Mohon tunggu...
Mas Wartono
Mas Wartono Mohon Tunggu... Guru - Guru Ahli Madya, Quizizz Super Trainer, Nara Sumber BPB IKM A3, Penggerak Bergema BLPT A1, Penggerak Dedikatif Komunitas Belajar, Guru Penggerak, Pengajar Praktik, Guru Inovatif, Ketua Komunitas Guru Cakap Teknologi, Analis Data SPSS, Aktor Awan Penggerak

Saya bertugas sebagai guru di daerah terpencil dipulau terluar yaitu Pulau Ndao Nuse, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Saya mengabdi sebagai pendidik sudah 19 tahun. Hobi saya adalah membaca dan mencari tantangan baru dalam dunia pendidikan. Saat ini saya lebih benyak sebagai nara sumber di berbagai kegiatan terutama yang berhubungan dengan kurikulum merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Toxic: Kambing Hitam Resign

17 Desember 2024   21:10 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:05 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minat dan Passion di Bidang Lain: Ada kalanya seseorang menemukan passion atau keterampilan yang lebih sesuai di luar dunia pendidikan, yang sekaligus memberikan penghasilan lebih baik. Jika pekerjaan baru itu membuat seseorang lebih bahagia dan sejahtera, maka keputusan resign bisa menjadi langkah positif.

Penghargaan terhadap Profesi Guru: Penting untuk diakui bahwa profesi guru adalah pilar kemajuan bangsa. Namun, tantangan seperti rendahnya gaji atau kurangnya apresiasi dapat membuat sebagian guru merasa profesinya tidak sebanding dengan perjuangan yang diberikan.

Dampak terhadap Pendidikan: Jika terlalu banyak guru berbakat yang resign karena faktor ekonomi, ini bisa menjadi alarm serius bagi dunia pendidikan kita. Pemerintah dan pemangku kebijakan perlu mencari solusi agar profesi guru lebih menarik dan berkelanjutan.

Menciptakan Dampak dengan Cara Lain: Bagi guru yang memilih resign, bukan berarti kontribusi terhadap pendidikan harus berhenti. Banyak peluang di sektor lain yang tetap mendukung dunia pendidikan, seperti melalui pelatihan guru, teknologi pendidikan, atau kewirausahaan yang berfokus pada solusi pendidikan.

Langkah-langkah Mengatasi Lingkungan Kerja Toxic di Sekolah

Untuk mencegah terjadinya resign massal guru akibat lingkungan kerja toxic, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Meningkatkan Gaya Kepemimpinan yang Inklusif Kepala sekolah dan pemimpin lembaga pendidikan perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang inklusif, di mana guru dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan didengar suaranya.
  2. Membangun Budaya Komunikasi yang Positif Komunikasi yang terbuka dan sehat antar guru, staf, dan pimpinan akan menciptakan suasana kerja yang harmonis. Budaya saling menghormati dan mendukung harus dibangun sejak awal.
  3. Memberikan Dukungan Kesehatan Mental Sekolah perlu menyediakan layanan konseling atau pendampingan psikologis bagi guru yang mengalami stres atau masalah mental akibat pekerjaan.
  4. Membagi Beban Kerja Secara Adil Tugas dan tanggung jawab guru harus dibagi secara adil agar tidak ada pihak yang merasa terbebani. Fokus utama harus tetap pada proses belajar-mengajar, bukan sekadar tugas administratif.
  5. Memberikan Apresiasi yang Layak Penghargaan dan apresiasi terhadap guru sangat penting untuk menjaga motivasi mereka. Pengakuan atas usaha dan pencapaian akan membuat guru merasa dihargai dan dihormati.
  6. Mengatasi Konflik dengan Bijaksana Setiap konflik harus ditangani dengan cepat dan bijaksana agar tidak berkembang menjadi situasi yang lebih buruk. Mediasi atau dialog terbuka bisa menjadi solusi efektif.

Lingkungan kerja yang toxic di sekolah adalah masalah serius yang perlu segera ditangani. Seorang guru yang resign akibat situasi ini bukanlah sosok yang lemah atau tidak profesional, melainkan individu yang berani mengambil langkah untuk melindungi kesejahteraannya. Penting bagi sekolah dan pemangku kebijakan pendidikan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung, dan inklusif agar guru dapat bekerja dengan optimal.

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika lingkungan kerja tidak kondusif, maka proses pendidikan pun akan terganggu. Oleh karena itu, mari bersama-sama membangun sekolah sebagai tempat yang nyaman dan positif bagi semua, khususnya para guru yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mendidik generasi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun