Gugus Kedua tidak membawa kekuatan yang memadai untuk melakukan operasi ke pantai menghadapi 600 milisi sebagaimana informasi intelijen. Dengan kekuatan dibawah 1 batalion, rencana operasi yang dibuat untuk penyerbuan dapat diperkirakan akan sangat berdarah.
Jika dimaksudkan untuk pembebasan sandera di laut, di atas kapal MV Sinar Kudus, gugus kedua ini tidak membawa helikopter yang memadai, dan jumlah kendaraan submersibel yang memadai. Justru yang dibawa adalah BMP-3F dan LCVP yang notabene merupakan kendaraan pendarat.
EV-7. Tidak ada Rencana Reaksi TNI yang memadai
Terlihat TNI berada dibawah pengaruh kepemimpinan sipil yang lamban, berorientasi pencitraan semata, dan tidak memiliki kapabilitas menangani hal seperti ini. Seharusnya TNI memiliki otoritas lebih dalam pengambilan keputusan terkait operasi militer, berdasarkan Rencana Reaksi TNI yang sudah disepakati terlebih dahulu oleh kepemimpinan sipil dan dituangkan dalam bentuk peraturan. Rencana Reaksi yang demikian akan mengikat kepemimpinan sipil untuk memberikan kewenangan militer kepada TNI. Antara lain misalnya, mengikat agar tidak dilakukan pembayaran tebusan pada penyandera.
Jika memang ingin melakukan pembayaran sandera, TNI seharusnya tidak boleh dilibatkan.
A.4. Tebusan Dibayar
Tanggal 25/4, Gugus Pertama, 2 frigat Van Speijk yang sudah berada Somalia berlabuh di Pelabuhan Salalah, Oman, untuk replenish (pembekalan ulang kapal). Sehari kemudian berangkat kembali ke perairan Somalia. Pasukan TNI gagal mendeteksi seluruh posisi sandera.
Tanggal 28/4 sudah terjadi rencana pembayaran tebusan, namun perompak mendadak menaikkan uang tebusan yang disepakati.
Tanggal 30/4 PT Duta Samudera membayar tebusan, uang di drop di kapal lalu dihitung oleh Perompak, kemudian beberapa perompak pulang dengan diantar helikopter ke-3 lokasi. Besar tebusan jauh melebihi USD 3,5 juta yang disepakati sebelumnya. PT Antam membantu biaya tebusan tersebut.
Tanggal 1/5, sebagian besar perompak sudah pergi, namun masih ada beberapa perompak di MV Sinar Kudus. Saat perompak terakhir pergi, pasukan TNI menyerbu dengan 3 RHIB, menewaskan sekitar 4 perompak, kemudian menangkap sampan perompak.
Tanggal 22/5 Satgas kembali ke Jakarta, disambut Presiden SBY. Beberapa perwira diberikan kenaikan pangkat istimewa atas "keberhasilan" operasi.