinan Indonesia 2014 ini adalah sebuah rekor. Sejarah akan mencatat dengan tinta emas, baru kali inilah terjadi sukses pergantian presiden yang berlangsung mulus, damai dan dalam balutan demokrasi yang sehat. Tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah 70 tahun Indonesia merdeka, suksesi berlangsung luar biasa seperti 20 Oktober tersebut. Bahkan kalau kita tarik jauh ke belakang, suksesi 2014 ini seharusnya mampu menghapus memori-memori suksesi buruk pada masa kerajaan-kerajaan besar di Indonesia.

Siapakah kreator sukses sehat ini? Saya tidak bisa mengelak jika SBY-lah yang paling pantas disebut sebagai sutradaranya. Sejak sebelum menjadi presiden, ternyata SBY sudah memimpikan sebuah suksesi yang damai dan demokratis. Ketika menjelang berakhirnya masa pemerintahan, SBY sudah menyiapkan suksesi persis seperti yang terjadi di gedung MPR tempo hari. SBY dengan sungguh-sungguh menyiapkan semua hal terkait suksesi ini. SBY ingin mengubah sejarah, lalu mencetak sejarah baru dan kemudian menjadi tradisi luhur politik Indonesia. SBY menyebutnya sebagai politik adiluhung. Ya, sebuah politik yang lebih mementingkan urusan bersama dibanding kekuasaannya itu sendiri.

Di laman Kompasiana ini sudah banyak respon dan komentar dari sejumlah kalangan terhadap proses suksesi demokratis tersebut. Mulai dari kalangan di dalam negeri sampai di mancanegara. Memang fokus utama perhatian adalah kepada sosok baru pemimpin kita yaitu Joko Widodo. Namun, saya pribadi melihat euforia itu sebatas besarnya harapan. Kita sudah sering melihat harapan melimpah ruah tersebut muncul dari anak bangsa. Di awal memang begitu. Harapan begitu tinggi, dan ditunjukkan dengan sikap yang kadang berlebihan. Ingat, ketika Timnas U-19 memberikan harapan besar? Tentu masih segar dalam ingatan, betapa harapan tinggi publik terhadap timnas tersebut. Namun, kesalahan pengelolaan harapan itu membuat timnas tersebut loyo saat bertanding di medan yang sesungguhnya.

Dalam kitab suci disebutkan bahwa akhir itu lebih baik dibanding awal. Jadi, buatlah akhir yang lebih baik dibanding awal, bukan sebaliknya. SBY tampaknya memegang erat prinsip itu. Dia ingin akhir masa jabatannya berlangsung elegan, baik dan bahkan lebih baik dibanding ketika dia pertama kali memangku jabatan pada 2004. SBY pun kemudian memuliakan penggantinya yaitu Jokowi. SBY mengajak serta presiden baru itu dalam berbagai kegiatan kenegaraan, termasuk dalam upacara ulang tahun TNI yang berlangsung meriah dan besar-besaran. Di situ, Jokowi pun bisa merasakan kebanggaan sebagai anak bangsa. Hal yang tidak didapatkan SBY, ketika HUT TNI terjadi pada 2004 lalu, ketika dia sudah berstatus sebagai presiden terpilih, namun jabatan presiden masih dipegang oleh Megawati. SBY tidak mau Jokowi, sebagai penggantinya merasakan hal tidak nyaman tersebut. Pun ketika datang ke istana pada 2004 lalu, SBY tidak mau penggantinya merasakan ketidaknyamanan karena penghuni lamanya sudah tak jelas rimbanya. SBY menanti di Istana menyambut presiden baru dengan lapang dada dan kegembiraan. Sebuah sikap yang sangat layak diapresiasi. Mungkin sepele, tapi amat bermakna.

Pun ketika anggota MPR menyaksikan pertukaran kursi presiden lama kepada presiden baru. SBY melakukannya dengan senang hati, dengan jiwa besar, dengan tulus kepada penggantinya. Pertukaran itu menandai awal hidup baru bangsa Indonesia dengan tokoh-tokoh bangsa yang negarawan, yang lebih mementingkan urusan bersama ketimbang ego dan dendam pribadi. SBY tidak merasakan hal tersebut ketika dilantik menjadi presiden pada 2004 lalu. Kini, Jokowi mearsakannya, mengalaminya, dan menikmati suksesi yang amat luar biasa. Sukses penuh sejarah. Suksesi yang seharusnya juga mendapatkan REKOR MURI.

Dunia melihat. Dunia menyaksikan. Sebuah negara  yang baru belajar berdemokrasi mempertontonkan sikap demokrat sejati. SBY sebagai penguasa selama 10 tahun, berhasil membangun demokrasi yang sehat, yang dengan luar biasa ditunjukkan pada proses suksesi selama seharian 20 Oktober itu. Negera tetangga kita seperti Malaysia, Singapura, Brunai, Thailand dan termasuk Australia, kagum dengan proses suksesi demokrasi sehat tersebut. Bahkan dari media-media di negara itu terlihat, bahwa sebagian dari mereka iri dengan proses peralihan kekuasaan demokrasi adiluhung. Dengan suksesi itu, negara kita amat bermartabat di mata dunia.

Terima kasih pak SBY, terima kasih Jokowi, terima kasih para pemimpin kami semuanya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun