Mohon tunggu...
Denny Susanto
Denny Susanto Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta, Penyuluh Agama

Saya Menulis Maka Saya Ada..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

2 Maret 2023   11:40 Diperbarui: 3 Maret 2023   10:16 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia pendidikan Indonesia pada umumnya, terutama sekolah – sekolah pada Bulan Maret 2020 sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian nasional yang terakhir kalinya. Di tengah-tengah segala persiapan untuk membekali siswa sebelum ujian, tiba-tiba kita dikejutkan dengan pemberitaan mengenai merebaknya wabah Covid-19. Kehidupan pembelajaran di sekolah yang tadinya berlangsung normal, tiba-tiba terganggu. Semua perencanaan yang telah dipersiapkan matang buyar dalam seketika.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang tadinya berjalan normal selama ini, tiba-tiba mendadak dihadapkan dengan situasi yang belum pernah dipersiapkan sama sekali. Tiba-tiba siswa harus belajar di rumah dan dimana-mana disarankan menjaga jarak dengan melakukan pembatasan sosial. Siswa siswi yang tadinya dapat belajar dengan riang di sekolah, sekarang harus belajar dari rumah. Belajar jarak jauh di rumah tidak sama dengan belajar tatap muka di sekolah. Banyak hal yang perlu disiapkan untuk siswa-siswi dapat melakukan pembelajaran di rumah dengan baik dan tidak kehilangan hak mereka untuk dapat memperoleh materi pembelajaran.

 Kami sebagai guru yang bertanggungjawab untuk mengajar siswa dibuat kebingungan dengan kondisi yang terjadi. Apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukan pembelajaran dan lain sebagainya. Aplikasi apa yang harus dipakai, bagaimana cara siswa menghubungi guru dan bagaimana pelaksanaanya semuanya secara mendadak harus dipersiapkan dalam sekejap. Para guru dengan pola pikir yang tadinya sudah nyaman dengan metode yang adan dan malas untuk belajar tehnologi baru, tiba-tiba dipaksa oleh wabah pandemi Covid-19 ini untuk mau tidak mau belajar beradaptasi dengan tehnologi yang baru.

Dalam mendukung pembelajaran jarak jauh, para guru berkolaborasi dengan guru lainnya yang lebih melek teknologi bagaimana agar dalam pembelajaran dapat menggunakan Google Docs dan Google Slides (powerpoint) sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan menarik. Selain kami membahas juga bagaimana  mengkombinasi pembelajaran digital dan tradisional dalam Blended Learning.  Selain itu, di dalam para guru yang lebih mengenal teknologi memberi pendampingan di dalam Teacher Virtual Class (TVC) memberikan informasi dan arahan kepada kami para guru yang “gaptek” ini mengenai aplikasi-aplikasi apa saja yang dapat dipakai untuk menunjang pembelajaran jarak jauh ini. 

Selama ini kami para guru yang lebih berusia boleh mendapatkan pendampingan dalam TVC melalui Google Meet oleh guru lainnya yang lebih muda dan lebih mengenal tehnologi yang selalu siap memberikan informasi, materi dan  pembahasan dan memimpin diskusi. Saya sangat merasakan manfaat dari peer to peer teaching dengan pendampingan  ini. Selain itu ditambah dengan adanya grup Whatsapp (WA) guru-guru pun menjadi terlibat aktif untuk berkomunikasi untuk saling tukar menukar informasi. 

Di dalam pendampingan TVC inilah kami diajarkan bagaimana menggunakan aplikasi jarak jauh Zoom dan Google Meet, bagaimana menggunakan Google Drive untuk menaruh file tugas siswa, juga bagaimana menggunakan Google Form untuk membuat soal ujian jarak jauh bagi siswa, serta membuat kelas virtual menggunakan Google Classroom. Ini semua merupakan aplikasi yang baru bagi kami para guru, dan untungnya kami dilatih untuk menggunakannya dengan baik, sehingga kami selangkah lebih maju dibanding guru lainnya yang belum mendengar atau memakai aplikasi ini. 

Materi-materi yang diberikan dapat diakses pada ponsel kami masing-masing, sehingga tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Saya bisa memanfaatkan waktu luang yang ada pada saat Work From Home (WFH) untuk menyelesaikan pembelajaran yang ada. Hal ini sungguh membantu sekali, dimana kita bisa “Merdeka Belajar” dengan waktu dan tempat yang fleksibel sesuai dengan pengaturan kita masing-masing. Tentunya ini merupakan pelatihan yang sangat berharga bagi seorang guru, terutama bagi guru di daerah bisa mendapatkan pelatihan yang tentunya bisa memberikan pandangan dan terobosan baru bagi kami para guru di daerah untuk tetap melakukan kegiatan pembelajaran secara jarak jauh.

Sebagai seorang guru di tengah wabah pandemi Covid-19, saya berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik bagi siswa-siswi saya, dengan terus membaca dan belajar tentang tehnik pengajaran yang memanfaatkan tehnologi yang baru. Walaupun dalam pembelajaran jarak jauh secara daring, seorang guru selain membagikan ilmu lewat jaringan, juga dituntut untuk bisa terampil dalam tehnik pengajaran, tentang bagaimana bisa menyampaikan materi pelajaran secara menarik, bagaimana melakukan manajemen kelas secara daring dan sebagainya. Pendek kata sebagai seorang pengajar, dia harus terus menerus belajar tehnologi yang baru sebelum dia dapat mengajar siswa-siswanya secara menarik.

Pada praktik baik pembelajaran jarak jauh yang kami lakukan di sekolah bisa kita lihat dengan diterapkan pembelajaran interaktif  yang menghubungkan apa yang didapat dalam pelajaran dengan benda atau kejadian yang ada di dunia nyata. Sesuai dengan apa yang didapatkan dari pelatihan, kami menjadikan bahwa pembelajaran itu bukan hanya satu arah dari guru kepada murid saja, tetapi harus dijadikan pembelajaran dua arah dari guru kepada murid dan dari murid kepada guru. Dan murid harus dapat memberi feedback berupa respon, komentar atau usulan kepada gurunya. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi tidak lagi berpusatkan pada guru  (teacher centered) tetapi menjadi berpusatkan kepada siswa (student centered).

Ada banyak hal yang dilakukan agar pembelajaran di dalam kelas menjadi student centered, salah satunya adalah dengan menggantikan metode ceramah yang biasa kita lakukan di kelas menjadikan metode diskusi atau inkuiri, dimana guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pemantik diskusi, dan siswa bisa mencari informasi tentang pelajaran tersebut dari intenet, baik mencari di laman google atau mencari video tentang materi tersebut di dalam Youtube.

Pada saat ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, karena saat ini sumber ilmu pengetahuan bisa didapat dari mana saja, bahkan lebih banyak dan lebih lengkap jika mencari dari Google dibandingkan dari guru. Karena itu guru tidak bisa lagi menggunakan metode ceramah seperti dulu, siswa akan cenderung bosan dan kehilangan minat akan pelajaran, apalagi jika pelajaran itu berupa konsep yang tidak nyata, seperti pelajaran eksakta. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat  menghubungkan materi yang dipelajari agar siswa dapat menyambungkan apa yang dipelajari dengan konteks yang ada di sekeliling siswa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun