Ada juga kakak kelas 12 MA sebutlah namanya FR yang dengan gamblangnya memberikan perhatian padaku disaat aku sedang lewat atau melintas depan asrama, tak kalah pula teman-temannya yang ingin memberikan perhatian, padahal waktu itu aku sedang baik-baik saja, tak ada luka atau goresan di diriku ini. Yang ada malah, kemana dan kepada siapa tempat aku harus menumpahkan semua yang ada di dalam hati dan pikiran ini, lebih tepatnya lagi curhat.
Jadilah setelah itu, aku mendapatkan sahabat terbaik, nama mereka sebutlah adalah NHH dan SHG, mereka ini bukan sekelas denganku, mereka adalah anak kelas 9 SMP (teman sekelasnya CJ), tapi diatas segalanya mereka sangat menghargaiku dan bisa menerima kehadiranku dengan baik, maka terbentuklah nama 'Nhufhida10' sebagai simbol dari persahabatan kita bertiga.
Waktu pun terus berlalu, hingga akhirnya mereka berdua lulus dengan nilai terbaik, yang hanya beda beberapa angka saja. Aku sangat senang mendengar hal ini, dan tentu saja mereka berdua akan melanjutkan sekolahnya di MA pondok ini juga, yang membuatku lebih senang lagi.
Ditahun kedua aku mondok, NHH dan SHG sudah naik kelas 10 MA, yang pastinya ada teman lama mereka yang tetap lanjut di situ, dan ada teman baru lagi dari SMP luar, persahabatan kami pun sebenarnya tetap ada, tapi terasa seperti singkat. Karena kesibukan-kesibukan yang terus bertambah, dan suasana pondok yang terus berubah.
Aku tetap menjadi diriku sendiri sebagaimana saat aku berani melangkahkan kedua kaki seorang diri di atas panggung muhadhoroh itu, melawak tunggal di atas sana. Masih belum ada kelas lain yang berani mengikuti tradisi kelasku ini, selalu disisipkan stand up comedy ditengah atau diakhir rangkaian acaranya.Â
Hingga pada pertengahan tahun, mulai ada lagi yang nge-fans ke aku. Adalah anak kelas 7 SMP, sebutlah NK namanya, bersaing dengan teman-teman sekelasnya untuk bisa mencari-cari perhatian dariku. Alih-alih tentang 'kadek' juga sudah sampai di telinga mereka yang masih terhitung santri baru ini. Berbicara soal itu, bukannya nggak peka, tapi aku nggak mau ambil pusing.
Beberapa bulan lagi penghujung tahun kedua ini, aku malah bersahabat lagi dengan anak-anak kelas 8 SMP (bukan angkatannya N3, dianya itu sudah kelas 9). Nama persahabatan mereka sudah ada. Adalah Nine Saranghae namanya, atau masing-masing dari personil mereka sering aku panggil dengan panggilan 'saudari' kemudian di tambahkan nama mereka sendiri.Â
Mereka menerima kehadiranku dengan tangan terbuka dan di atas segalanya mereka telah mengajarkanku sesuatu yang tak pernah aku dapatkan dari siapapun sebelumnya. Tapi persahabatan mereka ini sempat retak dan akhirnya berganti nama menjadi Ghostlintas diakhir bulan tahun kedua ku ini.
Ditahun ketiga aku mondok, aku sudah menjadi kelas ujian, dan harus selalu terjaga mental dan fisiknya agar tidak jatuh sakit, supaya bisa mengikuti ujian tryout dan ujian akhir dengan baik. Tapi manusia hanya bisa merencanakan, dan pastinya Allah lah yang menentukan.
Tahun dimana bertepatan dengan POSPENAS VIII, yang membuat teman-teman sekelasku bersikeras untuk bisa ikut lomba seperti ini, karena sebentar lagi kami akan lulus dari pondok, jadi alangkah indahnya jika bisa mengikuti beberapa cabang lomba itu, minimal supaya ada kenangannya lah, meskipun nggak dapat juara. Aku pun akhirnya dipilih sebagai utusan pondok, di cabang lomba stand up comedy. Dan alhamdulillah dapat juara 2 ditingkat pospeda.
Mengetahui hal ini, santri lama sebenarnya sudah biasa mendengar lawakan-lawakan pamungkas yang biasa di bawa olehku itu di panggung muhadhoroh. Tapi tidak lagi bagi santri baru, rasa penasaran mereka mengalahkan egonya.Â