Mohon tunggu...
Mudy
Mudy Mohon Tunggu... -

Rakyat kecil tinggal di Jakarta, pensiunan swasta, Pancasilais, republiken, ultra-nasionalis. Anti NeoLib-ASEAN-C, anti religio-fascist, anti rezim-status-quo-koruptor. https://mudy45.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dongeng Pilkada Daerah Khusus Imajiner (DKI) 2012

23 Maret 2012   22:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerita berikut ini sepenuhnya dongeng fiktif, tidak berasal dari kisah nyata. Kemiripan nama dengan tokoh publik atau nama daerah adalah kebetulan semata. Kisah ini tidak ada kaitan dengan Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.

Alkisah, terinspirasi oleh solusi Pak Dahlan atas kemacetan jalan tol, KPU membuat ujian kepada calon Gubernur DKI. Calon Gubernur harus mengendarai kendaraan saat jalan sedang macet-macetnya, dan membuat solusi agar bisa tiba tepat waktu di tujuan. Pemikirannya, kalau sang calon bisa memiliki solusi cepat, dapat diharapkan calon itu bisa mewujudkan solusi 5 tahun yang dijanjikannya.

Foke

Foke yang pertama, naik mobil dengan tenang bersama supir. Ketika ditanya wartawan, jawabannya: "DKI ya begini ini, macet, dari dulu sampai sekarang".

Sebelum berangkat, supir Foke mengingatkan: "Bang, sudahlah bang, Bang Foke-kan sudah jadi Gubernur 5 tahun, sebelumnya Wakil Gubernur, DKI tetap begini-begini saja, tidak ada kemajuan. Semua janji kampanye Bang Foke tidak ada yang terlaksana. Monorel mandek, subway kaga ada, busway jadi sama seperti Patas AC, malah lebih sering meledak dan kecelakaan membunuh orang di jalur busway, kondisi metromini, bajai dan angkot semakin parah, macet ga berubah, premanisme tetep merajalela, penggusuran sering rusuh, ekonomi rakyat susah, pendidikan makin mahal, orang betawi semakin tergusur keluar DKI, pajak menekan pengusaha kecil, perbaikan birokrasi sistemik tidak ada, banjir....."

Mendengar kata banjir, Foke begitu marah, langsung memecat supirnya yang ngelunjak, katanya: "Siapa yang bilang banjir saya pecat."

Foke menyetir sendiri mobilnya, dengan santai mengantri kemacetan.

Sampai sore hari Foke belum juga tiba. Ternyata di tengah jalan disergap oleh KPK, karena menjadi saksi 10 kasus penyelewengan yang terungkap dari mantan Wakil Gubernur periode lalu. Masing-masing kasus ada 10 pertanyaan. Bang Foke tidak pernah sampai di tujuan.

Alex

Berikutnya Pak Alex. Dia memerintahkan anak buahnya menghentikan semua mobil, membayar masing-masing mobil supaya berhenti saat Alex berkendara. Jalan kosong, Alex melaju dengan lancar.

Sayang setengah jalan, mobil Baracuda KPK menghentikan kendaraan Alex, meminta beliau turun dari mobil karena ada jadwal menjadi saksi dalam kasus wisma atlet. Alex dibawa naik Baracuda ke kantor KPK diberikan 12 pertanyaan. Hari itu Alex tidak pernah sampai di tujuan.

Jokowi

Jokowi berangkat naik mobil Esemka, pakai toa membuat pengumuman, diiringi arak-arakan sepeda ontel. Melihat arak-arakan, para pengendara meminggirkan kendaraannya sehingga jalan lapang dan Jokowi bisa melaju mulus.

Sayang setengah jalan, Jokowi berhenti, lalu kabur mencari mikrolet. Saat ditanya wartawan, jawabannya: "Mohon maaf, saya mendapat mandat partai untuk mendaftar menjadi Presiden. Nanti biar dilanjutkan oleh Pak Wakil Walikota... eh maksud saya Pak Wakil Gubernur...".

Sebelum mikroletnya berangkat, Jokowi menyempatkan diri berkeliling di Jl Karet Pasar Baru Barat, Tanah Abang. Tak hanya berbicara dari hati ke hati dengan warga, Jokowi juga membagi-bagikan beras dan uang kepada warga DKI.

Semula, pihak Kelurahan, telah menyediakan tempat pertemuan antara Jokowi dan warga. Namun Jokowi menolak dan lebih memilih berbincang dengan warga di bawah Pohon Beringin di tepi Kali Krukut yang melintas di daerah tersebut.

“Karena ini penugasan mendadak. Saya harus jelaskan kepada masyarakat DKI,” katanya.

“Kalau saya punya pilihan, saya akan memilih yang enak. Tetapi ini adalah perintah dan tugas negara, sehingga saya harus melaksanakan. Meskipun saya maju dalam Pilpres RI, tetapi semua kebijakan yang sudah berlangsung seperti Program Kampanye masih tetap berjalan seperti biasa,” jelasnya.

Berangkatlah mikrolet Jokowi bersama arak-arakan SMK Jakarta yang konon kabarnya berhasil membuat pesawat luar angkasa berbentuk sepeda ontel. Jokowi mendaftar pencalonan Presiden 2014, dan tidak pernah sampai di tujuan.

HNW

HNW dengan lincah minta pendukungnya mengawal dengan motor, mengosongkan jalan di depannya. Baru mulai berjalan, para pendukungnya dari kalangan Tarbiyah nasionalis menghentikan dan bertanya: "Apa benar DKI akan didasarkan pada syariah?".

"Tidak benar, itu fitnah", seru HNW.

Datanglah pendukung HNW dari kalangan Ikhwanul Muslimin: "Apakah benar kita tidak lagi membela syariah untuk DKI?" dengan nada marah.

“Bukan begitu", jawab HNW, "Dua-duanya sama-sama salah. Yang benar, dalam Al-Qur’an dan Sunnah, syariat tidak eksplisit dimaknai sebagai hukum. Jadi, syariat adalah yang merealisasikan kemaslahatan. Di mana ada maslahat, di situlah syariat, ” paparnya.

Lalu datanglah anggota kafir PKS (anggota PKS yang non-muslim): "Loh, jadi kita ini membela partai nasionalis atau syariah?".

Belum selesai HNW menjawab, datang petugas KPK menanyakan mengapa harta HNW meningkat 10x lipat sejak menjadi politisi. HNW dengan lugas menjelaskan bahwa peningkatan hartanya karena kenaikan harga tanah. KPK menanyakan lagi mengenai kenaikan surat berharganya. Belum sempat dijawab, dari belakang seorang sesepuh Partai berseru:  “Itu sudah menjadi sikap kolektif PKS pemujaan terhadap harta, kemewahan sudah menjadi sikap. Sekarang ini, elit PKS memuja kenikmatan dunia." katanya.

Baru HNW hendak menjawab, sang sesepuh Partai sudah melanjutkan: “Sekarang ini, PKS sangat pragmatis, oportunistik dan meninggalkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar gerakannya. PKS sama dengan partai lain, bahkan lebih jelek. Kalau partai lain tidak mengatasnamakan agama, PKS  membawa nama agama tetapi praktik politiknya lebih jelek dari partai-partai yang tidak menggunakan simbol-simbol agama”.

Perdebatan seru berlangsung antara para pendukung HNW dari unsur Tarbiyah nasionalis PKS, Ikhwanul Muslimin PKS, kafir PKS, serta mantan sesepuh PKS hingga sore hari. Wartawan dan para penonton melihat di pinggir jalan, kurang paham tentang apa yang sedang diperdebatkan. Mereka berdebat sampai malam. HNW tidak pernah sampai ke tujuan.

Garis Finish

Berhubung semua calon dari partai tidak sampai ke tujuan, ribuan suporter membubarkan diri. Buat mereka tidak seru kalau tidak ada calon Partai, karena berarti tidak ada sponsor, tidak ada kepentingan. Buat mereka lomba ini bukan soal Gubernur DKI, tetapi soal Pemilu 2014 dan tentunya soal uang. Tidak ada yang ambil pusing soal DKI. Semua percaya DKI tidak bisa berubah, sudah nasibnya selalu begitu.

Tinggallah saya sendirian di tujuan lomba, merenungi nasib DKI. Tak lama tiba Faisal Basri dan Mayjen Hendarji, disambut oleh Sarwono Kusumaatmadja. Tidak ada yang melihat mereka sampai di tujuan. Saya pun tidak melihat siapa yang tiba lebih dulu. Tapi suasana sudah sepi. Panitia pun sudah pulang begitu tahu semua calon dari Partai tidak ada yang sampai di tujuan.

Batinku: "Inilah orang-orang yang tidak tersentuh Partai korup. Orang-orang yang punya integritas. Saya tidak kenal Faisal Basri, dan Mayjen Hendarji, dan mereka tidak kenal saya. Belum tentu mereka orang baik. Tetapi saya yakin merekalah yang paling mampu memperbaiki DKI, karena mereka tidak punya conflict-interest politik, tidak punya hutang komitmen pada partai, tidak punya hutang uang untuk biaya boarding pass kandidat partai, tidak pernah meninggalkan amanah sebagai pemimpin daerah yang diangkat oleh sumpah/janji dibawah kitab suci, dan tidak punya niat menjadikan amanah sebagai batu loncatan menjadi Presiden RI 2014."

"Sayangnya orang-orang seperti ini tidak mungkin menang pilkada melawan mesin-mesin Partai korup. Mungkin kalau saya menulis sesuatu bisa ada mujizat. Siapa tahu yang membaca berubah fikiran, dari memikirkan partainya, suku dan ras-nya, daerah asalnya, menjadi memikirkan DKI, dan memilih calon independen".

Tanpa anda, calon independen PASTI KALAH. Sudah muak dengan Partai, bosan dengan tokoh tanpa integritas? Katakan: cukup. Ambil kembali kekuasaan rakyat, serahkan kepada calon independen.
Demikian dongeng ini saya kisahkan sebelum saya tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun