Mohon tunggu...
Mudy
Mudy Mohon Tunggu... -

Rakyat kecil tinggal di Jakarta, pensiunan swasta, Pancasilais, republiken, ultra-nasionalis. Anti NeoLib-ASEAN-C, anti religio-fascist, anti rezim-status-quo-koruptor. https://mudy45.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menantikan Pengganti Stealth Fighter F-35

24 Januari 2016   21:42 Diperbarui: 24 Januari 2016   21:47 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="F-35 (f-16.net)"][/caption]

Tahun 2017/18 akan menjadi tahun yang menentukan bagi US. Pasca pemilu 2016 pemerintah US dapat dipastikan menjadi lebih agresif secara militer untuk membuktikan janji-janji pemilu-nya.

Kelemahan F-35 akan mendorong Pentagon untuk meninjau ulang konfigurasi 2 fighter generasi 5: F-22 dan F-35. F-35 dipandang tidak memadai untuk menggantikan seluruh fighter yang semula direncanakan akan digantikannya. Alasan lain dibelakang layar adalah menyebarnya teknologi F-35, khususnya akibat spionase PRC.

Bukan hanya keunggulan teknologi F-35 menjadi berkurang, tetapi juga pengembangan teknologi F-35 berarti mendukung pengembangan fighter lawan-lawan US. PRC bukan hanya memproduksi clone F-35, tetapi juga disinyalir membarter hasil curian-nya tersebut kepada Russia, untuk imbalan mesin jet generasi terakhir. Russia awalnya menolak memberikan mesin jet generasi terakhirnya karena praktek pembajakan teknologi yang dilakukan PRC. Namun dengan barter teknologi F-35 curian, Russia menilai hal tersebut sepadan.

[caption caption="Perbandingan F-35 dengan J-31 (liveleak.com)"]

[/caption]

Pengembangan F-35 yang dilakukan oleh banyak negara menyulitkan US untuk menjaga kerahasiaan teknologi unggulannya. Setiap pengembangan akan mudah di-curi dan digunakan meningkatkan teknologi PRC dan Russia. Kekhawatiran serupa pernah terjadi setelah disain F-14 jatuh ketangan Russia melalui Iran. Kerajaan Iran yang dekat dengan US menjadi yang pertama dan satu-satunya negara yang menerima primary fighter andalan US saat itu: F-14, yang pada saat itu kira-kira sebanding dengan F-22. Revolusi Khomeini menyebabkan Iran berbalik menjadi musuh US dalam 1 malam. Soviet segera memperoleh F-14 tersebut dan menerapkan berbagai teknologi-nya. Jika F-14 tetap dikembangkan, maka peningkatan teknologi-nya diperkirakan dapat memberikan dampak berganda pada kemajuan teknologi Soviet. Akibatnya US mengakhiri program fighter terbaiknya tersebut.

[caption caption="F-14 Iran (aerospaceweb.org)"]

[/caption]

Dilema pada F-35 adalah bahwa proyek tersebut sudah memakan dana sangat besar dan melibatkan banyak negara, tidak mungkin untuk diakhiri. Disisi lain melanjutkan F-35 pasca 2017 sebagai andalan militer US akan mengakhiri dominasi udara secondary fighter US. Karena itu besar kemungkinan pada 2017/2018 Pentagon akan memulai proyek fighter ketiga.

F-35 tetap dilanjutkan untuk pangsa pasar sekutu US, sementara secondary fighter baru disiapkan untuk melengkapi F-35 pada militer US. Kecil kemungkinan Pentagon dapat membuat proyek fighter baru dari nol. Pengalaman F-35 serta kondisi ekonomi US yang baru pulih serta kebutuhak moderenisasi banyak alutsista lain menyulitkan alokasi anggaran untuk secondary fighter kedua ini. Dengan besarnya kemungkinan konflik militer dengan negara besar pada dekade 2025 - 2035, maka US tidak dapat menunda proyek tersebut, tetapi juga tidak dapat menunggu disain baru yang beresiko memakan waktu dan biaya.

Ada beberapa opsi untuk secondary fighter kedua ini:
1. Berdasarkan disain Boeing X-32. Disain ini mirip dengan F-22. Tidak banyak perubahan disain yang dibutuhkan untuk menjadikannya sebagai secondary fighter kedua, karena memang disain ini merupakan saingan dari F-35 yang kalah bersaing pada tender Joint Strike Force dulu.

[caption caption="X-32 (aeroflight.co.uk)"]

[/caption]

2. Berdasarkan disain Boeing YF-23. Disain ini adalah pesaing dari F-22 yang kalah. Untuk menjadi secondary fighter, Boeing cukup mereduksi disain YF-23 ini agar menjadi lebih murah.

[caption caption="YF-23 (fas.org)"]

[/caption]

Tentunya F-33 (KFX/IFX) bukan menjadi pilihan, selain belum jelas apakah proyek yang sudah mundur lebih 10 tahun dengan timeframe dan anggaran yang tidak realistis tersebut akan dapat memproduksi fighter yang memadai, apalagi fighter tersebut dikembangkan oleh Korea Selatan dan Indonesia yang dipandang rentan atas spionase PRC dan Russia.

[caption caption="KAI kf-x (janes.com)"]

[/caption]

Kerjasama dengan sekutu US lain (misalnya dari pengembangan disain Eurofighter, Dasault, dsb), juga tidak diinginkan, mengingat pengalaman bahwa kebocoran data F-35 terbesar terjadi pada sekutu US, yaitu Kanada. Pengumuman proyek secondary fighter baru ini juga harus dilakukan secara berhati-hati oleh US, setelah negara-negara pendukung produksi F-35 memastikan pembelian. Bahkan bisa saja proyek fighter baru ini akan dirahasiakan sampai produksi massal dimulai. Kita tunggu beritanya pada 2017/18.

Spekulasi ini masih lebih baik dibandingkan proyek "riset" F-33 yang baru akan keluar beritanya tahun 2026, dimana para pengambil keputusan sudah tidak lagi menjabat. :-D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun