Untuk menyiasati ini, aku paling tidak suka kalau rapi rapi rumah tapi hanya karena disuruh orang, hal itu tentu membuat hati dongkol dan otak tidak bisa berpikir.
Kedua, melakukannya saat keadaan rumah sepi aktivitas apa pun. Sudah kubilang di atas kalau aku tidak suka rapi rapi rumah hanya disuruh orang, selain itu aku juga tidak suka melakukannya saat di rumah masih banyak orang. Nunggu orang rumah pergi atau tidur dulu, biar proses berpikir tadi lancar, hati senang, semangat memancar dan bisa menuntaskannya secepat kilat. Kalau orang rumah tidak kunjung pergi, kusuruh diam dan jangan dulu mengajak bicara.
Sampai pernah, kakakku aja heran, bangun bangun rumah udah rapi, bersih, wangi dan kinclong.
Ketiga, melakukannya tanpa suara. Mungkin orang lain kalau sedang rapi rapi rumah mereka akan sambil mendengar musik atau bersenandung ria. Tapi itu tidak berlaku padaku, aku akan melakukannya dalam hening. Selain karena sambil berpikir juga menghemat tenaga karena sedang dalam keadaan puasa. Mengingat juga karena napasku pendek sebab pernah kecelakan sewaktu kecil ketumpahan air panas di dada kiri, belakangan ini sering cepat pening dan pusing kalau terlalu diforsir.
Terakhir, melakukannya sambil mengingat nikmat Tuhan seraya mensyukuri usia hidup. Mungkin sebagian orang hanya fokus di momen lebarannya tanpa sadar kalau banyak sekali nikmat yang diberikan Allah SWT sepanjang usia hidup yang telah kita lewati.
Setiap tahun ketika momen rapi rapi rumah jelang lebaran aku selalu mengucap syukur masih diberikan kesempatan berjumpa Ramadan. Bersyukur masih punya rumah tempat bernaung. Bersyukur masih punya sanak saudara, yang akan kita bagikan cerita di esok harinya. Dan bersyukur masih ditetapkannya iman di hati.
Demikian, terkait dengan rapi rapi rumah jelang lebaran yang juaranya jatuh kepada aku. Semoga hidup kita selalu berlalu dalam hal yang bermanfaat. Salah satunya yakni dengan memaksimalkan malam Lailatul Qadar dengan penuh ibadah pengharapan.
Ubay bin Ka'ab radhiyallaahu 'anhu berkata tentang Lailatul Qadar;
"Demi Allah, sungguh aku mengetahuinya. Sejauh pengetahuanku malam itu adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintah kami untuk menghidupkan malamnya dengan shalat, malam itu adalah malam ke 27."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H