Perjalanan ke Menggunakan Ketek
Puas mengelilingi Kampung Al-Munawar, saya pun melanjutkan destinasi berikutnya yakni ke Pulau Kemaro, dengan menggunakan ketek tentunya.Â
Perjalanan dari Kampung Al-Munawar hingga Pulo Kemaro cukup jauh sehingga dapat memakan waktu 20-30 menit. Tapi selama di perjalanan saya benar-benar menikmatinya, karena saya melihat banyak sekali pemandangan masyarakat Kota Palembang.Â
Saya melewati dermaga Pusri, di sana terdapat kapal kapal besar yang mengangkut batu bara. Selain itu, berbagai macam alat alat proyek batubara (saya tidak tau namanya) menjadi daya tarik mata saya.Â
Saya juga melewati Pom bensin ketek. Tempatnya begitu unik, karena merupakan kapal terapung yang didalamnya terdapat banyak bahan bakar bensin yang sudah dimasukan dalam kemasan botol. Sontak saja mata saya tak lepas dari pandangan perahu itu.Â
Saya juga menemukan anak-anak yang sedang berenang bebas tanpa alat pengaman di Sungai Musi. Melihat mereka tertawa dan bermain air dengan lepas dan bebas, membuat saya sedikit tersenyum dan menyadari bahwa dunia saya sudah tidak seperti mereka lagi (saya sudah mulai beranjak dewasa) hahaha. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di dermaga Pulo Kemaro.
Pulo Kemaro
Saya begitu mengagumi Pulau ini sedari saya masih duduk di bangku SMP karena mengetahui sejarah terbentuknya Pulau ini yang begitu unik.Â
Konon katanya, Pulo Kemaro terbentuk karena sepasang kekasih yang melompat ke sungai musi hingga akhirnya terbentuklah gundukan pasir yang lama lama membesar hingga membentuk sebuah pulau. Uniknya pulau ini tidak pernah banjir meskipun air sedang pasang, sehingga pulau ini dinamakan Pulo Kemaro.
Masyarakat Palembang biasanya menyebutnya Pulo Kemaro. Tone warna dari bangunan di Pulau ini didominasi oleh warna merah dan reliefnya bangunannya cenderung menyerupai naga.Â