Mohon tunggu...
Zulkarnain Nggiu
Zulkarnain Nggiu Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran

(Son of Effendi Nggiu with Sa'dia Martanom) "Tapi tak semua orang Jalannya itu Jalani sendiri Jalan ninjamu Lagipula hidup Sebebas itu Jadilah apapun Yang kamu rindu"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Seni Bersikap Santuy

28 Desember 2022   13:10 Diperbarui: 2 Januari 2023   19:35 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SENI BERSIKAP SANTUY LEWAT STOISISME DIKOTOMI KENDALI
Oleh : Zulkarnain Nggiu

Telah banyak dari kita menjalani kehidupan dalam jangka panjang dengan keadaan merasa hidup ini tidak nyaman, adil, tidak sesuai ekspetasi, padahal kita telah berusaha sebaik mungkin terhadap apa yang kita lakukan.

Menjalani kehidupan tidak lepas dari emosi-emosi yang negatif seperti rasa kecewa, sedih, takut, gelisah, bersalah dll. Memang emosi yang negatif dalam diri bawaan dari lahir akan tetapi ketika berlebihan tanpa adanya pengontrolan bisa membuat kehidupan semakin tidak nyaman.

Tanpa disadari emosi negatif itu menetap di dalam diri tanpa pengontrolan dan pengolahan untuk emosi itu, kita hanya ikut sesuai alur berjalannya dan tidak mengontrol secara maksimal terhadap apa yang ada di dalam diri.

Merasa kecewa atau marah terhadap tindakan orang, penilaian, perkataan sehingga mendatangkan emosi-emosi yang negatif, padahal itu terjadi tidak semua dalam keadaan kendali kita.

Apakah bisa kita keluar dari zona dimana dalam fase yang kurang ideal dalam hidup?, Kita bisa hidup lebih santuy untuk menjalani kehidupan lewat Stoisisme Dikotomi Kendali, mari kita sharing sedikit untuk membuat hidup sedikit lebih tenang dan sehat.

STOISISME
Stoisisme adalah aliran filsafat yang membantu kita mengontrol emosi negatif dan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki sekarang (bepresent).

Cakupan yang ada di aliran ini antara lain yaitu penerimaa keadaan yang tidak bisa kita ubah, mengubah apa yang bisa kita ubah, serta kebijaksanaa untuk tahu perbedaan antara keduanya. Intinya, kita sebagai manusia dilatih untuk dapat merespon segala sesuatu secara rasional. (dikutip dari bfi.co.id).

Aliran filsafat ini melatih diri kita untuk antisipasi menciptakan emosi-emosi negatif yang berlebihan sehingga merugikan bagi diri kita. Stoisisme mengajarkan kita bahwa hidup ini tidak monoton, apa yang kita miliki akan rusak atau hilang. Tak terkecuali dari harta, jabatan dan orang yang kita sayang.

DIKOTOMI KENDALI
Simpelnya Dikotomi Kendali Adalah pemahaman soal bagaimana kita dalam kehidupan ini harus bisa membedakan hal mana yang bisa kendalikan dan hal mana yang tidak bisa di kendalikan. Dikotomi Kendali adalah salah satu prinsip dari beberapa prinsip yang ada dalam aliran Filsafat Stoisisme.

Hal-hal yang di luar kendali kita antara lain:
-Opini orang lain. Seperti pendapat orang lain terhadap diri kita.
-Kondisi saat kita lahir, Seperti jenis kelamin, orang tua, saudara-saudara, etnis/suku, kebangsaan, warna kulit.
-Segala sesuatu di luar pikiran. Seperti cuaca, gempa bumi, dan peristiwa alam lainnya.


Hal-hal yang bisa kita kendalikan:
-Pertimbangan [judgment], opini, atau persepsi kita.
-Keinginan kita.
-Tujuan kita.
-Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.
(dikutip dari filososfi teras hal 48).

Terkadang kita merasa kecewa atau marah itu timbul ketika mengkhawatirkan tentang hal yang tidak bisa di kendalikan. Misalnya sikap kita ke orang lain yang menurut kita tidak merugikan, hal yang bisa kita kendalikan adalah bersikap sebaik mungkin dengan versi kita dan menjaga agar tidak merugikan bagi orang lain, tapi perihal kita dinilai orang bahwa sikap kita merugikan, itu bukan lagi ada di dalam kendali.

Seharusnya kita tidak perlu memikirkan hal yang tidak ada dalam kendali, karena itu tindakan yang tidak masuk akal, ketika memaksakan penilaian orang terhadap diri kita harus baik.

Prinsip Dikotomi Kendali ini bisa diterapkan di segala aspek kehidupan. Kita seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan dengan hasil. Karena, hasil adalah sesuatu di luar kendali. Fokus sama hal yang bisa di kontrol.

Dalam prinsip Dikotomi Kendali ketika kita terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa dikontrol adalah tindakan yang tidak rasional dan melawan hukum alam. Jadi berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang bisa dikontrol. Bukan berarti pasrah terhadap kehidupan, tapi berusaha santuy terhadap hal yang ada di luar kendali.

Menurut  Marcus Aurelius  "Kamu memiliki kendali atas pikiranmu bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan" (dikutip dari filosofi teras hal 71).

Dikotomi Kendali Stoisisme prinsipnya sederhana, tapi dalam praktiknya tidak sesederhana itu. Kita mesti melatih diri untuk bisa menerima apa yang di takdirkan. Mulai sekarang coba bedakan apa yang termasuk dalam kendali dan tidak dalam kendali kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun