Pembelot NSA US membocorkan bahwa US memata-matai Indonesia bersama Australia, dengan bantuan Singapore dan Korea Selatan. Sing Tel disebut-sebut sebagai salah satu operator yang terlibat dalam kegiatan penyadapan tersebut. Jerman pada kasus penyadapan segera melakukan penyidikan dan menangkap 2 orang agen ganda US dan mengakhiri kontrak Verizon, perusahaan swasta US. Pemerintah Indonesia dengan lugu menanyai negara tetangga apakah mereka menyadap Indonesia, dan meminta agar mereka berhenti menyadap. Sungguh sangat menyedihkan. TNI gagal membangun kekuatan kontra penyadapan, bahkan gagal mendeteksi kegiatan penyadapan setelah diumumkan penyadapan terjadi. Disini akan banyak terjadi tarik ulur antara kewenangan TNI dan BIN, namun hal itu bukan alasan. TNI dengan kekuatan sigint (signal intelligence) yang baik harusnya mampu setidaknya melacak penyadapan tersebut.
Pembajakan FV WinFar 161 (2009 - 2010)
FV Win Far 161 tidak berbendera Indonesia dan tidak di wilayah Indonesia. Kapal nelayan Taiwan, dibajak di Somalia. Namun sejumlah pelaut Indonesia ikut diculik dan terancam nyawanya. UUD 1945 mengamanatkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, terlepas dari bendera kapalnya, terlepas dari dimana lokasinya. Disini TNI yang memiliki begitu banyak pasukan khusus begitu pelit mengirimkan pasukan untuk melakukan pembebasan. Selama hampir satu tahun pembajakan terjadi, dan 2 orang pelaut Indonesia gugur di tahanan penculik yang tidak manusiawi. Tidak ada yang ambil pusing: Presiden, Menhankam, TNI, semua sibuk sendiri, lupa dengan kewajiban UUD 1945. Disini inkapabilitas TNI adalah "Belum bisa memperhitungkan arti 4, 5 ribu nyawa" apalagi 1-2 nyawa.
Tidak ada pasukan khusus TNI yang dikirim mengejar Abduwali Muse, yang akhirnya ditangkap oleh US dan dipenjara 33 tahun karena pembajakan.
Pembajakan MV Sinar Kudus (2011)
Salah satu kegagalan pasukan khusus TNI di masa kini, jauh dari prestasi pendahulunya pada operasi Woyla, kali ini secara memalukan tebusan dibayar. Inkapabilitas TNI dimulai dari respon yang lambat. Dibutuhkan 5 hari bagi frigat TNI kelas Van Speijk untuk berangkat, dan perjalanannya sangat lambat, mengingat Van Speijk berkecepatan kurang dari 20 knot. LPD Banjarmasin yang mengikuti kemudian lebih lambat lagi, mungkin dibawah 15 knot. Lebih lambat daripada mobil odong-odong. Ini menunjukkan postur TNI tidak siap untuk operasi jarak jauh. Lebih dari itu, TNI tidak siap men-deploy pasukan khususnya selain dengan C-130 Herkules. Padahal salah satu kekuatan TNI adalah kepemilikan sejumlah besar pasukan khusus. Yang jauh lebih memalukan lagi adalah mengaku sukses pada operasi pembebasan sandera dengan membayar tebusan. Klaim konyol dari Presiden SBY yang tidak kapabel sebagai pemimpin militer. "Selalu ada pilihan" ujar-nya. Pilihan mempermalukan bangsa.
Hilang status pasukan komando ketiga terbaik di dunia. Kesempatan yang sangat baik bagi TNI untuk menunjukkan bahwa TNI masih memiliki kemampuan komando yang unggul. Kesempatan terbaik untuk menjawab pertanyaan: dimana Kopasus, dimana Gultor, dimana Taifib, dimana Denjaka. Kesempatan terbaik bagi TNI untuk bertempur bagi rakyat, bagi bangsa, dan bagi negara. Pupus bersama aib bangsa.
Inkapabilitas pasukan khusus TNI merupakan pelengkap dari inkapabilitas TNI AU, AD, dan AL. Menyempurnakan Panca Paria TNI.
Klaim 9 Garis ZEE Natuna oleh PRC (2009)
PRC sejak lama memiliki klaim 9 garis yang meliputi perairan Natuna. Namun baru tahun 2009 secara lugas PRC menyampaikan klaimnya melalui peta di pasport PRC. Pasport adalah dokumen resmi yang harus di stempel oleh Pemerintah Indonesia, menandai kepatuhan pemerintah Indonesia atas klaim perairan Natuna PRC. Bangsa Indonesia dilecehkan.
Pemerintah alfa dalam mengantisipasi. SBY hanya ongkang-ongkang kaki sementara armada laut biru PRC mulai menjelajahi Laut China Selatan dan mempatroli perairan Natuna. TNI tidak memiliki kapabilitas dalam merespon klaim China tersebut. Tidak ada tindakan strategis yang diambil tahun 2009 hingga tahun 2013. Lamban, beda dengan Jenderal di masa lalu. Akibat kelambanan itu potensi ancaman menjadi jauh lebih besar.
Insiden Laut Natuna (26 Maret 2013, 2010, 2011)
Sebuah blog Internet melaporkan sebagai berikut. Kapal Patroli Hiu Macan 001 dari Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap nelayan China yang mencuri ikan di ZEE Natuna. Kapal Patroli PRC Yuzheng 310 dan kapal perang elektronik PRC Nan Feng datang dan mengancam kapal Indonesia melepaskan nelayan yang ditangkap. Hiu Macan 001 juga di-jamming oleh Nan Feng sehingga tidak dapat menghubungi markas. Akhirnya terpaksa ke-9 nelayan China dilepaskan bersama kapal nelayannya.