EVALUASI:
EV-8. Operasi Militer Gagal
Operasi militer gagal dengan dilakukannya pembayaran tebusan. Pengiriman sekitar 488 prajurit TNI menjadi sia-sia karena kepemimpinan sipil yang tidak tegas dalam memberikan otoritas kepada TNI dalam operasi militer.
Dalam militer profesional, kegagalan operasi militer harus diikuti dengan pemeriksaan kepada segenap perwira yang terlibat. Fungsi evaluasi ini adalah agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
EV-9. Ironi Pengumuman Keberhasilan Militer
Adalah ironi bahwa operasi militer yang jelas-jelas gagal di-umumkan sebagai keberhasilan operasi militer, hanya demi pencitraan kepemimpinan sipil. Hal ini sangat mempermalukan TNI dan harga diri bangsa Indonesia.
EV-10. Kenaikan Pangkat Pencitraan
Kenaikan pangkat istimewa untuk operasi militer yang gagal, hanya demi pencitraan kepemimpinan sipil adalah merusak sistem kepangkatan TNI yang harusnya berdasarkan prestasi atau merit based. Adanya perwira yang naik pangkat hanya demi pencitraan tanpa prestasi militer menunjukkan sistem kepangkatan TNI tidak beres dan harus di evaluasi ulang. Kepemimpinan sipil, Pemerintah, Presiden, Dephan, purnawirawan TNI yang menjadi pejabat harus diperingatkan untuk tidak merusak kepangkatan TNI demi kepentingan pencitraan pribadi. Panglima TNI sebagai pengawal profesionalisme TNI harus bersikap lebih tegas atas intervensi kepemimpinan sipil dalam kepangkatan TNI.
EV-11. Kegagalan TNI
TNI gagal membuat rencana operasi yang meyakinkan agar pimpinan sipil berani memberi perintah pelaksanaan. Semua operasi militer selalu memiliki resiko. Dalam hal ini tidak ada Pimpinan TNI yang dengan berani mengambil resiko kegagalan operasi jika terjadi. Kegagalan ini karena persiapan TNI tidak memadai. Tidak dilakukan studi mendalam sebelumnya mengenai kasus serupa. Alutsista tidak memadai.
EV-12. Tidak Ada Evaluasi dan Perbaikan
Yang paling buruk dari suatu kegagalan operasi militer adalah tidak dilakukan evaluasi dan perbaikan untuk mencegah kesalahan yang sama terulang kembali.
Perlu dicatat bahwa kejadian serupa pernah terjadi tahun 2009, dimana pasukan Jerman gagal melakukan operasi pembebasan sandera jarak jauh. Perbandingannya dapat dilihat disini: Perbandingan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus dengan MV Hansa Stavanger
Seandainya TNI mempelajari dan melatih diri dari evaluasi kegagalan negara lain tersebut, kemungkinan besar kegagalan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus tidak akan terjadi. TNI tidak berhasil mempelajari kasus-kasus serupa dan belajar dari kegagalan negara lain. Untuk itu TNI perlu memiliki kapabilitas belajar tersebut.
Kemiliteran bukan merupakan organisasi statis, melainkan merupakan organisme dinamis yang harus berubah berdasarkan waktu. Hal ini dapat dicapai dengan belajar dan melakukan evaluasi, baik dari kegagalan negara lain, maupun dari kegagalan TNI.
Kegagalan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus merupakan hal yang sangat memalukan. Pesta keberhasilan dan kenaikan pangkat istimewa merupakan aib bagi TNI. Namun yang lebih memalukan lagi adalah kegagalan TNI melakukan evaluasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kasus serupa.