Mohon tunggu...
Mas Wartono
Mas Wartono Mohon Tunggu... Guru - Guru Ahli Madya, Quizizz Super Trainer, Nara Sumber BPB IKM A3, Penggerak Bergema BLPT A1, Penggerak Dedikatif Komunitas Belajar, Guru Penggerak, Pengajar Praktik, Guru Inovatif, Ketua Komunitas Guru Cakap Teknologi, Analis Data SPSS, Aktor Awan Penggerak

Saya bertugas sebagai guru di daerah terpencil dipulau terluar yaitu Pulau Ndao Nuse, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Saya mengabdi sebagai pendidik sudah 19 tahun. Hobi saya adalah membaca dan mencari tantangan baru dalam dunia pendidikan. Saat ini saya lebih benyak sebagai nara sumber di berbagai kegiatan terutama yang berhubungan dengan kurikulum merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknologi: Pisau bermata dua

26 Desember 2024   09:35 Diperbarui: 26 Desember 2024   09:33 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Kehadirannya membawa kemudahan, efisiensi, dan inovasi yang terus berkembang. Salah satu manifestasi teknologi yang paling mencolok adalah gadget, perangkat elektronik yang mendukung berbagai aktivitas manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun, di balik segala manfaatnya, teknologi juga menyimpan sisi lain yang perlu disoroti. Ibarat pisau bermata dua, teknologi dapat memberikan dampak positif sekaligus negatif, tergantung pada bagaimana penggunaannya.

Tulisan ini akan menyoroti dampak penggunaan gadget pada pelajar secara sedetrhana, dilihat dari sisi perkembangan psikomotor, psikologis, dan rasa sosial terhadap sesama. Selain itu, tulisan ini juga akan mengulas penggunaan teknologi dalam pembelajaran, serta mempertanyakan apakah segala hal yang modern selalu lebih baik dibandingkan pendekatan klasik dalam pendidikan.


Dampak gadget pada pelajar: positif dan negatif

1. Dampak pada perkembangan psikomotor

  • Sisi Positif: penggunaan gadget dapat mendukung perkembangan psikomotor pelajar melalui aplikasi dan perangkat lunak yang dirancang khusus untuk melatih keterampilan motorik. Contohnya adalah permainan edukatif yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata, seperti menggambar digital, mengetik cepat, atau memainkan alat musik virtual. Aktivitas ini melatih refleks, ketepatan, dan kecepatan motorik anak. Beberapa platform pembelajaran interaktif juga menggunakan teknologi augmented reality (AR) atau virtual reality (VR) yang memotivasi pelajar untuk bergerak aktif. Misalnya, aplikasi yang mengajarkan anatomi tubuh manusia dengan mengarahkan kamera ke model tiga dimensi, atau simulasi eksperimen kimia yang aman dilakukan secara virtual.
  • Sisi Negatif: namun, penggunaan gadget secara berlebihan juga dapat menimbulkan dampak negatif pada psikomotor. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk diam di depan layar dapat mengurangi aktivitas fisik, yang pada akhirnya menghambat perkembangan motorik kasar seperti keseimbangan, kekuatan otot, dan koordinasi tubuh secara keseluruhan. Bahkan, beberapa pelajar mengalami gangguan postur tubuh akibat posisi duduk yang salah saat menggunakan gadget.

2. Dampak pada Psikologis

  • Sisi Positif: gadget membuka akses luas ke informasi dan hiburan yang dapat merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu pelajar. Platform seperti YouTube, Quizizz, Word Wall, Mentimeter dan lain-lain, atau aplikasi pembelajaran lainnya memberikan materi yang menarik secara visual, yang dapat membantu meningkatkan motivasi belajar. Gadget juga menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, seperti membuat vlog, karya seni digital, atau tulisan di blog pribadi.
  • Sisi Negatif: namun, penggunaan gadget tanpa pengawasan dapat memicu kecanduan dan menimbulkan efek buruk pada kesehatan mental. Misalnya, terlalu sering menggunakan media sosial dapat membuat pelajar merasa kurang percaya diri karena terus membandingkan diri dengan orang lain. Selain itu, eksposur terhadap konten negatif seperti cyberbullying, ujaran kebencian, atau pornografi juga dapat mengganggu kesejahteraan psikologis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan tidur, kecemasan, dan depresi pada remaja. Dampak ini sering kali diperparah oleh kurangnya komunikasi langsung antara pelajar dengan keluarga atau teman.

