Mohon tunggu...
Pendi Susanto
Pendi Susanto Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Penulis Buku, Pegiat Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Milenial Pengawal Pancasila

1 Oktober 2023   06:31 Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hasil survei menunjukkan 63,1% responden  setuju dan 28,1% sangat setuju bahwa Pancasila menyatukan seluruh lapisan bangsa untuk bersatu dan menjaga keutuhan wilayah bangsa dan besar kemungkinan negara ini akan terpecah belah tanpa Pancasila. Terkait nasionalisme dan jati diri bangsa, 60,6% responden setuju dan 31,3% sangat setuju Indonesia menjadi negara besar karena mampu beradaptasi dengan seluruh aspek masyarakat, termasuk berbagai ras, suku, dan agama.

Dari situ kami cukup optimis  generasi milenial benar-benar memegang teguh nilai-nilai kebangsaan, baik ideologi Pancasila maupun nasionalisme. Namun di  era disrupsi informasi yang sewaktu-waktu masyarakat bisa gelisah dan saling berkonflik karena saling bercanda dan adu mulut di media sosial, kontribusi positif generasi milenial semakin banyak memenuhi dunia maya. dengan distribusi yang keren. untuk melawan narasi palsu dan propaganda anti-SARA. Selain itu, mengalokasikan waktu, tenaga dan pikiran melalui kreativitas sesuai passion juga dapat dilakukan untuk menjaga nilai-nilai Pancasila. Sepanjang bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan negara dan bukan hanya kepentingan pribadi, maka hal itu bisa dianggap sebagai strategi kekinian untuk menjaga Pancasila. Nugroho dalam Youth Nationalism menjelaskan bahwa bagi generasi muda masa kini, menjadi nasionalis berarti hadir dan berpartisipasi aktif di ruang-ruang publik, bukan diciptakan, baik itu hal-hal kecil, sederhana, maupun kegiatan-kegiatan besar.

Generasi Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan periode kelahirannya, antara lain Generasi X (1965-1980), Generasi Y (1981-1994), dan Generasi Z (1995-2010). Generasi Y dan Z yang kini menjadi bagian dari generasi muda juga sering disebut dengan generasi Milenial. Ciri kuat generasi Milenial adalah kemampuannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi sehingga menghasilkan sumber informasi yang melimpah.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2020,  penduduk usia 15 hingga 34 tahun diperkirakan berjumlah 32,86% dari total  penduduk Indonesia. Bahkan, jumlah tersebut akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang, artinya Indonesia akan memiliki penduduk usia produktif  (bonus demografi) yang berlimpah. Melihat angka-angka tersebut, kita semakin sadar akan peran generasi milenial dalam membentuk masa depan negara. Wajah negara ke depan akan dipengaruhi oleh pemikiran dan perjuangan generasi muda masa kini (milenial). Oleh karena itu, tidak berlebihan jika menyebut generasi Y sebagai penjaga Pancasila.

Caroline Tyan (2017) dalam artikelnya Nasionalisme di Era Media Sosial menjelaskan bahwa media digital merupakan penguat  nasionalisme. Generasi milenial sebagai generasi yang akrab dengan media digital tentu bisa mengambil peran sebagai agen penguatan nasionalisme dengan menjadi pembela Pancasila. Media massa, baik cetak maupun online,  berperan dalam menyebarkan ideologi negara-bangsa ke berbagai komunitas di seluruh dunia. Media cetak merupakan media yang menyebarkan gagasan dari banyak pihak ke banyak pihak, sedangkan media online/Internet menghubungkan banyak pihak dengan banyak pihak dalam waktu yang bersamaan. Kedua jenis media ini menjadi alat hubungan yang terkendali secara emosional yang melaluinya komunitas politik -- nasional, regional, sektarian, suku -- direproduksi. Namun, jejaring sosial memiliki dua keunggulan yang berlawanan. Pertama, memperluas cara individu mengungkapkan pendapatnya dan mendorong diskusi. Kedua, membangun masyarakat berdasarkan konsepsi identitas yang sempit dan eksklusif.

Nampaknya poin kedua  kini semakin menghantui dunia digital. Akibat maraknya hoaks dan provokasi bernuansa SARA, satu kelompok berkonflik dengan kelompok lain demi mengedepankan kepentingan pihak tertentu. Tidak dapat dipungkiri perpecahan dapat muncul sewaktu-waktu  akibat fenomena perpecahan di dunia maya. Keberagaman kini terancam karena postingan-postingan yang  tidak bertanggung jawab tersebut. Hal ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang menghendaki persatuan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Mempertahankan keberagaman memperkuat perdamaian. Sedangkan perdamaian akan tercapai jika toleransi terjalin. UNESCO menjelaskan dalam publikasinya Toleransi: Ambang Batas Perdamaian menegaskan bahwa tanda keberhasilan toleransi adalah terjalinnya hubungan sosial. Hasil dari toleransi adalah kenyamanan pribadi dan keharmonisan sosial (Albinsaid, 2016).

Dari ruang-ruang tersebut, generasi milenial harus aktif menyebarkan nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan solidaritas. Ciri-ciri generasi milenial, keterbukaan, dinamisme, dan kreatif, menjadi modal berharga untuk menekuni karya kreatif  menjadi generasi penjaga Pancasila. Selamat merayakan Hari Kesaktian Pancasila. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun