Oleh: Ahmad Sholeh
Bismillahirrahmanirrahim
Pergolakan arus globalisasi nampaknya memang sudah menjamur, bukan hanya perdagangan yang semakin bebas pertukaran budaya pun semakin menimbulkan gesekan terhadap identitas dan moralitas bangsa. Shocking culture yang terjadi akibat maraknya penampilan ataupun pendoktrinan secara tidak langsung dari orang-orang barat membuat sedikit keresahan, bangsa kita seakan dibodohi dengan kebiasaan-kebiasaan yang perlahan menggerus “kebisaan” kita untuk berkreasi menjadi bumerang terhadap agama dan bangsa kita sendiri.
Akhir-akhir ini mulai bergentayangan di Youtube video yang berisi tarian-tarian yang sama sekali tidak mencerminkan identitas dan moralitas bangsa, bahkan tidak beraqidah. Salah satu video yang saat ini banyak beredar dan memiliki rating tinggi di youtube yaitu tarian “Harlem Shake”, tarian yang berasal dari sebuah daerah bernama Harleem, New York A.S ini ternyata banyak menyita perhatian para penggemar situs tersebut. Tarian aneh yang dimulai oleh satu orang kemudian diikuti oleh orang-orang sekitarnya dengan gaya bebas tak beraturan ini ternyata memiliki daya tarik bagi penikmat dan pelaku tarian tek jelas tersebut tanpa tahu esensi dari tarian tersebut. Banyak sekali, bukan ratusan lagi bahkan ribuan yang membuat turut serta membumikan tarian tersebut dengan mengunggah video tarian Harleem Shake dengan versinya masing-masing, hal ini banyak menimbulkan kontroversi dan kekisruhan. Harleem Shake yang umumnya dilakukan oleh sekelompok orang yang berpakaian aneh, bertopeng, bahkan sekarang banyak bermunculan versi kantoran dan anak-anak sekolahan.
Miris, ketika melihat pelajar atau bahkan mahasiswa yang melakukan tarian ini. Mereka generasi penerus yang harusnya bisa memfilter budaya yang masuk ke dalam budaya kehidupan bangsa kita malah menikmati video tersebut bahkan ikut-ikutan membuat video tarian tersebut dan mungkin mereka tak tahu asal usul adanya tarian tersebut. Tarian tersebut adalah tarian seorang pemabuk bernama Albee (AL B) yang berasal dari Harleem, New York A.S yang ada sejak tahun 80an (menurut beberapa sumber) yang kemudian mengalami sedikit modifikasi pada tahun 2000an.
Jika kita telaah dari segi sejarah, tentu tarian tersebut sangat tidak sesuai dengan falsafah negara kita yaitu pancasila dan apakah tarian itu sesuai dengan moralitas bangsa??. Jika diteropong dari segi agama pun tarian tersebut tidak memiliki esensi apapun, bahkan hanya bersifat hura-hura dan parahnya lagi mengandung gerakan-gerakan yang mengandung unsur pornoaksi (yang bisa menimbulkan syahwat) yang seharusnya bisa lebih dicermati oleh seluruh lapisan generasi bangsa ini apalagi jika dilihat dari segi seni dan pendidikan, mungkin bagi sebagian orang bahkan sebagian banyak orang tarian tersebut menarik dan asik untuk dilakukan tapi apakah itu benar-benar seni?? Dimana letak estetikanya?? Apakah tarian itu mendidik??? Mungkin jawabannya relatif dan pasti banyak pro dan kontra, namun hal inilah yang seharusnya bisa kita filter apakah budaya seperti ini layak masuk kedalam tatanan kehidupan kita??. Seharusnya kita bisa menjadi pelopor peradaban, bukan malah terjerumus dan ikut-ikutan dengan masa-masa edan yang seharusnya masih bisa kita kontrol.
Fenomena tersebut mungkin hanya secuil dari pembuktian bahwasannya negara kita saat ini tengah dijajah secara tidak langsung dan penjajahan itu bisa dibilang sukses karena ternyata banyak sekali yang tidak sadar dengan hal itu.
Mulailah dari diri sendiri, harusnya kita resah dengan kehadiran budaya yang tidak sesuai dengan identitas, falsafah dan moralitas bangsa Indonesia ini bahkan tidak beraqidah. Seperti halnya tarian “Harleem Shake” yang seharusnya kita kaji terlebih dahulu.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan segala yang baik baiknya kita upayakan dengan maksimal dan ikhlas. “Penindasan adalah menganggap diri kita lemah, bodoh dan tak punya apa-apa.. sementara diri kita yang sebenarnya adalah potensi yang bisa dimaksimalkan. (Ahmad Sholeh)”. Semoga bermanfaat. Akhirul kalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H