Para dai, ulama, dan umat coba belajarlah pada makanan dan profesi. Makanan itu beragam, ada sop buntut, nasi cumi, gimbal tempe, tahu bulat, sate, gule dan otak-otak bandeng, Profesi juga beragam. ada tukang parkir, tukang ojek, tukang gojek, pengusaha, pengacara, pemadam kebakaran, wartawan, tenaga medis, teknisi dan sebagainya. bayangkan kalau kita hidup cuma ada cumi. Tentu orang tua sering sambat asam urat. Pun kalau pekerjaan di dunia ini cuma ada dokter saja. tentu kita sambat cari pedagang nasi cumi.
Sampai disini saya sependapat dengan salah satu kejernihan ilmu di Maiyah, bahwa kebenaran itu input. sedapat mungkin kebenaran itu tidak ditunjuk-tunjukkan ke orang. kebenaran harus disembunyikan dalam-dalam. kebenaran ibarat dapur. Sedang outputnya adalah masakan enak amal sholeh kita. kita selalu baik pada orang, toleransi, saling menjaga hati saudara seiman kita, tidak gampang anggap yang berbeda kita sama dengan musuh. Tidak gampang anti-mengantikan. Kecuali satu, Antimo. Hehehe. Salam hangatku untuk para sedulur maiyah dan khususnya sahabat umat islam sedunia.
Gresik, 17 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H