Hal ini sudah dicontohkan para ulama kita saat ini, dimana beliau-beliau semakin sepuh usianya semakin sering menyampaikan pentingnya rasa cinta tanah air dalam berbagai ceramahnya, silahkan lihat Mbah Kiai Maimoen Zubair, Habib Lutfi bin Ali bin Yahya, dan sebagainya. Menjadi muslim yang baik, sekaligus menjadi warga negara yang baik. Tidak bisa dipisahkan. Inilah ajaran ulama-ulama kita.
Bahkan, ada cerita, Kiai Malik Ilyas, Purwokerto, Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah pernah mengajak Habib Lutfi bin Yahya, yang masih muda, dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba, beliau minta kepada Pak Sayuti, sopirnya, untuk menghentikan kendaraan. Setelah itu, beliau menggelar tikar, sembari menunggu pukul 10.00 WIB.Â
Habib Lutfi penasaran atas apa yang dilakukan oleh gurunya itu. Ternyata, tepat pukul 10.00 WIB, Kiai Malik mengajak Pak Sayuti dan Habib Lutfi berdoa untuk para syuhada dan khususiyah kepada arwah para pahlawan: dari Pangeran Diponegoro, Sentot Alibasya Prawirodirjo, Kiai Mojo, Bung Karno, Bung Hatta dan para ulama-pahlawan lain difatehahi satu persatu. Ternyata, saat itu tepat pada tanggal 17 Agustus. Pukul 10.00 diambil oleh Kiai Malik sebagai awal mula prosesi doa karena puluhan tahun silam Bung Karno-Bung Hatta, atas nama rakyat Indonesia, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Inilah peringatan Agustusan ala ulama Indonesia. Sederhana namun penuh makna. Keren sekali.....
***
Beberapa poin yang saya sampaikan dalam Peringatan Kemerdekaan RI ke-75 di Ponpes Assunniyah Kencong Jember, pagi tadi. Saya susun pakai pola Q&A, agar lebih ringkas.
Wallahu A'lam Bishshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H