3. Dampak pada Rasa Sosial terhadap Sesama

  • Sisi Positif: gadget mempermudah pelajar untuk terhubung dengan teman dan keluarga, meskipun berada di lokasi yang berbeda. Platform seperti Zoom, Google Meet, atau WhatsApp memungkinkan pelajar untuk belajar secara kolaboratif dan berbagi informasi dalam waktu nyata. Teknologi juga membuka peluang untuk bergabung dengan komunitas global yang memiliki minat yang sama, seperti forum diskusi sains, klub penulisan, atau organisasi sukarelawan daring.
  • Sisi Negatif: namun, ada sisi lain yang perlu diwaspadai. Ketergantungan pada komunikasi digital dapat mengurangi interaksi sosial langsung, yang penting untuk membangun empati, keterampilan berbicara, dan memahami bahasa tubuh. Selain itu, gadget sering kali menjadi penghalang dalam aktivitas bersama, seperti makan malam keluarga atau pertemuan sekolah, di mana setiap individu sibuk dengan layar masing-masing.

Teknologi dalam pembelajaran: peluang dan tantangan

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah membawa banyak inovasi. Metode seperti blended learning, flipped classroom, dan gamifikasi pendidikan menjadi lebih mudah diimplementasikan dengan bantuan teknologi. Namun, apakah teknologi selalu menjadi solusi terbaik?

Keunggulan Teknologi dalam Pembelajaran

  • Aksesibilitas: Pelajar dapat mengakses sumber belajar kapan saja dan di mana saja, baik melalui video tutorial, e-book, maupun aplikasi pembelajaran.
  • Personalisasi: Teknologi memungkinkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, seperti aplikasi yang memberikan soal latihan berdasarkan kemampuan pelajar.
  • Kolaborasi: Platform daring memudahkan pelajar untuk bekerja sama dalam proyek kelompok, bahkan dengan teman yang berada di kota atau negara lain.
  • Pengembangan Keterampilan Abad ke-21: Siswa dapat belajar keterampilan digital, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi, yang relevan dengan tuntutan dunia kerja di masa depan.
  • Efisiensi dalam pengelolaan kelas: teknologi membantu guru mengelola jadwal, tugas, dan evaluasi siswa dengan lebih mudah melalui Learning Management Systems (LMS) seperti Moodle atau Edmodo.
  • Akses untuk Daerah Terpencil: teknologi seperti pembelajaran daring atau aplikasi pendidikan memungkinkan siswa di daerah terpencil mengakses pendidikan berkualitas.

Keterbatasan Teknologi dalam Pembelajaran

  • Ketergantungan: Terlalu mengandalkan teknologi dapat membuat pelajar kehilangan keterampilan dasar, seperti menulis tangan atau berhitung tanpa kalkulator.
  • Kesenjangan Digital: Tidak semua pelajar memiliki akses yang sama terhadap perangkat dan internet, yang dapat memperparah kesenjangan pendidikan.
  • Minimnya Interaksi Langsung: Teknologi sering kali mengurangi frekuensi diskusi tatap muka antara guru dan murid, yang penting untuk membangun hubungan emosional dalam belajar.

Kembali ke Pendekatan Klasik?

Pendekatan klasik dalam pendidikan, seperti diskusi kelompok, permainan tradisional, atau kegiatan luar ruangan, tetap relevan dan memiliki nilai yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Aktivitas ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga mengasah keterampilan sosial, emosional, dan fisik pelajar. Misalnya, pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang melibatkan eksperimen langsung atau kunjungan lapangan dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dibandingkan hanya melihat simulasi di layar. Selain itu, metode bercerita atau mendongeng tetap efektif untuk membangun imajinasi dan daya ingat siswa.

