Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ceramah Politik: Menjadi Pemenang

12 Juni 2016   18:03 Diperbarui: 12 Juni 2016   18:15 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau, jika pertandingan pun tetap dilakukan, maka itu hanyalah pertandingan eksibisi, hanya sebagi  hiburan politik, karena apapun hasilnya sudah tidak ada lagi gregetnya. Pertandingan yang sesungguhnya sudah usai, lawan tanding sudah didiskualifikasi.

Tidak hanya di bidang politik, dalam hal ibadah juga demikian. Banyak orang yang menginginkan kemenangan yang mudah dan dipermudah. Bila perlu tanpa lawan, tanpa beban, tidak soal bila kemenangannya sebenarnya hanyalah pemberian, atau sebagai hadiah.

Tidak heran, dimana-mana kita bisa melihat banyaknya orang yang meminta berbagai kemudahan dalam hal ibadah. Tempat ibadah diminta supaya diberikan dan dibangun dengan gratis. Jika tidak ada yang mau membagunnya dengan gratis, jaring pun kita panjangkan, kotak kita jalankan, dan daftar sumbangan atau proposal kita sodorkan kepada siapa saja, supaya kita bisa mendapatkan tempat ibadah yang nyaman, megah yang membuat kita bisa  beribadah dengan khidmat, khusuk.

Dimanakah nilai ibadah yang kita lakukan, bila itu kita jalankan karena kemudahan atau dimudahkan? 

Kenapa kita tidak beribadah menurut kemampuan dan apa yang ada pada kita?  Jika kita masih belum mampu membangun rumah ibadah yang megah, kenapa harus kita paksakan dengan meminta kemudahan dan membebankannya kepada pihak lain? Apakah nilai ibadah ditentukan oleh megah tidaknya tempat kita beribadah?

Demikian juga saat kita menjalankan ibadah puasa. Kita berharap bisa menjalaninya dengan sempurna, tanpa hambatan dan halangan oleh siapapun dan apapun. Dan pada akhirnya, kita akan menyambut hari kemenangan karena  berhasil menjadi pemenang.

Tetapi perlu kita pertanyakan, bagaimanakah kualitas kemenangan yang kita peroleh?

Apakah kita layak menyebut diri sebagai pemenang? Siapa dan apa yang sudah kita kalahkan? Jika kita menjalani puasa dengan berbagai kemudahan yang kita harapkan, lalu dimana letak ibadahnya? Dimana kemenangannya?

Saat kita berpuasa kita berharap cuaca tidak panas terik. Kita boleh berangkat kerja lebih siang dan pulang lebih cepat. Di tempat kerja, kita boleh bekerja setengah hati karena kita sedang berpuasa, dan orang lain harus memaklumi. Saat kita berpuasa, kita meminta orang lain menghormati kita, bagaimana supaya kita tidak melihat orang makan dan minum bahkan mencium aromanya supaya kita tidak tergoda. Mereka harus bisa mengerti kita yang sedang berpuasa, sekalipun mereka tidak ikut berpuasa. Siang atau sore hari kita tiduran, ngadem, berendam supaya tidak terlalu lemas. 

Lalu dimana nilai ibadahnya?  Dimana letak kemenangannya? Siapa dan apa yang sudah kita kalahkan?  

Kategori pemenang hanya layak disandang oleh mereka yang ikut bertanding, menjalaninya sesuai dengan aturan main , tidak meminta diistimewakan dan diberi kemudahan, apalagi diuntungkan dari peserta lain supaya bisa menjadi pemenang. Dengan demikian, kemenangan yang diraih benar-benar merupakan  suatu kemenangan yang murni. Bukan pemberian atau hadiah, apalagi hasil kecurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun