Mohon tunggu...
Mudy
Mudy Mohon Tunggu... -

Rakyat kecil tinggal di Jakarta, pensiunan swasta, Pancasilais, republiken, ultra-nasionalis. Anti NeoLib-ASEAN-C, anti religio-fascist, anti rezim-status-quo-koruptor. https://mudy45.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Evaluasi Operasi Pembebasan Sinar Kudus, Aib Komando TNI

18 November 2014   00:07 Diperbarui: 21 Mei 2016   04:51 4237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus adalah operasi komando gabungan TNI dengan proyeksi pasukan dalam jarak jauh. Operasi komando gagal karena drama pembajakan berakhir dengan pembayaran tebusan. Operasi ini tidak pernah di evaluasi oleh TNI, dan TNI belum melakukan persiapan memadai untuk kapabilitas menangani operasi sejenis. Karena itu tulisan ini dibuat.

Operasi ini merupakan salah satu Ancaman Aktual yang Gagal Ditangani TNI, sebagai akibat dari Panca Paria TNI.


Satgas Merah Putih Pulang

Evaluasi Operasi Pembebasan Sinar Kudus, Aib Komando TNI

oleh mudy

Keunggulan utama TNI saat ini adalah kepemilikan pasukan elit dan pasukan khusus dalam jumlah besar. Pasukan elit TNI dapat didaftarkan sebagai berikut:

  1. Kopassus
  2. Sandi Yudha Kopassus
  3. Sat-81 Gultor Kopassus
  4. Kostrad
  5. Tontaipur Kostrad
  6. Marinir
  7. Yontaifib Marinir
  8. Kopaska Marinir
  9. Denjaka Marinir
  10. Paskhas
  11. Denbravo 90 Paskhas
  12. Raider

HUT Kopassus (kompas.com)
HUT Kopassus (kompas.com)
HUT Kopassus (kompas.com)

Diantara pasukan elit tersebut delapan tergolong pasukan khusus:

  1. Kopassus
  2. Sandi Yudha Kopassus
  3. Sat-81 Gultor Kopassus
  4. Tontaipur Kostrad
  5. Yontaifib Marinir
  6. Kopaska Marinir
  7. Denjaka Marinir
  8. Denbravo 90 Paskhas

Kapabilitas pasukan khusus TNI selama 2 dekade terakhir sangat terpuruk. Pasukan khusus TNI dengan profil paling tinggi, Kopassus, sempat menduduki peringkat ke-3 pasukan khusus terbaik di dunia pada tahun 1981 sampai dengan 1998.

Peringkat tersebut diperoleh melalui 2 operasi yang cukup sukses:

  1. Operasi Pembebasan Sandera Pembajakan Pesawat Garuda Woyla Flight 206, tahun 1981.
  2. Operasi Pembebasan Sandera di Mapenduma, Irian Jaya, tahun 1996.

Setelah itu pasukan khusus TNI terpuruk tanpa prestasi, dengan sejumlah catatan yang tidak baik hingga hari ini. Salah satu kesempatan emas pasukan khusus TNI memperbaiki prestasinya adalah pada Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus, namun alih-alih mencetak prestasi yang membanggakan operasi militer justru gagal. Dan kelanjutan dari kegagalan tersebut akhirnya mempermalukan seluruh pasukan khusus TNI hingga hari ini.

Dengan kegagalan memalukan di Somalia, serta berbagai keberhasilan pasukan khusus negara lain, seperti US, Inggris, Korea Selatan, Kolombia, Malaysia, Georgia, dan sebagainya, pasukan khusus TNI tidak lagi menjadi salah satu pasukan khusus terbaik di dunia.

Peta Operasi MV Sinar Kudus (kampusmiliter.com)
Peta Operasi MV Sinar Kudus (kampusmiliter.com)
Peta Operasi MV Sinar Kudus (kampusmiliter.com)

A. Evaluasi Operasi

Tabel timetable operasi dapat dilihat disini.

A.1. Prelude

Pembajakan MV Sinar Kudus terjadi di Teluk Aden. Teluk Aden adalah jalur pelayaran internasional serambi Terusan Zues yang merupakan pintu masuk ke Laut Mediterania, dimana kapal-kapal Indonesia dapat mencapai Eropa dan Afrika Utara.

