Pagi ini rakyat Indonesia menyaksikan hasil perjuangan adik-adik mahasiswa melawan kenaikan harga BBM. Partai-partai politik besar bertaubat, membatalkan niatnya menaikkan harga BBM tanggal 1 April 2012.
Tinggallah isu kenaikan BBM 1 April menjadi April mop bagi SBY.
Masih melekat di benak kita pada awal tahun ini, mayoritas partai besar sepakat menaikkan harga BBM. Di dorong oleh Partai Demokrat dan kartel Setgab-nya, rencana kenaikan BBM 1 April sepertinya sudah pasti terjadi.
Entah karena apa, di awal 2012, Pemerintah menjilat ludahnya sendiri, dan meminta perubahan UU APBN 2012 yang disusunya, yang secara eksplisit melarang kenaikan harga BBM di tahun 2012. Kalau dikatakan alasan harga minyak dunia, mahasiswa pun sudah tahu bahwa harga minyak berpotensi naik tahun 2012. Ancaman serangan Israel atas Iran bukan hal yang baru, demikian pulan ancaman Iran melakukan blokade selat Hormuz.
Tidak ada hal baru, tidak ada angin tidak ada badai, tiba-tiba Pemerintah minta kenaikan harga BBM, dan relatif awalnya hampir semua Partai mendukung, atau tidak menolak.
PDI-P hingga detik-detik terakhir berkesan akan membiarkan kenaikan harga tersebut terjadi. Sekalipun banyak unsur PDI-P yang turun ke jalan menentang kenaikan BBM, namun banyak pula berita larangan bagi kader PDI-P untuk berdemo menentang kenaikan BBM.
PKS lebih tidak jelas lagi. Setengah jiwa mendukung Setgab, setengah jiwa ingin membela kepentingan rakyat. Sampai detik-detik terakhir, PKS masih terlihat mendukung alternatif kenaikan BBM tertunda, dengan solusi 20% 6 bulan, kemudian bergabung dengan alternatif Setgab, hingga akhirnya secara mengejutkan mengikuti tuntutan rakyat.
Diwarnai drama "kesalahan pernyataan" Ketua Faksi Demokrat Jafar Hafsah, yang menunjuk Aburizal Bakrie sebagai sumber ide kenaikan harga BBM, Golkar yang sempat galau, dan menggaungkan "Suara Golkar, Suara Rakyat", ternyata kembali pada kiblatnya: "Suara Golkar, Suara Demokrat".
Demo marak di berbagai kota di Indonesia. Demonstran mengawal Sidang Pleno DPR hingga di bubarkan oleh Polisi karena melewati batas jam demo yang diatur UU.
Setgab pun ternyat bergetar oleh suara rakyat, dan mengubah rencana kenaikan 1 April menjadi kenaikan diserahkan kepada Pemerintah. Setgab tidak mau ambil resiko ditinggalkan rakyat pada pemilu 2014, dan memilih melimpahkan seluruh tanggung-jawab pada SBY, yang tentunya tidak mencalonkan diri lagi. Bahasanya pun dibuat canggih, sehingga rakyat harus berfikir 10x untuk bisa memahami maksudnya.
Semua perubahan ini didorong oleh kekuatan lain dalam demokrasi Indonesia: Mahasiswa.
Ditinggal oleh partai-partai politik besar, mahasiswa secara konsisten memperjuangkan suara rakyat, melakukan demonstrasi di berbagai kota. Tentu banyak elemen-elemen lain yang turut serta, namun sulit dibantah bahwa penggerak utama dari semua elemen lain adalah mahasiswa. Ada elemen buruh, ormas kepemudaan, ormas keagamaan, tokoh partai, ormas underbow partai, dan lain sebagainya. Namun penggerak utama adalah mahasiswa.
Secara historis, demokrasi Indonesia di tingkat nasional mengenal 9 kekuatan (dengan fungsi efektifnya secara historis):
1. MPR, fungsi pengesahan impeachment presiden dari DPR atau dari gerakan Mahasiswa
2. DPR, fungsi pengesahan UU, fungsi ekstensi eksekutif seperti broker anggaran
3. DPD, fungsi senatoriat mewakili daerah di pusat
4. Pemerintah, fungsi eksekutif, yudikatif rendah, dan penyusunan UU
5. MK, fungsi pengujian UU berdasarkan konstitusi
6. MA, fungsi yudikatif tertinggi
7. Pers, fungsi menyampaikan berita pada rakyat
8. Mahasiswa, melawan pemerintah dan DPR jika membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi rakyat, serta menurunkan Presiden jika dianggap keterlaluan dan tidak ditindak oleh DPR.
Disini dapat dilihat gambaran uniknya demokrasi di Indonesia, serta uniknya peran gerakan mahasiswa. Yang membuat unik karena mahasiswa selalu berganti dalam 4 tahun, namun dalam puluhan tahun selalu dapat mempertahankan fungsi nya sebagai salah satu kekuatan demokrasi. Bahkan setelah diredam dengan NKK/BKK zaman Orde Baru, mahasiswa dapat bangkit kembali menjadi kekuatan demokrasi di tahun 1998.
Mahasiswa 2012 terdiri atas orang-orang yang berbeda dengan mahasiswa tahun 1928, 1945, 1966, 1974, dan tahun 1998, namun memiliki semangat yang sama, militansi yang sama, nilai-nilai perjuangan yang sama, dan semoga tidak menjadi koruptor yang sama pula... :-D
Keberhasilan rakyat hari ini menggagalkan kenaikan BBM 1 April 2012, adalah keberhasilan mahasiswa generasi 2012. Saya ucapkan selamat.
Untuk para korban demo mahasiswa, izinkan saya mewakili adik-adik yang bersalah untuk minta maaf. Juga kepada para Polisi yang menjadi korban. Sebaliknya, adik-adik mahasiswa perlu pula memberi maaf kepada para Polisi yang "kebablasen" dan menciderai.
Perlu digaris bawahi bahwa mahasiswa hanya bergerak bila Pemerintah dan DPR tidak memperjuangkan aspirasi rakyat. Ada unsur keterpaksaan disini, oleh keadaan dimana kekuatan demokrasi lain tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
Perjuangan kali ini memang belum selesai karena Pemerintah memperoleh legitimasi dari DPR untuk menaikkan BBM setiap saat berdasarkan parameter dalam revisi UU APBN 2012. Belum semua mahasiswa keluar dari tahanan Polisi. Tetapi setiap keberhasilan perlu dirayakan agar diketahui bahwa upaya keras yang dilakukan mahasiswa dihargai oleh rakyat.
Setidaknya oleh saya. Terima kasih adik-adik mahasiswa.
Mantan mahasiswa "abadi"
EE32/ITS
Binus BS 2004
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H