2. Berdasarkan disain Boeing YF-23. Disain ini adalah pesaing dari F-22 yang kalah. Untuk menjadi secondary fighter, Boeing cukup mereduksi disain YF-23 ini agar menjadi lebih murah.
[caption caption="YF-23 (fas.org)"]
Tentunya F-33 (KFX/IFX) bukan menjadi pilihan, selain belum jelas apakah proyek yang sudah mundur lebih 10 tahun dengan timeframe dan anggaran yang tidak realistis tersebut akan dapat memproduksi fighter yang memadai, apalagi fighter tersebut dikembangkan oleh Korea Selatan dan Indonesia yang dipandang rentan atas spionase PRC dan Russia.
[caption caption="KAI kf-x (janes.com)"]
Kerjasama dengan sekutu US lain (misalnya dari pengembangan disain Eurofighter, Dasault, dsb), juga tidak diinginkan, mengingat pengalaman bahwa kebocoran data F-35 terbesar terjadi pada sekutu US, yaitu Kanada. Pengumuman proyek secondary fighter baru ini juga harus dilakukan secara berhati-hati oleh US, setelah negara-negara pendukung produksi F-35 memastikan pembelian. Bahkan bisa saja proyek fighter baru ini akan dirahasiakan sampai produksi massal dimulai. Kita tunggu beritanya pada 2017/18.
Spekulasi ini masih lebih baik dibandingkan proyek "riset" F-33 yang baru akan keluar beritanya tahun 2026, dimana para pengambil keputusan sudah tidak lagi menjabat. :-D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H