Teknologi adalah alat yang memiliki potensi luar biasa untuk mendukung pembelajaran, tetapi juga menyimpan risiko jika tidak digunakan dengan bijak. Dalam konteks pendidikan, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi modern dan mempertahankan pendekatan klasik yang telah terbukti efektif. Kombinasi keduanya dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh, yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga psikomotor, psikologis, dan rasa sosial pelajar.

Sebagai pendidik, orang tua, dan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa teknologi menjadi alat yang memajukan, bukan menghambat. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat menjadi ujung tombak inovasi, bukan ancaman bagi generasi mendatang.

Sekilas teknologi dalam pembelajaran: komparasi ujian berbasis online VS ujian manual

 

ILustrasi: Quizizz dalam pembelajaran on line (Sumber gambar: https://calakpendidikan.com/2024/07/27/manfaat-quizizz-sebagai-media-pembelajaran-bagi-g
ILustrasi: Quizizz dalam pembelajaran on line (Sumber gambar: https://calakpendidikan.com/2024/07/27/manfaat-quizizz-sebagai-media-pembelajaran-bagi-g
Penulis ingin membuat perbandingan sederhana antara ujian on line dan ujian manual. Asumsi yang digunakan penulis adalah: sekolah anda, misalkan saja setingkat SMP menggunakan ujian manual, 1 siswa meghabiskan 25 lembar untuk semua mata pelajaran. 1 lembar kertas harga 500 rupiah. harga tinta 250 ribu rupiah. jika siswa disekolah anda adalah 300 siswa. Ujian on line diperkirakan 10 kelas, setiap kelas hanya membutuhkan pulsa internet sebesar Rp 50.000,-Di asumsikan sekolah mempunyai laboratorium komputer, chrome book, tablet atau HP dari peserta didik.

Berikut adalah analisis perbandingan secara sederhana antara ujian manual dan ujian online berdasarkan biaya, waktu, dan aspek ramah lingkungan:

1. Perhitungan Biaya

  • Ujian Manual:
  • Kertas: 300 siswa 25 lembar/siswa = 7.500 lembar
  • Biaya kertas: 7.500 lembar 500 rupiah/lembar = Rp 3.750.000,-
  • Tinta: Biaya tinta = Rp 250.000,-
  • Total biaya ujian manual: Rp 3.750.000 + Rp 250.000 = Rp 4.000.000,-
  • Ujian Online:
  • Pulsa internet: 10 kelas Rp 50.000/kelas = Rp 500.000,-
  • Total biaya ujian online: Rp 500.000,-

2. Perhitungan Waktu

  • Ujian Manual: distribusi soal membutuhkan waktu lebih lama (persiapan, mencetak, membagikan soal). Estimasi waktu sekitar 2-3 jam tambahan dibanding ujian online.
  • Ujian Online: Soal sudah tersedia secara digital, langsung diakses oleh siswa. Proses ini menghemat waktu hingga 2-3 jam

3. Ramah lingkungan

  • Ujian Manual
  • Penghitungan kebutuhan kayu untuk kertas: asumsi 1 pohon rata- rata menghasilkan 10.000 lembar kertas. Jumlah pohon yang ditebang  = 0,75 pohon.
  • Ujian Online: Tidak membutuhkan kertas atau tinta, sehingga lebih ramah lingkungan.

4. Faktor kerusakan printer dan cartridge: dalam ujian manual, potensi kerusakan printer dan cartridge dapat menambah biaya, sementara ujian online tidak memerlukan perangkat ini.

Dari segi biaya, efisiensi waktu, dan keberlanjutan lingkungan, ujian online jauh lebih unggul dibandingkan ujian manual.

Kembali kepada sekolah dan pemangku kebijakan masing-masing untuk menentukan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun