Mohon tunggu...
Ali Eff Laman
Ali Eff Laman Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Lepas Bebas

Orang biasa yang dikelilingi orang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisahku di Stasiun Terakhir

29 November 2023   11:24 Diperbarui: 29 November 2023   17:17 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi.Ali

Aku merasa bersalah melihat kekhawatiran dan upaya pencarian orang-orang di sekitarku. Teman-teman kantorku, keluargaku, dan bahkan orang-orang yang tak kukenal, semuanya bersatu mencariku. Mereka menjelajahi setiap sudut kota, menyusuri rumah sakit, dan bahkan memeriksa media sosialku. Mereka menunda waktu tidurnya untuk terus berdoa dan berharap mendapat kabar dariku.
Melalui layar tablet, aku terhubung dengan dunia maya. Meskipun terpisah oleh jarak, terasa kebersamaan yang luar biasa. Aku menyadari bahwa setiap tindakan kecilku memiliki dampak yang lebih besar daripada yang aku bayangkan. Pencarian diriku menjadi kisah bersama, di mana orang-orang yang tidak kukenal bersatu untuk membantu sesama.

Waktu berlalu, dan aku semakin dekat dengan keberadaanku sendiri. Setiap pesan doa menjadi penguat semangatku. Meskipun masih dalam ketidakpastian, aku mulai melihat sinar kebersamaan bercahaya di ujung terowongan.
Dalam pertemuan antara dunia nyata dan maya, antara kisah hidupku dan pencarianku, aku merasakan adanya keajaiban yang tengah terjadi. Meskipun keputusasaan dan kesunyian sempat merajai, namun cahaya harapan mulai bersinar di sudut hatiku yang mulai gelap.
Malam itu, saat pencarian mencapai puncaknya, aku dan para pencari bersatu menemukan keseimbangan. Aku merasa terhubung dengan dunia luar dan sekaligus merenung dalam diriku sendiri. Keberanian untuk terus hidup, meski dalam kelemahan dan ketidakpastian, mulai tumbuh dalam diriku.

Dalam kehangatan dan kebersamaan yang muncul dari pencarian ini, aku belajar bahwa kita tidak pernah sendirian dalam perjalanan hidup ini. Ada kekuatan di luar sana yang mendukung kita, dan setiap tindakan kecil kita memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang kita kira.

Akhirnya, lewat WhatsApp Web, aku segera menghubungi istriku mengurai kekhawatirannya dan menyampaikan bahwa aku baik-baik saja di tempat yang aman. Namun kekhawatiran akan masih bersarang di benak mereka yang mengetahui kisah sebenarnya, pencarian tetap berlanjut hingga keponakanku yang semalaman tidak tidur menemukan jejakku.
"Ayo, Om, kita pulang," ucapnya. Akhirnya, aku pulang, menyisakan satu lembar kisah dalam bab-bab hidupku yang melibatkan mereka untuk memahami dan menutupnya menjadi lebih sederhana, meski prasangkanya masih terurai di dalamnya.

Dengan sedikit semangat tersisa, aku mencoba menasehati diri sendiri bahwa meskipun perjalanan ini dipenuhi liku-liku dan perasaan rumit, aku menyadari bahwa hidup ini berharga dan penuh potensi untuk tumbuh dan menginspirasi. Hidup memang tidak selalu mulus, seperti jalan yang penuh dengan kerikil kecil yang sesekali membuat kita tersandung. Jika itu pernah terjadi padamu, jangan merasa kehilangan diri. Percayalah, Tuhan menciptakan manusia bukan untuk menderita.

Dalam cerita hidupku yang penuh warna, aku menemukan arti sejati dari kehidupan. Keajaiban terletak pada keterhubungan antar satu sama lain, di mana setiap individu, meski hanya seorang diri, dapat menjadi bagian dari cerita hidup orang lain. Jadi, janganlah egois untuk menyelesaikannya sendiri. Itu bisa menyusahkan banyak orang yang mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang kamu alami.

Terima kasih untuk semua yang peduli, yang dengan cintanya meniup kapas terbang agar tidak jatuh ke tanah. Terima kasih untuk istriku yang kuat setegar baja. Terima kasih untuk keluarga dan teman-teman. Jika suatu saat kapas itu jatuh ke tanah, dan tak seorangpun mampu mencegahnya itu artinya Tuhan telah merelakan. Siapapun kapas itu, siapapun yang meniup atau membiarkannya, itulah Stasiun Terakhir. Stasiun kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun