Meski di tempat yang berbeda, namun beratapkan Langit, bulan dan bintang yang sama.
Digelap hening dan bayang yang terus melintas di dalam benak, serta covid-19 yang selalu menunda segalanya.
Aku selalu rindu.
Senyummu yang candu, seperti irama yang syahdu, yang keluar dari petikan nada tali senar gitarku.
Wajahmu selalu mengisi mimpi-mimpiku, tawa serta hembusan nafasmu menjadi musik favoritku.
Semua hal tentangmu, aku rangkum jadi satu.
Malam ini dari balik covid-19, ada rindu dan harapan untuk secepatnya kita bertemu.
Satu-satunya cara agar bisa menepis hal itu (Rindu).
Aku mulai berjalan, menyusuri tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, jalan-jalan yang pernah kita lalui, dan kedai-kedai yang pernah kita singgahi.
Sering kali juga, aku selalu membuka chat whatsapp kita, yang penuh canda dan tawa, suka maupun duka yang kita lalui berdua.
Aku tertawa mengingat kebodohan yang pernah kita lakukan saat sedang berdua.
Bahagiaku bisa menjadi bagian dari hidupmu. walaupun hanya dengan cara yang sederhana.
Teruntukmu, malam ini aku rindu. Semoga covid-19 cepat berlalu, agar rindu ini tak berlarut-larut dan semoga kita segera bertemu.
Manado, 01 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H