Somalia merupakan pantai Selatan Teluk Aden, dimana perang saudara sedang berkecamuk. Pemerintah berperang dengan pemberontak, sementara rakyat di pantai yang terjebak kemiskinan banyak yang terjun ke dunia perampokan kapal, menjadi bajak laut moderen dengan senjata pistol, Ak-47, dan RPG, menggunakan sampan-sampan kecil untuk merampok kapal besar, kemudian memanfaatkan kapal besar rampokan tersebut untuk membajak kapal yang lebih berharga.

MV Sinar Kudus (kompas.com)
MV Sinar Kudus (kompas.com)
MV Sinar Kudus (kompas.com)

A.2. Pembajakan dan Respon TNI

MV Sinar Kudus adalah kapal milik PT Samudera Indonesia, berbobot mati 8.900 ton, dalam perjalanan rutin mengantar bahan tambang Fero-Nikel ke Rotterdam untuk dijual di pasar Eropa. Tanggal 16 Maret 2011, kapal motor kecil merapat ke MV Sinar Kudus, 5 perompak naik ke atas kapal. Setelah kapal dikuasai, kapal perompak lain merapat ke kapal menaikkan lebih banyak perompak, menjadikan MV Sinar Kudus sebagai kapal induk pembajak. Terdapat sekitar 20 - 50 pembajak diatas kapal MV Sinar Kudus.

17 Maret, Presiden menerima laporan pembajakan. 18 Maret Presiden menggelar rapat terbatas. 19 Maret Panglima TNI menerima persetujuan Presiden untuk memberangkatkan pasukan. 21 Maret rencana operasi dipaparkan kepada Presiden. 23 Maret Satgas Duta Samudera I diberangkatkan dengan 2 frigat: KRI-355 Abdul Halim Perdanakusuma, dan KRI-353 Yos Sudarso. Pasukan terdiri atas Marinir (Kopaska dan Denjaka), serta Kopassus, dengan 1 heli Bo-105, dan 3 RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) V-Shape SeaRider. Rigid Hull Inflatable Boat V-Shape adalah sejenis kapal karet yang dapat dikempeskan, tetapi memiliki bagian bawah yang keras berbentuk huruf V yang dapat memecah ombak dan dilengkapi motor kekuatan besar. RHIB dapat mencapai kecepatan lebih 30 knots, cukup untuk mengejar MV Sinar Kudus yang kecepatannya sekitar 12 knots.

Satgas berangkat dari Tanjung Priok tanggal 23/3, merapat di Teluk Bayur, Padang, tanggal 25/3, tiba di Kolombo, Srilanka tanggal 29/3, tiba di perairan Somalia tanggal 5/4, dan berlabuh di Salalah, Oman tanggal 6/4.

EVALUASI:

Disini sudah terdapat beberapa kesalahan yang perlu di evaluasi.

EV-1. Deploymen pasukan TNI lambat

TNI seharusnya dapat mengirim pasukan segera setelah ada kejadian tanpa harus menunggu rapat-rapat pimpinan sipil. Pelaksanaan operasi tentu harus menunggu keputusan Presiden, tetapi pengerahan pasukan harus dapat dilakukan secepatnya.

EV-2. Pasukan yang dikirim tidak memadai

Perencana operasi TNI terlalu memandang remeh operasi jarak jauh, hanya mengirim pasukan dengan 2 frigat Van Speijk. Frigat Van Speijk bukan merupakan kapal angkut pasukan dan senjata, sehingga yang ikut serta sangat terbatas.

Pada keputusan awal LPD Banjarmasin belum diberangkatkan. Hal ini merupakan kesalahan  yang berujung pada kegagalan operasi.

Keputusan menggunakan pasukan komando dari berbagai unit adalah suatu hal yang sangat beresiko. Hal ini bisa disebabkan karena dinilai kepakaran yang dibutuhkan tersebar pada beberapa unit (yang merupakan kesalahan TNI dalam perencanaan dan disain pasukan komando), bisa juga disebabkan oleh unsur pencitraan TNI, dimana operasi milter dipandang sebagai ajang bagi-bagi kue, khususnya antara 3 gerombolan bersenjata AD, AU, dan AL. Kedua hal ini sangat tidak profesional, dan seharusnya diusut lebih jauh, dievaluasi lebih jauh dan dicari jalan keluarnya. Doktrin Trimatra jelas merupakan kelemahan yang memecah belah TNI.

EV-3. Tidak tersedia alutsista proyeksi jarak jauh

Teluk Aden berada sekitar 6500 km dari Indonesia. TNI tidak memiliki kemampuan proyeksi komando jarak jauh, yaitu kapabilitas transportasi strategis, baik pesawat, heli, atau kapal laut.

Kapal perang laut biru yang mampu berlayar cepat di laut bebas hanyalah frigat Van Speijk peninggalan Belanda yang kecepatannya dibawah 20 knots (mungkin sekitar 15 - 16 knots). Kecepatan yang lambat ini karena Van Speijk sudah diganti mesin-uap-tua-nya dengan mesin disel yang powernya lebih kecil. Perlu dicatat bahwa kecepatan maksimal kapal berbeda dengan kecepatan jelajah (sustained). Kecepatan jelajah (sustained) lebih rendah daripada kecepatan maksimal yang hanya bisa dicapai pada jarak pendek dengan mengorbankan sejumlah besar bahan bakar.

Disamping itu Van Speijk memiliki jangkauan operasional hanya 4000 km, sehingga harus mampir dulu di Colombo, Sri Lanka, kemudian harus berlabuh di Salalah, Oman. Akibatnya perlu 2 minggu untuk tiba di Teluk Oman.

LPD yang tercepat pun kecepatan jelajah-nya hanya sekitar 14 knots. Dengan kapabilitas self-replenish (tidak perlu berlabuh) tetap butuh 1 minggu untuk mencapai Teluk Aden.

EV-4. Rencana Operasi Awal TNI tidak memadai

Operasi yang direncanakan, mencegat dan mengejar MV Sinar Kudus dengan RHIB tentu saja merupakan operasi bunuh diri. Para sandera akan dibantai oleh pembajak jauh sebelum RHIB tiba di MV Sinar Kudus.

Hanya 1 heli Bo-105 yang ikut serta. Heli Bo-105 adalah heli serang yang kemampuan angkut pasukan-nya rendah. Hanya sekitar 4 pasukan komando bisa di kerahkan dengan Bo-105. Juga heli ini tidak memiliki kapabilitas peredam suara yang dibutuhkan untuk mendekati kapal tanpa terdeteksi.

Perompak Somalia (http://kompas-palembang.blogspot.com/)

A.3. Laporan Intelijen dan Kekurangan Pasukan

Tiba di Somalia tanggal 5/4 dan berlabuh di Salalah Oman tanggal 6/4, satgas melakukan pengumpulan data intelijen.

9/4 Pembajak menaikkan nilai tebusan menjadi USD 3,5 juta

12/4 Pembajak menurunkan nilai tebusan menjadi USD 3 juta.

Tanggal 13/4 Dubes Somalia untuk Indonesia Mahmud Olow Barow menyampaikan bahwa Indonesi dipersilahkan menggunakan aksi militer.

Diperoleh informasi bahwa kapal membuang sauh di pelabuhan perompak di pantai Somalia, bersama dengan 8 kapal bajakan. Setiap kapal dijaga sekitar 15 - 30 perompak. Terdapat sekitar 20 kelompok berbeda masing-masing sekitar 30 anggota geng, total sekitar 600 orang milisi, bersenjata Ak47 dan RPG. Di pantai biasanya perompak memiliki senjata mesin 12,7mm yang ditempatkan diatas jip.

Bisa jadi karena informasi ini menggentarkan Gugus Pertama yang sudah berada di Somalia, dengan pasukan sangat terbatas. TNI tidak berani melakukan operasi ke pantai. Karena itu diminta pengiriman tambahan pasukan.

Namun ada pula dugaan bahwa Presiden SBY merasa tekanan publik semakin besar sehingga harus mengirim Gugus Kedua untuk mencitrakan bahwa Pemerintah telah cukup berbuat. Tekanan pada SBY memang cukup besar, SBY dinilai lamban dan tidak berbuat cukup. Hal ini karena negosiasi MV Sinar Kudus dilakukan langsung oleh PT Samudera Indonesia, demikian pula pemberian penjelasan kepada keluarga korban.

Tanggal 18/4 kembali diadakan rapat terbatas di Bogor. Diputuskan mengirimkan pasukan tambahan dengan LPD Banjarmasin. Dilakukan persiapan pasukan dalam 3 hari.

Tanggal 21/4 LPD KRI-592 Banjarmasin berangkat dari Tanjung Priok dengan sekitar 300 pasukan dilengkapi BMP-3F, meriam howitzer, LCVP. Dapat diperkirakan bahwa kopaska membawa kendaraan insersi submersible. Kendaraan insersi ini dapat menyelam untuk membawa pasukan khusus ke kapal sasaran, suatu hal yang sesuai untuk operasi pembebasan sandera di kapal. Namun LPD KRI-592 ini dengan kecepatan 14 - 15 knots baru tiba di Somalia setelah tebusan dibayar tanggal 1 Mei 2011. Sehingga praktis Gugus Kedua ini tidak memiliki peran dalam Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus.

EVALUASI:

EV-5. Negosiasi Tidak Dikendalikan TNI

Pasukan Komando TNI ternyata tidak berperan sentral dalam Operasi Pembebasan Sandera. Terdapat tim lain yang melakukan negosiasi dengan pembajak. Hal ini tidak normal dalam operasi pembebasan sandera.

EV-6. Gugus Kedua Tanpa Rencana Operasi Memadai

Keberangkatan Gugus Kedua dengan LPD KRI-592 Banjarmasin lebih terlihat sebagai gugus pencitraan untuk melindungi citra SBY semata, daripada pasukan profesional yang dikirimkan untuk melakukan pembebasan sandera dengan rencana operasi militer yang memadai. Terdiri atas kekuatan campuran yang tidak berasal dari satu komando.

Gugus Kedua tidak membawa kekuatan yang memadai untuk melakukan operasi ke pantai menghadapi 600 milisi sebagaimana informasi intelijen. Dengan kekuatan dibawah 1 batalion, rencana operasi yang dibuat untuk penyerbuan dapat diperkirakan akan sangat berdarah.

Jika dimaksudkan untuk pembebasan sandera di laut, di atas kapal MV Sinar Kudus, gugus kedua ini tidak membawa helikopter yang memadai, dan jumlah kendaraan submersibel yang memadai. Justru yang dibawa adalah BMP-3F dan LCVP yang notabene merupakan kendaraan pendarat.

EV-7. Tidak ada Rencana Reaksi TNI yang memadai

Terlihat TNI berada dibawah pengaruh kepemimpinan sipil yang lamban, berorientasi pencitraan semata, dan tidak memiliki kapabilitas menangani hal seperti ini. Seharusnya TNI memiliki otoritas lebih dalam pengambilan keputusan terkait operasi militer, berdasarkan Rencana Reaksi TNI yang sudah disepakati terlebih dahulu oleh kepemimpinan sipil dan dituangkan dalam bentuk peraturan. Rencana Reaksi yang demikian akan mengikat kepemimpinan sipil untuk memberikan kewenangan militer kepada TNI. Antara lain misalnya, mengikat agar tidak dilakukan pembayaran tebusan pada penyandera.

Jika memang ingin melakukan pembayaran sandera, TNI seharusnya tidak boleh dilibatkan.

SBY, Presiden penentu operasi militer Sinar Kudus (kompas.com)
SBY, Presiden penentu operasi militer Sinar Kudus (kompas.com)
SBY, Presiden penentu operasi militer Sinar Kudus (kompas.com)

A.4. Tebusan Dibayar

Tanggal 25/4, Gugus Pertama, 2 frigat Van Speijk yang sudah berada Somalia berlabuh di Pelabuhan Salalah, Oman, untuk replenish (pembekalan ulang kapal). Sehari kemudian berangkat kembali ke perairan Somalia. Pasukan TNI gagal mendeteksi seluruh posisi sandera.

Tanggal 28/4 sudah terjadi rencana pembayaran tebusan, namun perompak mendadak menaikkan uang tebusan yang disepakati.

Tanggal 30/4 PT Duta Samudera membayar tebusan, uang di drop di kapal lalu dihitung oleh Perompak, kemudian beberapa perompak pulang dengan diantar helikopter ke-3 lokasi. Besar tebusan jauh melebihi USD 3,5 juta yang disepakati sebelumnya. PT Antam membantu biaya tebusan tersebut.

Tanggal 1/5, sebagian besar perompak sudah pergi, namun masih ada beberapa perompak di MV Sinar Kudus. Saat perompak terakhir pergi, pasukan TNI menyerbu dengan 3 RHIB, menewaskan sekitar 4 perompak, kemudian menangkap sampan perompak.

Tanggal 22/5 Satgas kembali ke Jakarta, disambut Presiden SBY. Beberapa perwira diberikan kenaikan pangkat istimewa atas "keberhasilan" operasi.

