Momen merayakan kemenangan di lebaran masih juga berlanjut. Open house masih ada. Bahkan tak jarang acara keluarga seperti akikah dll pun biasanya diselenggarakan dalam momen seperti ini, mumpung masih banyak bersama keluarga lah, jadi sekalian saja, kan berkumpul juga.Â
Banyak hidangan yang disajikan. Yang mendominasi di antaranya adalah ketupat, lontong hingga makanan lainnya yang bersantan. Jadi mesti cepat dihabiskan kalau tidak bisa basi esoknya. Dua hari belakangan ini terlalu sering rasanya perut diisi makanan bersantan hingga akhirnya merindukan makanan favorit nusantara. Apa makanan itu? Tentu saja bakso.
Menanggapi hal demikian, tantangan samber thr Kompasiana kali ini temanya adalah bakso favorit nusantara. Untuk itu berikut aku akan merangkum atau menceritakan hal-hal seputar bakso hingga salah satu kedai bakso di Gorontalo yang sering menjadi andalan mahasiswa nongkrong.Â
Apapun latar belakangnya, bakso makanan favoritnya.
Kira-kira seperti itu ungkapan yang pas dalam menggambarkan makanan favorit nusantara ini. Inilah mengapa banyak sekali warung-warung makan yang menyajikan menu bakso. Belum juga 100 meter, ehh udah ada warung makan lagi. Meski begitu setiap warung makan ini pasti punya teknik marketingnya masing-masing dalam melayani setiap pengunjung yang ingin makan di sana.
Mau pria atau wanita, muda atau tua, yang negeri atau swasta, yang menengah ke bawah atau ke atas, pasti makanan favoritnya adalah bakso.
Aku sendiri juga sebenarnya heran mengapa makanan yang satu ini banyak sekali penggemarnya. Mulai dari yang hanya keliling, kedai makan yang tak terlalu luas hingga restoran yang besarnya minta ampun, pasti selalu ramai dengan penggemar bakso.Â
Jenis bakso itu pun kini sudah banyak sekali terobosan. Jadi pantas saja, penggemarnya ada di mana-mana. Salah satunya yakni adalah bakso tenis. Ukurannya yang lebih besar dari bakso biasa membuat perhatian orang-orang sukses untuk bisa menyantapnya. Ada juga bakso telur, ukurannya juga agak besar karena dalamnya isi telur.Â
Untuk bumbu kuahnya bisa kita racik sendiri. Namun di Gorontalo, kebanyakan mereka menyukai pedas, hingga setelah diracik, kuahnya sangat terlihat merah dan membuat bibir tak kalah merah saat menyantapnya.