www.penerbitimtiyaz.com
"Kok bensinmu bau amis, Jal?"
------------------
Saya pernah mengantar (almarhum) guru keliling pakai sepeda motor supra-x yang knalpotnya blong memekakkan telinga. Alhamdulillah, beliau enjoy saja. Hingga setelah mengisi bensin di SPBU, beliau nggak mau naik.
"Kok bensinmu bau amis, Jal?" tanya beliau.
"Wah, lha kok bisa bensin bau amis, Pak?"
"Sebentar, ini tadi kamu beli bensin pakai uang apa?"
Saya nyengir.
"Nganu Pak. Ini tadi uang di amplop pemberian teman saya untuk avisa, dua puluh ribu. Ya saya pinjam dulu buat beli bensin..."
Raut muka beliau serius. Tampak mendengus.
"Amis, Jal. Itu uang buat anakmu, kok kamu pakai buat beli bensin motormu. ITU BUKAN HAKMU. Amis, amis, Jal. Aku emoh numpak sepeda motormu iki. Nggak betah ambune."
Aduh, kena! Mateng aku!
Saya ngalah. Saya kosongkan tangki supra-x, lalu saya beli bensin lagi memakai uang halal milik saya, bukan uang milik avisa [^_^].
Setelah itu, brummm bruuuum, guru saya senyum-senyum saya antar ke Makam Sunan Ampel. Itu pertemuan terakhir sebelum beliau kundur ke ngarsanipun Gusti Allah, awal 2012.
(Status fesbuk saya, 1 Mei 2015)
----
Bagi beberapa orang spesial, menjaga asupan makanan yang berkualitas sangat penting. Berkualitas di sini adalah tinjauan ruhani. Jangan sampai ada barang syubhat, apalagi haram, masuk ke dalam tubuh yang dipakai beribadah. Baik haram secara dzat(i) seperti babi dan makanan-minuman yang diharamkan Allah, maupun haram sabab(i), yaitu sesuatu yang haram karena penyebabnya. Misalnya, harta hasil korupsi, pungli, hasil mencuri yang digunakan untuk membeli makanan-minuman dan berbagai barang lainnya.
Makanan yang tidak jelas kehalalannya, baik sifat maupun proses pengolahannya, akan mempengaruhi jiwa seseorang. Kemalasan beribadah, keengganan berdzikir, dan keogahan melakukan amal salih antara lain karena mungkin kita sengaja atau tidak sengaja memakan makanan yang halal tapi tidak diproses secara halal maupun halal bercampur dengan yang syubhat maupun haram. (Nah, ini yang sulit bagi penikmat kuliner kayak saya qiqiqiqi)