Perahu Pembajak dan Kapal TNI (kompas.com)
Perahu Pembajak dan Kapal TNI (kompas.com)
Perahu Pembajak dan Kapal TNI (kompas.com)

EVALUASI:

EV-8. Operasi Militer Gagal

Operasi militer gagal dengan dilakukannya pembayaran tebusan. Pengiriman sekitar 488 prajurit TNI menjadi sia-sia karena kepemimpinan sipil yang tidak tegas dalam memberikan otoritas kepada TNI dalam operasi militer.

Dalam militer profesional, kegagalan operasi militer harus diikuti dengan pemeriksaan kepada segenap perwira yang terlibat. Fungsi evaluasi ini adalah agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.

EV-9. Ironi Pengumuman Keberhasilan Militer

Adalah ironi bahwa operasi militer yang jelas-jelas gagal di-umumkan sebagai keberhasilan operasi militer, hanya demi pencitraan kepemimpinan sipil. Hal ini sangat mempermalukan TNI dan harga diri bangsa Indonesia.

EV-10. Kenaikan Pangkat Pencitraan

Kenaikan pangkat istimewa untuk operasi militer yang gagal, hanya demi pencitraan kepemimpinan sipil adalah merusak sistem kepangkatan TNI yang harusnya berdasarkan prestasi atau merit based. Adanya perwira yang naik pangkat hanya demi pencitraan tanpa prestasi militer menunjukkan sistem kepangkatan TNI tidak beres dan harus di evaluasi ulang. Kepemimpinan sipil, Pemerintah, Presiden, Dephan, purnawirawan TNI yang menjadi pejabat harus diperingatkan untuk tidak merusak kepangkatan TNI demi kepentingan pencitraan pribadi. Panglima TNI sebagai pengawal profesionalisme TNI harus bersikap lebih tegas atas intervensi kepemimpinan sipil dalam kepangkatan TNI.

EV-11. Kegagalan TNI

TNI gagal membuat rencana operasi yang meyakinkan agar pimpinan sipil berani memberi perintah pelaksanaan. Semua operasi militer selalu memiliki resiko. Dalam hal ini tidak ada Pimpinan TNI yang dengan berani mengambil resiko kegagalan operasi jika terjadi. Kegagalan ini karena persiapan TNI tidak memadai. Tidak dilakukan studi mendalam sebelumnya mengenai kasus serupa. Alutsista tidak memadai.

EV-12. Tidak Ada Evaluasi dan Perbaikan

Yang paling buruk dari suatu kegagalan operasi militer adalah tidak dilakukan evaluasi dan perbaikan untuk mencegah kesalahan yang sama terulang kembali.

Perlu dicatat bahwa kejadian serupa pernah terjadi tahun 2009, dimana pasukan Jerman gagal melakukan operasi pembebasan sandera jarak jauh. Perbandingannya dapat dilihat disini: Perbandingan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus dengan MV Hansa Stavanger

Seandainya TNI mempelajari dan melatih diri dari evaluasi kegagalan negara lain tersebut, kemungkinan besar kegagalan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus tidak akan terjadi. TNI tidak berhasil mempelajari kasus-kasus serupa dan belajar dari kegagalan negara lain. Untuk itu TNI perlu memiliki kapabilitas belajar tersebut.

Kemiliteran bukan merupakan organisasi statis, melainkan merupakan organisme dinamis yang harus berubah berdasarkan waktu. Hal ini dapat dicapai dengan belajar dan melakukan evaluasi, baik dari kegagalan negara lain, maupun dari kegagalan TNI.

Kegagalan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus merupakan hal yang sangat memalukan. Pesta keberhasilan dan kenaikan pangkat istimewa merupakan aib bagi TNI. Namun yang lebih memalukan lagi adalah kegagalan TNI melakukan evaluasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kasus serupa.

Latihan Kopaska (kompas.com)
Latihan Kopaska (kompas.com)
Latihan Kopaska (kompas.com)

B. Skenario Operasi Pasukan Khusus Gabungan TNI Jarak Jauh

Dalam prakteknya TNI melakukan latihan operasi yang salah, dengan skenario yang salah. Contohnya pada latihan Operasi Gabungan Penyergapan Teroris tahun 2010. Operasi ini persis meniru rencana Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus, dengan menggunakan 3 RHIB dan 1 helikopter B0-105. Dengan cara seperti itu dapat dipastikan seluruh sandera dibantai oleh perompak, dan banyak diantara pasukan khusus yang mati.

Untuk melengkapi evaluasi operasi pembebasan MV Sinar Kudus, dibuat suatu skenario operasi bayangan yang serupa dengan yang terjadi dengan MV Sinar Kudus, pada suatu masa yang akan datang. Artinya TNI dibayangkan sudah melakukan persiapan yang memadai.

Fungsi dari Skenario Operasi Bayangan ini adalah:

  1. Membentuk Rencana Reaksi TNI untuk diajukan sebagai standar yang diakui oleh kepemimpinan sipil sehingga deployment awal pasukan dapat dilaksanakan secara otomatis untuk kasus-kasus yang serupa.
  2. Memahami prioritas pengadaan alutsista yang dibutuhkan oleh TNI. Mengingat kualitas dan kuantitas pasukan komando adalah salah satu kelebihan TNI, sehingga alutsista terkait operasi gabungan pasukan khusus TNI untuk proyeksi jarak jauh merupakan salah satu prioritas TNI.
  3. Membenarkan hal-hal yang salah yang terjadi pada Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus.
  4. Memberikan bahan pelatihan yang nyata pada pasukan komando TNI.

B.1. Skenario Awal

Skenario ini dibuat mirip dengan kasus MV Sinar Kudus. Pembajakan di Teluk Aden, yang mengharuskan TNI melakukan operasi pasukan khusus gabungan jarak jauh. Dalam skenario ini TNI sudah melakukan persiapan yang memadai dan memiliki alutsista yang cukup untuk melaksanakan proyeksi pasukan komando jarak jauh dalam tingkat Divisi/Brigade.

Skenario (kampusmiliter.com)
Skenario (kampusmiliter.com)
Skenario (kampusmiliter.com)

Seluruh pasukan, tergabung dalam Brigade Gabungan Pasukan Khusus TNI, termasuk elemen Kopassus, Kostrad, Paskhas, Kopaska, serta Batalion Kavaleri Marinir, tiba di FOB dalam 5 hari. Semua peralatan dan perlengkapan tempur untuk operasi tingkat Brigade harus selalu siap dan langsung dibawa, tanpa perlu menunggu keputusan Presiden, Menhan, pensiunan Jendral, ketua partai, direktur TV, atau pimpinan sipil lain. Hal ini perlu diatur dengan UU dan sudah dipersiapkan kerjasama di berbagai negara yang potensial terjadi tindak terorisme penculikan, penyanderaan, atau pembajakan.

Tabel skenario pada tahapan ini disusun sebagai berikut:

Skenario Awal - Operasi Jarak Jauh Pasukan Khusus Gabungan TNI (kampusmiliter.com)
Skenario Awal - Operasi Jarak Jauh Pasukan Khusus Gabungan TNI (kampusmiliter.com)
Skenario Awal - Operasi Jarak Jauh Pasukan Khusus Gabungan TNI (kampusmiliter.com)

Akhir dari Skenario Awal ini adalah upaya pencarian dan pemantauan kapal yang dibajak menggunakan pesawat radar maritim (yang terkategori AEW atau AWACS).

Skenario Pencarian (kampusmiliter.com)
Skenario Pencarian (kampusmiliter.com)
Skenario Pencarian (kampusmiliter.com)

B.1. Skenario Pembebasan Kapal

Skenario Pembentukan Zone Refuel Udara (kampusmiliter.com)
Skenario Pembentukan Zone Refuel Udara (kampusmiliter.com)
Skenario Pembentukan Zone Refuel Udara (kampusmiliter.com)

Skenario Lokasi Penyanderaan (kampusmiliter.com)
Skenario Lokasi Penyanderaan (kampusmiliter.com)
Skenario Lokasi Penyanderaan (kampusmiliter.com)

Skenario Lampu Hijau Operasi (kampusmiliter.com)
Skenario Lampu Hijau Operasi (kampusmiliter.com)
Skenario Lampu Hijau Operasi (kampusmiliter.com)

Skenario LPD Tiba di Zona Refuel Udara (kampusmiliter.com)
Skenario LPD Tiba di Zona Refuel Udara (kampusmiliter.com)
Skenario LPD Tiba di Zona Refuel Udara (kampusmiliter.com)

Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)

Skenario Infiltrasi Intai (kampusmiliter.com)
Skenario Infiltrasi Intai (kampusmiliter.com)
Skenario Infiltrasi Intai (kampusmiliter.com)

Tim rekon melakukan infiltrasi mendekati lokasi pembajak tanpa terdeteksi. Pengamatan dilakukan melalui berbagai peralatan pantau elektronik, baik visual, infra merah, sensor panas, gelombang elektromagnetik, dsb.

Skenario Tim Anti Teror Menuju Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Tim Anti Teror Menuju Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Tim Anti Teror Menuju Kapal (kampusmiliter.com)

Be-200 terbang rendah dari Zona Refuel Udara, menurunkan pasukan komando pelopor, dengan kendaraan insersinya, jauh dari lokasi pembajak. Pasukan komando harus berenang lambat dengan kendaraan submersibel dan motor bawah laut selama ber-jam-jam di bawah air, dalam kegelapan malam. 8 tim harus tiba pada saat bersamaan di 8 kapal yang dibajak.

Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal (kampusmiliter.com)

Tim Rekon menjadi mata dari Tim Anti Teror yang berenang di bawah permukaan laut. Bersamaan dengan Tim Anti Teror mencapai kapal, Tim Rekon dengan platform apung, mengambil posisi baru dalam jarak tembak 1 - 2 km untuk mendukung Tim Anti Teror sebagai tim sniper. 

Skenario Perlindungan Linud (kampusmiliter.com)
Skenario Perlindungan Linud (kampusmiliter.com)
Skenario Perlindungan Linud (kampusmiliter.com)

Bersamaan dengan Tim Anti Teror mencapai kapal dan memulai operasi, Para Komando dengan kendaraan lapis baja BMD-4M diterjunkan di pantai dengan tujuan menetralisir pembajak di pantai, dan menghalangi kedatangan bala bantuan gerombolan pembajak. Satu Kompi Para di Utara, dan 1 Kompi Para di Selatan, bergerak mengamankan pantai.

Tim Kopassus yang terdiri atas tim sniper dan tim ATGM (peluru kendali anti tank) menempati posisi di perbukitan sekitar pantai, guna mengantisipasi kedatangan kendaraan taktis pembajak. 

Sementara itu Tim Komando lapis kedua dengan Mi-26 diterjunkan dengan RHIB dan rapeling langsung ke atas kapal.

Skenario Pembebasan Kapal Dilaksanakan (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal Dilaksanakan (kampusmiliter.com)
Skenario Pembebasan Kapal Dilaksanakan (kampusmiliter.com)

Ke-delapan kapal berhasil direbut. Dilakukan replenish laut dengan LPD dan Heli Mi-26 dan Be-200. Awak kapal digantikan sementara waktu oleh awak sementara, kemudian kapal-kapal tersebut berlayar ke FOB1 di Salalah, Oman.

Para sandera yang dibebaskan diterbangkan ke Jakarta, sebelum kemudian yang berkebangsaan asing pulang ke negara masing-masing dari Jakarta.

B.2. Operasi Pembebasan Sandera

Pada kasus MV Sinar Kudus, sempat terdapat berita bahwa sandera dibawa ke darat, yang menjadi satu dari berbagai alasan ketidak berdayaan.

Untuk menunjukkan profesionalitas TNI, perlu diskenariokan bahwa terdapat beberapa orang sandera yang ditahan di darat oleh para perompak. Untuk itu terpaksa dilakukan operasi pembebasan sandera di darat. Dalam operasi ini dilakukan pendaratan batalion marinir untuk membentuk basis operasi di pantai.

Begitu diketahui ada sandera yang dibawa ke darat, segera Komando TNI memerintahkan melaksanakan operasi pendaratan yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Sementara operasi pembebasan sandera masih berlangsung, 2 LPD bergerak ke pantai menurunkan 20 BMP-3F dengan 500 Pasukan Marinir, bergabung dengan Pasukan Para Komando yang sudah menguasai pantai.

Disini tugas Pasukan Marinir memang bukan untuk merebut pantai, melainkan untuk melakukan operasi ke dalam daratan.

Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)
Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)
Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)

Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)
Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)
Skenario Pendaratan Marinir (kampusmiliter.com)

Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)

Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)

Dibentuk basis komando pasukan khusus (yang umum dengan terminologi SOF / Special Operation Forces) dipimpin jenderal bintang 1 (brigjen) dari Pasukan Khusus Gabungan TNI. Basis komando pasukan khusus selalu membutuhkan pendaratan helikopter.

RHIB komando membentuk garis perbatasan laut, mengamankan para nelayan dan kapal-kapal setempat.

Pesawat dan drone pengawas (surveillance) melakukan penyadapan atas seluruh komunikasi setempat, serta memetakan gerakan gerombolan bersenjata. Sementara data-data yang ada dikirim ke pusat komando untuk dianalisa oleh para analis TNI yang didukung penterjemah dan tenaga ahli.

Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)
Skenario Operasi Pembebasan Sandera (kampusmiliter.com)

Kavaleri Gabungan terdiri atas Pasukan Marinir (BMP-3F) disertai Kavaleri Lintas Udara (BMD-4) berangkat menuju pusat kota dengan perlindungan UAV, dan fighter Su-30. 

2 Kompi Para diterjunkan Il-76 membebaskan sandera. Kemudian dijemput oleh Mi-26 yang dikawal heli bersenjata.

Operasi berakhir dengan sukses.

C. Kebutuhan Persiapan Operasi Komando Jarak Jauh

Untuk dapat melakukan proyeksi kekuatan tingkat Brigade dalam jarak jauh, dibutuhkan sejumlah alutsista angkut udara. Utamanya:

  1. Pesawat angkut strategis
  2. Pesawat tanker strategis
  3. Pesawat AEW&C (dengan radar maritim/darat). TNI memiliki Boeing SLAMMER yang sudah tua dan kemampuannya terbatas sebagai radar maritim.
  4. Heli angkut besar
  5. Heli tanker untuk pengisian bahan bakar heli lain, ranpur, dan replenish kapal di lapangan.
  6. Pesawat amfibi yang dapat mendarat di laut untuk menurunkan dan menjemput komando laut. C-130 dapat menurunkan komando laut, namun tidak dapat menjemput kembali. Kemampuan penjemputan akan meningkatkan opsi perencana operasi khusus.
  7. Ranpur lintas udara, yang dapat diterjunkan dengan parasut. Untuk memperkuat pasukan lintas udara secara bermakna.
  8. LPD/SSV berkecepatan tinggi, sustained speed diatas 24 knots. Jika memungkinkan LPD/SSV trimaran dengan kecepatan diatas 30 knot, atau modifikasi LPD Banjarmasin.

Dapat dijabarkan komponen yang dibutuhkan untuk proyeksi jarak jauh komando gabungan TNI dalam tingkat brigade pada tabel berikut. Sebagian telah dimiliki oleh TNI, dan sebagian perlu di modifikasi. Sementara alutsista yang belum ada perlu di-adakan.

Komponen Operasi Komando Jarak Jauh (kampusmiliter.com)
Komponen Operasi Komando Jarak Jauh (kampusmiliter.com)
Komponen Operasi Komando Jarak Jauh (kampusmiliter.com)

Yang disebut dengan Wing Komando TNI AU adalah Wing khusus untuk proyeksi strategis pasukan komando, tentunya sesuai kebutuhan dapat pula dimanfaatkan untuk proyeksi pasukan lain seperti Paskhas, Kostrad, Kopassus yang tidak memiliki transportasi udara.

Dalam keadaan damai, wing tersebut dapat berfungsi untuk Operasi Milter Selain Perang, misalnya jika dipilih pesawat yang sesuai, wing dapat berfungsi sebagai pemadam kebakaran hutan. Formasi besar dari Il-76, Mi-26, dan Be-200 mampu memadamkan kebakaran hutan ratusan kilometer dalam waktu relatif singkat. Hal ini karena pesawat-pesawat tersebut memiliki kapabilitas pengambilan air yang cukup besar. Dengan adanya wing ini, masalah kebakaran hutan di Indonesia berakhir.

Wing ini juga akan sangat berguna dalam kasus bencana alam. Keberadaan wing ini akan dapat menyelesaikan masalah logistik bencana dalam waktu singkat.

Wing ini juga merupakan media angkut strategis yang dapat mengirimkan berbagai alutsista TNI dalam jarak jauh dengan sangat cepat. Dampaknya, TNI tidak membutuhkan terlalu banyak berbagai alutsista jenis tertentu yang dapat di transportasikan dengan segera jika diperlukan.

Dengan demikian banyak manfaat dari satu wing.

Tentunya manfaat utama dalam konteks ini adalah TNI dapat memfungsikan keunggulannya dalam kualitas dan kuantitas pasukan khusus, yang selama ini terhambat pemanfaatannya akibat tidak adanya media transport strategis udara dan laut.

Dari komponen tersebut diatas diperoleh kebutuhan alutsista yang dibutuhkan agar TNI memiliki kapabilitas proyeksi pasukan komando jarak jauh.

Kebutuhan Alutsista (kampusmiliter.com)
Kebutuhan Alutsista (kampusmiliter.com)
Kebutuhan Alutsista (kampusmiliter.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun