Hal-hal yang bisa kita kendalikan:
-Pertimbangan [judgment], opini, atau persepsi kita.
-Keinginan kita.
-Tujuan kita.
-Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.
(dikutip dari filososfi teras hal 48).
Terkadang kita merasa kecewa atau marah itu timbul ketika mengkhawatirkan tentang hal yang tidak bisa di kendalikan. Misalnya sikap kita ke orang lain yang menurut kita tidak merugikan, hal yang bisa kita kendalikan adalah bersikap sebaik mungkin dengan versi kita dan menjaga agar tidak merugikan bagi orang lain, tapi perihal kita dinilai orang bahwa sikap kita merugikan, itu bukan lagi ada di dalam kendali.
Seharusnya kita tidak perlu memikirkan hal yang tidak ada dalam kendali, karena itu tindakan yang tidak masuk akal, ketika memaksakan penilaian orang terhadap diri kita harus baik.
Prinsip Dikotomi Kendali ini bisa diterapkan di segala aspek kehidupan. Kita seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan dengan hasil. Karena, hasil adalah sesuatu di luar kendali. Fokus sama hal yang bisa di kontrol.
Dalam prinsip Dikotomi Kendali ketika kita terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa dikontrol adalah tindakan yang tidak rasional dan melawan hukum alam. Jadi berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang bisa dikontrol. Bukan berarti pasrah terhadap kehidupan, tapi berusaha santuy terhadap hal yang ada di luar kendali.
Menurut  Marcus Aurelius  "Kamu memiliki kendali atas pikiranmu bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan" (dikutip dari filosofi teras hal 71).
Dikotomi Kendali Stoisisme prinsipnya sederhana, tapi dalam praktiknya tidak sesederhana itu. Kita mesti melatih diri untuk bisa menerima apa yang di takdirkan. Mulai sekarang coba bedakan apa yang termasuk dalam kendali dan tidak dalam kendali kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H