Mohon tunggu...
Penerbit Imtiyaz
Penerbit Imtiyaz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya akan post tulisan tulisan Saya Kunjungi juga web Penerbit Imtiyaz http://www.penerbitimtiyaz.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembekasan Masa Kecil

1 Agustus 2018   05:43 Diperbarui: 1 Agustus 2018   05:50 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
almadinainstitute.org

Pembekasan inilah yang menumbuhkan rasa kasih dalam jiwa Edhi. Sehingga ia rela memungut bayi-bayi buangan untuk dirawatnya sendiri. 

Sehingga ia giat mengantar ambulan-ambulan gratis bagi para pesakitan papa. Sehingga ia gemar berbagi derma dan menampung para tunawisma. Sehingga ia menjadi penyedia layanan kesehatan gratis non-profit terbesar melebihi kemampuan layanan pemerintahnya.

Terutama, pembekasan ini membentuk jiwa Edhi sebagai manusia pemberi, bukan penagih. Orang dengab kedudukan spiritual semacam Edhi ini sudah tak lagi hitung-hitungan dalam urusan memberi. 

Kalau kita 'kan masih berharap, masih pakai konsep timbal balik; dengan bersedekah maka rizki kita akan lancar. Dia tidak. Baginya memberi ya memberi. Bahkan kalau dengan memberi kemudian dia dapat ganti seribu kali lipat pun pasti akan dia keluarkan lagi untuk memberi.

Lalu apakah pengalaman hidup Edhi yang menjadi pembekasan baginya di masa kecil?

Ketika masih belia, sebagaimana umumnya anak-anak, ia diberi uang jajan oleh ibunya. Edhi tidak berasal dari keluarga kaya sehingga uang saku yang dia dapatkan pun tidak banyak. 

Hanya dua paisa. Paisa adalah pecahan mata uang rupee. Mungkin bagi generasi orang tua kita dahulu setara dengan pecahan 'perak' atau 'ringgit'.

Nah, uniknya, setiap kali ibunya menyerahkan uang jajan itu, ia selalu berpesan kepada Edhi agar dua paisa itu dibagi. Satu paisa untuk jajan dirinya sendiri, sedangkan satu paisa sisanya ia berikan kepada temannya yang membutuhkan. 

Satu paisa mungkin memang bukan angka yang besar untuk diberikan, tapi memiliki energi yang sangat besar dalam proses pembekasan nilai dalam diri Edhi. Lagipula, seperti kata Baginda Nabi, sedekah satu receh dari orang yang hanya punya dua receh jauh lebih besar nilainya daripada sedekah sejuta dari juragan dengan kekayaan semiliar.

Maka Edhi pun tumbuh dengan semangat memberi yang dibiasakan ibunya. Ia tumbuh menjadi sosok yang gemar berbagi separo miliknya kepada orang lain. 

Ia seperti tak punya lagi hasrat untuk memiliki dan menumpuk materi, 'nafsu' hidupnya hanya untuk memberi dan melayani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun