Mohon tunggu...
Mudy
Mudy Mohon Tunggu... -

Rakyat kecil tinggal di Jakarta, pensiunan swasta, Pancasilais, republiken, ultra-nasionalis. Anti NeoLib-ASEAN-C, anti religio-fascist, anti rezim-status-quo-koruptor. https://mudy45.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

TNI Peringkat 4 Alutsista Tempur Darat ASEAN Per 2015

5 Maret 2014   05:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 16115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TNI Peringkat 4 Alutsista Tempur Darat ASEAN Per 2015

Setelah mengalami titik nadir terendah pada 2012 dengan peringkat alutsista tempur darat ke-7 dari 10 negara ASEAN, per 2015 peringkat TNI membaik, khususnya dengan pengadaan MBT Leopard, namun peringkat 4 di ASEAN tetap kurang pantas bagi Indonesia. Tulisan ini memberi rincian peringkat alutsista tempur darat ASEAN per 2015 tersebut.

Peringkat 1: Vietnam

Vietnam belum tergeser sebagai militer terkuat di ASEAN. Direncanakan Vietnam akan membeli 100 MBT T90 baru dari Russia, untuk memperkuat armada T72-nya. T90 sendiri sebenarnya bukan tank model baru, melainkan moderenisasi dari T72 generasi terakhir.

Pada kategori tank medium dan tank ringan, dari segi kuantitas Vietnam masih mengungguli seluruh AD di ASEAN dengan alutsista tua-nya yang cukup terpelihara baik. Sekalipun Vietnam tidak menyelesaikan pengadaan T90 yang direncanakan per 2015, namun keunggulan jumlah tank medium dan tank ringannya akan tetap memposisikan Vietnam pada peringkat pertama.

Di sisi IFV Vietnam sebenarnya lebih lemah dibandingkan Singapura. Hal ini karena IFV Vietnam adalah BMP 1/2 yang lebih tua, dibandingkan IFV generasi terkini Bionix. Juga Vietnam memiliki keterbatasan ATGM infantri moderen, sementara Singapura memiliki ATGM generasi terakhir dalam jumlah sangat besar, sehingga infantri mekanis Singapura akan jauh lebih efektif dibandingkan infantri mekanis Vietnam dalam perang melawan kendaraan lapis baja.

Vietnam masih tetap unggul dalam kategori artileri, khususnya melalui kehadiran 100 peluncur rudal balistik Scud B/C/D dengan komponen produksi lokal. Kelemahan utama Vietnam adalah pada kategori artileri berpenggerak sendiri serta MLRS moderen yang belum dimiliki. Akibatnya kavaleri Vietnam akan mengalami kesulitan pada pertempuran artileri dalam jarak 50 - 200 km.

Keunggulan vital dari alutsista Vietnam adalah kehadiran sistem pertahanan udara state of the art dari Russia, yang terdiri atas kombinasi S-300, S-125, dan S-75. Seluruh sishanud tersebut mobile / berpenggerak sendiri, sehingga dapat dipindahkan mengikuti gerak maju kavaleri, maupun untuk disembunyikan dari lawan.

Sishanud Singapura yang mengandalkan teknologi Iron Dome Israel adalah teknologi yang sangat canggih, potensial menjadi yang terbaik, namun untuk saat ini masih lebih cenderung pada point defense, atau sistem pertahanan udara yang fixed. Iron dome belum proven dalam mendukung gerak maju kavaleri sebagaimana kombinasi sishanud Russia.

Dengan kata lain, sekalipun Iron Dome adalah sishanud yang sangat handal untuk melindungi seluruh wilayah Singapura yang berukuran kecil sementara sishanud Vietnam tidak dapat melindungi seluruh wilayahnya. Namun dari sisi kemampuan ofensive, sishanud Russia berbasis S-300, S-125, dan S-75 yang dimiliki Vietnam masih lebih unggul dibandingkan sishanud Israel yang berbasis Iron Dome / Spyder ADS.

Peringkat 2: Singapura

Peringkat singapura tidak berubah per 2015. Di satu sisi, pengadaan T84 Oplot M Thailand sekalipun menyamai jumlah MBT Singapura, namun secara kualitas Leopard 2SG dapat dinilai lebih baik dibandingkan T84 Oplot M buatan Ukraina.

1394003072201154738
1394003072201154738

Tank Leopard adalah keturunan dari Tank Tiger yang termasyur di masa PDII. Tank Leopard 2 sendiri sudah menggabungkan teknologi terbaik dari MBT NATO. Tank NATO di disain untuk dalam jumlah lebih sedikit menghadapi tank Soviet dalam jumlah besar. Karena itu secara umum dapat diasumsikan Leopard 2 lebih superior dibandingkan tank Russia.

T-72 yang menurunkan T-90, maupun PT-91M adalah tank mainstream Soviet yang nenek moyangnya adalah T34 Soviet masa PDII. Pasca T-55 dan T-62, Soviet membuat cabang tank baru: T-64 yang paralel dengan T-72. T-72 dipandang sebagai mainstream MBT yang dibuat dalam jumlah besar, dan diekspor ke seluruh dunia. Sementara T-64 dipandang sebagai MBT elite yang awalnya hanya dimiliki oleh Soviet dan hanya dioperasikan oleh unit elite lapis baja Soviet.

T-64 ini yang kemudian dikembangkan Soviet menjadi T-80, dan kemudian dikembangkan lagi oleh Ukrainia setelah Soviet bubar, menjadi T-84. Jadi T-84 ini lah tank paling elite dari generasi tank Soviet.

Karena itu dapat dipandang secara kualitas MBT di ASEAN:

1. Leopard 2SG (Singapura) dan Leopard 2RI (Indonesia) yang keunggulannya bergantung pada pesanan modul.

2. Leopard 2A4 (umumnya hanya akan dioperasikan sampai digunakan sebagai sparepart pengganti jika terjadi embargo militer).

3. T-84 Oplot-M buatan Ukrania, pengembangan dari T-80UD Russia.

4. T-90 Russia, pengembangan dari T-72B.

5. T-72B upgrade / refurbished (umumnya hanya ditambahkan armor ERA).

Tentu tidak berarti MBT Russia kalah unggul. Secara spesifikasi, MBT Russia memiliki keunggulan:

1. Autoloader gun, peluru dimasukkan secara otomatis sehingga berkurang 1 personel operator tank.

2. Kanon kaliber lebih besar: 125mm (dibanding 120mm standar NATO).

3. Kanon dapat menembakkan ATGM moderen Russia, seperti Kornet.

4. Armor modular ERA, dengan versi terakhir Relikt. Disini terdapat kelemahan T-84 Ukraina yang tidak memperoleh ERA generasi terakhir, melainkan hanya ERA Kontakt-5 yang merupakan generasi sebelum Relikt.


1394007548197378908
1394007548197378908

Terdapat pula keraguan atas penyelesaian order T84 mengingat Ukraina tengah menghadapi masalah dengan Russia di Crimea yang dapat berujung pada perang terbuka.

Keunggulan jumlah tank medium Thailand kurang berarti mengingat kebanyakan tank tersebut sudah sangat tua dan kurang terpelihara baik dan mengingat kepemilikan sejumlah besar ATGM moderen Singapura.

Keunggulan signifikan Singapura atas Thailand berasal dari infantri mekanis yang efektif. Dengan IFV Bionix yang moderen serta ribuan rudal ATGM infantri generasi terakhir, sangat dominan dibandingkan dengan Thailand yang belum memiliki ATGM generasi terakhir. Thailand masih mengandalkan ATGM M47 Dragoon yang tidak akan mampu menembus armor tank generasi keempat seperti Leopard, T90, bahkan T72 dengar armor ERA.

Hanya ATGM moderen yang mampu menembus lapis baja tank generasi keempat. Umumnya ATGM moderen tersebut menghantam tank dari atas, yaitu pintu personel tank, dimana armor tank umumnya paling lemah. Jadi rudal ATGM tidak bergerak lurus menghajar bagian depan tank yang biasanya terlindung sangat kuat, melainkan terbang ke atas untuk kemudian menggunakan grafitasi menggempur bagian atas tank.

ATGM moderen seperti ini adalah Spike (Israel), dan Javelin (AS). Infantri Singapura memiliki ribuan ATGM Spike untuk menghadapi tank generasi keempat, serta ribuan ARGM Matador yang lebih murah untuk menghadapi kendaraan lapis baja lainnya. Dikombinasikan dengan sejumlah besar IFV moderen seperti Bionix, infantri mekanis Singapura akan mampu menghadapi formasi kavaleri lapis baja apapun di ASEAN.


Di kategori artileri berpenggerak sendiri, Singapura cukup berimbang dengan Thailand. Hanya saja catatan sangat positif untuk Singapura karena mampu memproduksi SP Howitzer Primus, maupun kendaraan Mortir serbaguna Bronco. Dengan demikian invantri mekanis Singapura dilengkapi oleh mortir dengan mobilitas tinggi.

Juga keunggulan artileri Singapura dalam bentuk bom kluster dan ranjau anti personnel yang sudah diratifikasi larangannya di Indonesia dan Thailand, namun masih dioperasikan oleh Singapura. Artileri Singapura akan mampu menyebarkan ranjau anti personel atau bom kluster dalam jumlah besar dan wilayah luas sehingga dapat menciptakan area denial dalam waktu singkat.

Sishanud Singapura juga unggul dibandingkan Thailand. Thailand sendiri masih berupaya membangun sihanud terpadu yang disebut RTADS dengan kontraktor Thales dan sistem rudal berbasis Startreak. Bagaimana performa integrasi sishanud oleh Thales masih menjadi tanda tanya. Berbeda dengan sishanud Iron Dome yang sudah terbukti mampu melindungi Israel dari hampir semua ancaman serangan udara, mulai dari rudal balistik, UAV, pesawat, hingga rudal jarak dekat.

Peringkat 3: Thailand

Thailand mengungguli Indonesia pada kategori:

1. Tank medium, dimana TNI tidak mengoperasikan tank medium

2. Tank ringan, dimana jumlah tank ringan Thailand 2x dibanding tank ringan TNI

3. Sishanud Thailand selain mengandalkan Thales seperti TNI, juga memiliki sejumlah sishanud Rusia, seperti SA-17 Buk-M2E jarak menengah, serta sishanud mobil FK-1000 yang mendukung kavaleri. Indonesia hanya memiliki manpad / sishanud jarak dekat.

Indonesia secara kurang signifikan mengungguli Thailand pada kategori artileri, dimana Indonesia memiliki ASTROS II dan sejumlah besar RHan 122mm.

Jumlah IVF Thailand lebih banyak, sehingga sekalipun TNI unggul dalam kualitas IFV serta memiliki ATGM generasi baru Javelin dan NLAW, namun jumlah sangat terbatas, sehingga dapat dikatakan berimbang dengan Thailand.

13940874671269594643
13940874671269594643
Peringkat 4: Indonesia

Indonesia naik peringkat dari peringkat ke 7 tahun 2012 ke peringkat ke 4, melampaui Kamboja, Malaysia, dan Myanmar. Hal ini oleh pengadaan:

- MBT Leopard 2RI yang paling canggih, serta Leopard 2A4.

- IFV Marder dan BMP3F yang paling canggih di kawasan.

- ATGM modern Javelin dan NLAW yang memungkinkan infantri TNI bertempur melawan kavaleri lapis baja moderen. Sebelumnya TNI hanya memiliki ATGM kuno yang sudah tidak efektif lagi menghadapi ranpur lapis baja moderen yang dilapisi ERA (armor Soviet) maupun AMAP (armor NATO).

- Sejumlah sp howitzer 155mm yang pertama dimiliki TNI. Sebaliknya perlu dicatat bahwa 100 AMX-13 105mm semakin kecil maknanya dalam arsenal TNI, mungkin sudah waktunya di hapuskan. Jumlahnya operasional saat ini mungkin hanya 50%.

- MLRS ASTROS II multi kaliber dan RHan produk dalam negeri.

- Sejumlah manpad generasi baru.

- Sishanud Thales berbasis starstreak dan CM2000.

Myanmar memiliki cukup banyak tank medium tua dan MBT T72 tua yang diperbaharui. Sulit dibandingkan dengan 100 Loepard 2 TNI, dikombinasikan dengan IFV Marder dan BMP3F dengan infantri dilengkapi ATGM moderen Javelin dan NLAW. Baik IFV Marder maupun BMP 3F mampu menghadapi sejumlah besar tank medium tua Myanmar, apalagi dengan Leopard 2 yang memang dirancang untuk menghadapi sejumlah besar T72.

Myanmar tidak memiliki MLRS moderen apalagi yang multi kaliber seperti ASTROS II. Sementara jumlah MLRS 122mm Indonesia juga cukup banyak dan dapat dikatakan lebih moderen dibandingkan BM21/Type 90 milik Myanmar.

Myanmar juga sama sekali tidak mengembangkan sishanud moderen seperti TNI, sehingga sishanudnya akan tertinggal jauh begitu sishanud Thales TNI (Starsterak pada sistem CM2000) beroperasi. Hal yang sama dengan Malaysia yang juga belum terdengar proyek perbaikan sishanud-nya.

MBT Malaysia PT91M dapat dikatakan bukan tandingan Leopard 2A4, apalagi Leopard 2RI. Artileri 155mm Malaysia pun belum dikembangkan. Malaysia hanya mengandalkan 36 ASTROS II Mk5 yang sudah dimiliki sejak lama dan rencananya ditambahkan 18 ASTROS II Mk6 baru.

Malaysia memiliki 20 peluncur ATGM Metis-M yang moderen namun kelasnya masih dibawah Javelin (Indonesia) dan Spike (Singapura).

Kamboja tertinggal jauh dari Indonesia karena sama sekali tidak mengadakan penambahan alutsista. Kemungkinan besar konsentrasi Kamboja saat ini adalah pengadaan sishanud yang baru menggantikan 233 Strela yang dimusnahkan oleh Hun Sen karena khawatir digunakan oleh teroris.

Filipina terdengar merencanakan implementasi sishanud baru Spyder ADS, bagian dari Iron Dome Israel. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan potensi konflik di laut China Selatan dimana Filipina berhadapan dengan kekuatan militer PRC yang tengah bertumbuh menjadi kekuatan laut biru (blue water navy) dengan sejumlah carrier-nya yang baru.

13940032342143957098
13940032342143957098
Memahami kelemahan alutsista darat TNI

Kelemahan alutsista darat TNI utamanya pada tidak adanya sishanud terintegrasi, serta tidak adanya sishanud jarak menengah dan jarak jauh.

Sebaga contoh, sishanud moderen seperti Iron Dome mengintegrasikan antara sishanud darat (point defense dan mobile defense), laut (hanud kapal), dan udara (AEW), dan mengkoordinasikan aset tempur anti pesawat, anti UAV, anti rudal balistik, anti rudal anti kapal, bahkan anti artileri/roket jarak dekat.

Ada 4 alutsista sishanud penting yang perlu dipenuhi oleh TNI.

1. Integrasi radar, pusat radar/kendali udara sipil terpadu.

2. Integrasi radar militer, pusat pertahanan udara terpadu nasional, yang memadukan antara radar darat, laut, dan udara.

3. Pertahanan udara kota besar, jarak dekat, menengah, dan jauh.

4. Pertahanan udara mobil / kavaleri, jarak dekat, menengah, dan jauh.

Dalam kenyataannya, TNI hanya memiliki hanud sekelas manpad, alias rudal anti pesawat jarak dekat yang dipanggul atau bisa ditaruh di atas jeep / ranpur ringan.

Kelemahan kedua adalah kurangnya infantri mekanis TNI. Infantri elite AD memperoleh kualifikasi "para" alias "linud", artinya dapat di deploy melalui udara dengan parasut, dan sudah melalui pelatihan pasukan elit TNI. Namun dalam prakteknya, jumlah pesawat TNI sangat terbatas sehingga mayoritas pasukan "para" tersebut tidak dapat di deploy melalui udara. Yang mengenaskan, jumlah truk-pun terbatas, sehingga hanya sedikit pasukan "para" tersebut yang dapat diangkut dengan truk. Sampai ada guyonan pasukan lintas udara dipelesetkan menjadi lintas angkot, karena pasukan "para" terpaksa naik angkot atau mobil pribadi karena truk militer tidak memadai.

Idealnya suatu pasukan moderen membangun infantri mekanis pada tingkat Divisi, bukan Batalion seperti di TNI. Infantri mekanis dapat berperang dari dalam kendaraan lapis baja IFV yang dilindungi oleh tank-tank kavaleri. Dengan adanya divisi infantri mekanis, pergerakan pasukan infantri bisa mengikuti kavaleri sehingga mewujudkan elemen kejutan yang merupakan faktor kunci dalam perang moderen.

IFV TNI walaupun canggih (50 Marder dan BMP 3F) masih terlalu sedikit jumlahnya. Bandingkan misalnya dengan Singapura yang memiliki 800 IFV. Idealnya seluruh infantri Kostrad dan Marinir dikonversi menjadi pasukan divisi mekanis, dengan ranpur-nya. Dengan demikian kendaraan APC justru tidak perlu terlalu banyak. Yang dibutuhkan banyak justru IFV yang bisa berenang seperti BMP 3, sehingga infantri mekanis memiliki kemampuan amfibi sesuai geografi Indonesia.

Paskhas sesuai rencana, seharusnya dapat membentuk infantri mekanis lintas udara, dengan IFV lintas udara seperti pada konsep ranpur Russia. Jadi tidak sepenuhnya menggunakan ranpur perintis yang ringan atau tanpa lapis baja.

Adanya korps lapis baja ketiga setelah Kostrad dan Marinir akan sangat membantu pemenuhan kebutuhan kapabilitas tempur moderen TNI yang kurang saat ini.

Fokus Industri Nasional

Strategi Singapura membangun platform IFV sendiri harusnya ditiru oleh Indonesia, mengingat semestinya jumlah kebutuhan ranpur IFV Indonesia jauh diatas kebutuhan Singapura. Melalui pembangunan platform IFV, dapat dikembangkan industri truk nasional, bersama dengan industri kendaraan tempur nasional.

Strategi Singapura yang juga jitu adalah mengembangan SP Howitzer 155mm yang dapat dengan mudah diangkut pesawat (Primus). Juga kendaraan tempur serbaguna Bronco yang fungsi tempurnya sebagai SP Mortir. Pada prinsipnya militer Singapura menentukan arah pengadaan dalam jumlah besar, kemudian mendorong industrinya untuk mengadakan platform tersebut.

Hal serupa dilakukan oleh Indonesia, namun sayangnya arah pengembangan kurang bermakna. Sebagai contoh industri hankam Indonesia masih berfokus pada kendaraan beroda, belum memiliki platform berantai (tracked) yang lebih utama dalam industri ranpur. Pengembangan platform beroda tersebut pun sangat lambat karena tidak terfokus.

Demikian pula kurangnya fokus pada platform artileri berpenggerak sendiri (self propelled).

Pengembangan teknologi peluru kendali Indonesia juga sangat terlambat dibandingkan dengan usia penguasaannya. Masih terus berkutat pada roket-roket tanpa kendali optimal dengan jarak terbatas.

Hal ini terjadi karena akuisisi alutsista tidak terfokus pada upaya penguasaan industri yang dapat dikembangkan kedalam industri sipil untuk tujuan profit. Salah satu penyebab utamanya adalah karena doktrin trimatra yang membuat akuisisi alutsista menjadi daftar belanjaan dari 3 organisasi tempur berbeda, sehingga tidak terjadi sinergi akuisisi alutsista Angkatan Perang Republik Indonesia yang berfokus pada industri nasional.

Yang dimaksud dengan fokus adalah order dalam jumlah besar, dalam jangka panjang, dengan konten lokal 100%, sehingga mampu melahirkan atau membesarkan industri nasional. Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa Toyota berkembang dari order ranpur Perang Korea, sebelumnya hanya memproduksi 300 truk dan hampir bangkrut, dalam 1 bulan memperoleh order 5000 truk. Demikian pula Ford, dsb. Leopard adalah disain dari Porsche. Seluruh perusahaan otomotif dan dirgantara berkembang dari industri pertahanan.

Sebagai contoh, daripada memesan 900 truk impor dengan kandungan lokal rendah dan dibuat-buat, lebih baik menunda alutsista lain, dan memesan 4.000 truk per tahun selama 10 tahun sekaligus membangun industri otomotif nasional. Platform truk yang sama dapat digunakan sebagai truk pasukan, truk mortir, truk howitzer, bus pasukan, truk zeni, bahkan sebagai penggerak berbagai senjata seperti ATGM, manpad, dsb. Cara ini yang melahirkan atau membesarkan industri nasional. Bila perlu TNI langsung yang membangun industri tersebut melalui penyusunan UU bisnis militer.

Dengan cara serupa berbagai industri dapat dikembangkan melalui anggaran militer, sehingga anggaran tersebut bersifat produktif dan aktif turut serta dalam mengembangkan perekonomian nasional.

Peringkat 4 Tidak Pantas

Yang jelas, sangat tidak pantas TNI memiliki peringkat alutsista tempur darat ke-4 di ASEAN per 2015. Hal ini sangat memalukan bagi bangsa Indonesia.

Penulis percaya bahwa kelemahan ini disengaja secara sistematis oleh para kolaborator NeoLib ASEAN-C.

Mari kita lawan Neolib ASEAN, bangun kemandirian alutsista nasional bersama dengan ekonomi nasional Indonesia yang berwawasan Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun