Mohon tunggu...
Eurica Wijaya
Eurica Wijaya Mohon Tunggu... -

pencuri kata kacau dan galau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keadilan

8 Maret 2012   02:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Kompasiana, sekedar ingin me-review ilmu yang saya dapat kemarin pada Seminar Internasioanl yang digelar oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa di Kampus saya yang berbicara tentang Revitalisasi Keadilan Sosial. Sekarang saya review menurut saya aja ya, jadi kuliah deh, hehehe.

Apa sih keadilan sosial itu? Keadilan ialah menyeimbangkan, menyamakan, memberi tempat pada semua pihak. Ketika keadilan mulai diganggu oleh oknum yang nggak bertanggungjawab akan menjadi sangat bahaya kan?. Coba aja kita lakukan sama keluarga kita sendiri deh buat contoh paling kecilnya ketika kita lebih mementingkan teman-teman kita ketika kita mulai beranjak dewasa dan tidak memerhatikan bahkan tidak memberi ruang sedikitpun kepada keluarga untuk mengetahui keadaan kita otomatis keluarga akan merasa tersisih oleh perilaku kita. Ujung-ujungnya, mama ngomel-ngomel, papa berbalas nyuekin kita dan adik kita sendiri sebagai imitator juga ikut-ikutan. Malah jadi contoh nggak baik dan membuat kita apatis. Bayangkan sekarang hal seperti itu terjadi sama aparat penegak hukum yang sewenang-wenang menjadikan duit sebagai tiket untuk memperoleh keadilan. Hukum memang ilmu disiplin yang strict untuk menegakkan yang namanya "KEADILAN". Wah, wah, wah kok jadi begini ya. Kalau begini caranya, bukan adil namanya tapi mematil biar pada nggak sadar hukum dong?. Ini hal yang simpel kan, saya cuma berkaca sama kasus yang berdesus di televisi sepanjang hari meneriakkan keadilan tapi seakan yang diteriaki cuma tutup telinga. Coba lihat, betapa rakyat ingin memberangus hal tersebut. Menangis-nangis darah sampai ngesot juga nggak akan ada harganya. Kalau kata dosen saya negara ini negara yang bukan-bukan, kenapa?. Negara kesatuan tapi diajak bersatu nggak mau, negara persatuan tapi kelihatannya terpecah belah karena perbuatan yang seperti itu. Adil nggak sih ketika jam tangan seorang petinggi Senayan berharga satu rumah yang mewah dan amat-sangat-luas dan bisa menampung yatim piatu yang ditinggal orang tuanya, entah ditinggal mati, ditinggal karena malu punya anak diluar nikah. Ini adil nggak sih?. Adil bagi mereka karena mereka yang cari duit siang malam. Nggak adil bagi mereka yang cari duit siang malam tapi usahanya nggak bisa berkembang. Ini keadilannya yang salah dimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun