"Dogma Perlu Otak, Asalkan Tidak Dipakai"
Saya sering menulis hal-hal yang menyangkut keyakinan dengan penuh kehati-hatian, karena tahu bahwa landasan keyakinan cendrung dasarnya adalah dogma.
Dogma  adalah kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau perkumpulan/persekutuan untuk bisa lebih otoritatif. Bukti, analisis, atau fakta mungkin digunakan, mungkin tidak, tergantung penggunaan.
Tapi yang paling sering adalah tanpa perlu fakta, tanpa perlu bukti apalagi analisis, pokoke percaya aja, yakin aja.Jangan pernah diganggu, jangan pernah disinggung.
Menyinggung dogma sama dengan menarik ekor singa yang lagi lapar. Kalau gak langsung diterkam ya jadi bulan-bulanan cakar maut.siapa yg berhasil memangsamu..iming-imingnya masuk syorga ala dogma.
Sebaliknya kalau kamu ambil nada positif di panggung dogma, otomatis kamu jadi selebritis religi, dukungan dari segala penjuru akan mengarah padamu..dielu-elu ..darimanapun kamu berasal, asal manggung.
Jadi berahti-hatilah ketika berkata, atau menulis tentang dogma dengan nada negatif. Semakin pandai otakmu berfikir semakin berbanding terbalik dengan keyakinan ala dogma.
Di negeri ini jangan bermimpi dulu untuk memerankan "Just For Laughs Gags" dimana kadang keyakinan bisa jadi bahan bercandaan. kayak di negeri lain yg mendapat sematan logo kafir.
Di negeri kita, alih-alih pemirsa tertawa ngakak ketika dogma diayun-ayun, yang ada kamu jadi sasaran kekompakan, dijadikan musuh bersama tanpa tabayun.
Beragama lah tetap dengan akal sehat, sekalipun  di dalamnya penuh dengan dogma yg tak perlu akal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H