Sosial yang damai
Tepo seliro menawarkan kita untuk bersosial dengan cara kita dapat menghargai orang lain. Dengan kita mengamalkan konsep dari tepo seliro maka dalam kehidupan kita akan lebih terasa damai dalam berkomunikasi dan akan lebih mengedepankan nilai-nilai sosial yang tidak bertantangan.
Tepo seliro itu tidak hanya soal toleransi kepada orang lain. Tepo seliro itu soal kerelaan dan kemurahan hati untuk mendahulukan orang lain. Mungkin ini yang akan menjadikan moralitas kesusilaan. Moralitas kesusilaan versus egoisme atau nafsu syabi'ah. Tepo seliro itu juga soal selalu mengasah rasa malu. Malu untuk berbuat sesuat yang bertentangan dengan moralitas kesusilatan dan tatakrama sosial. Konon katanya menurut para bijak bestari, malu adalah salah satu darii kualitas kemanusiaan. Dari rasa malu menjadi dasar untuk berbuat kebenaran dan dasar untuk berbuat kebenaran dan keadilan. Tanpa rasa malu, egoisme dan ketidakadilan akan mengangkangi (Dikutip dari bpip.go.id).
Dengan kita telah mengedepankan nilai-nilai sosial maka kita akan merasakan malu terhadap orang lain ketika kita melakukan sebuah tindakan yang bertantangan dengan nilai sosial. Hidup memang bebas. Akan tetapi apakah setiap kebebasan orang kebebasan kita juga. Hidup sesukamu, semua yang kamu lakukan ada di tanganmu, entah itu hasil yang baik maupun yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H