Bisa jadi orang yang rambutnya kusut, berdebu, punya dua pakaian lusuh, dan pintu-pintu tertutup baginya, namun jika dia berdoa kepada Allah, Dia pasti mengabulkannya.
Lantas bagaimana dengan hamba-Nya yang ibadahnya masih amburadul dan saat beribadah pikirannya ngelantur ke sana ke mari, dan belum merasakan nikmatnya beribadah, seperti kita, eh saya, ini? Kalau menempuh jalan manusia-manusia spesial seperti orang-orang di atas, tampaknya malah pontang-panting kewalahan.
ditulis oleh Rijal Mumazziq Z Posted by Penerbit imtiyaz,http://penerbitimtiyaz.com/ Penerbit Buku Buku Islam.
Tapi, tidak apa apa, minimal dengan rajutan cerita di atas kita bisa mematut diri di hadapan keegoan kita, bahwa kita tidak ada apa apanya di banding mereka dalam hal apapun. Rasanya, nggak pantas koar koar ke sana kemari dan mendaku diri sebagai "Pengikut Rasulullah" sedangkan menapakjejak "para pewaris Nabi" seperti hamba-hambaNya di atas dengan berbagai lelakunya, kita, eh saya, masih merasa berat.
Bagaimana, sahabat Jarjit, adakah solusi yang tepat agar bisa berhati-hati seperti manusia manusia keren di atas?
Wallahu A'lam Bisshawab
Dinukil dari status saya, Rijal Mumazziq Z taun 2015 silam, kisah ini ditulis ulang  disertai syarahnya di Buku saya yang berjudul Kiai Kantong Bolong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H