Kunantikan hari yang kurindukan
Hingga ku temukan batas waktu penantian
Inilah jalanku untukmu
Berharap kamu semua menjadi generasi emas negeriku
Tak lagi memandang keberadaanmu yang kontras dengan sebayamu
Namun keberadaanmu menjadi kekuatan untuk melangkah pasti
Jika bukan karena anugerah yang menggerakkanku
Barangkali aku tak mampu menganggapmu 100 %
Kemuliaan pribadi menjadi buruan emas sepanjang hari
Kutemukan sorakan hati suka di dalam pandanganmu
Kurasakan respon hangat dari sapaan unikmu sesaat melihatku
Sungguh aku mengasihimu “anak gunungku”
Kehadiranmu menggantikan ketiadaanmu
Tak sepaket perangkat belajar tergantung di pundakmu
Hanya satu dari sekian perkakas yang kamu bawa atau bahkan tidak
Alasanmu membuatku semakin ingin memelukmu
Kekosongan finansial menjadi masalah mayoritas
Miris....
Dibalik gerakan lincah kaki mungilmu tiada lagi kelelahan
Gunung-gunung terjal dan sisa tumbuhan tajam tak lagi kau hiraukan
Kerinduan untuk sampai di sekolah seolah realisasi mimpimu tadi malam
Sampai-sampai lupa membasuh sekujur tubuh
Ku bisa tersenyum di dalam kelakuanmu
Terus mengingatkanmu membasuh tubuhmu adalah kesukaan bagiku
Bagaimana aku harus mengungkapkan kasihku lagi?
Sepertinya aku belum melakukan tingkat kemaksimalan untukmu
Ku memohon Tuhanlah yang terus membenahiku
Sehingga ku terus mampu berkarya bagimu anak negeriku
Batas waktu tak akan jadi penghalang bagimu tuk menjadi bagian dari keemasan itu
Keoptimisan ini tidaklah sekedar optimis
Juga mimpi ini tidaklah sekedar mimpi
Ku harap topangan awal mendasar ini menjadi tongkat estapetmu
Mari realisasikan mimpiku yang juga mimpimu
Hingga esok tak lagi seperti kini
Salam SM3T, Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia!
HORAS!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI