Ketika masyarakat atau bagian dari bangsa mengkritik pemerintah atau negara, mereka tidak harus dianggap sebagai Pancasila atau anti-Pancasila.Â
Jika ada yang dilakukan terhadap Pancasila oleh individu atau kelompok, jangan disamaratakan, harus dibuktikan secara hukum di pengadilan.Â
Jika seseorang atau kelompok menuduh pihak lain bertentangan dengan Pancasila, mereka harus diadili. Dengan demikian perselisihan dan perpecahan tidak akan timbul di tubuh bangsa.
Pancasila harus dipahami secara moderat dan dipandang sebagai milik komunal, bukan sebagai milik individu yang ekstrim dan sepihak. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Survei Lingkungan Belajar (SLB), Lomba Pidato, Hormati Bendera, Kontroversi serta kelebihan dan kekurangan lainnya harus dihindari.Â
Jika ada perbedaan pendapat, harus dicari dialog dan dicari titik temu terkait dengan konstitusi. Semua pihak harus menempatkan Pancasila di samping tiga pilar lainnya, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia, UUD 1945 dan kebhinekaan sebagai ideologi moderat dan milik bersama!
REMINDÂ PANCASILA
Pancasila harus direhabilitasi menjadi budaya bangsa yang dapat menunjang pembangunan peradaban bangsa Indonesia.
Dalam kondisi saat ini, yang mana ada masyarakat dan para pemimpinnya mengabaikan dan bahkan menyalahgunakan Pancasila, Pancasila tidak dapat menghasilkan budaya yang diperlukan untuk membangun peradaban.Â
Dalam rangka membangun peradaban Indonesia, Pancasila sebagai dasar republik Indonesia dan jati diri bangsa harus diperlakukan berbeda dengan bangsa Indonesia, terutama para pemimpinnya. Pemulihan Pancasila melibatkan tiga aspek.
Aspek pertama adalah pendalaman dan pemahaman nilai-nilai Pancasila yang jauh lebih intensif di seluruh masyarakat Indonesia, terutama di kalangan terdidik dan para pemimpin nasional dan daerah. Hal ini sangat penting bagi Pancasila untuk mempengaruhi perkembangan peradaban Indonesia.
Aspek lain dari pemulihan Pancasila menjadikan Pancasila memiliki peran penting dalam membangun manusia dan masyarakat Indonesia serta bangsa (bangsa dan karakter) Indonesia yang selalu dicanangkan oleh Bung Karno tetapi tidak pernah dilaksanakan secara serius dan intensif.