Mohon tunggu...
Evan Seftian Muzaki
Evan Seftian Muzaki Mohon Tunggu... Guru - Pena Wong Cilik

Manusia Paling Biasa-Biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Pendidikan Nasional: Jangan Anggap Pohon Kelapa Lebih Baik dari Pohon Mangga

2 Mei 2020   14:20 Diperbarui: 2 Mei 2020   15:46 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hal yang sejatinya merupakan nilai utama manusia dalam  menjalani kehidupan menjadi agak samar jika kita terus menerus menghamba pada modernitas.

Misalnya dalam dunia pendidikan, manusia yang pada hakikatnya sudah diberi kelebihan masing-masing oleh Tuhan, diubah menjadi mesin yang tak mengenal dirinya sendiri. Ini juga akan berpengaruh pada bagaimana respon orang tua dalam melihat perkembangan seorang anak.

Orang tua sekarang ini sebagian besar cenderung menuntut anaknya untuk mendapatkan prestasi dengan nilai sebesar-besarnya pada kertas raport mereka. Tanpa disadari hal ini menjadi sebab bagaimana anak atau peserta didik kehilangan kesempatan mereka untuk mengasah kemampuan dan keahlianya dengan tekun, karena sudah diseragamkan oleh dorongan orang tua dan sistem pendidikan yang ada.

Sadar ataupun tidak, asumsi masyarakat kita tentang pendidikan formal sama sekali sudah memberangus serta mematikan potensi dan kemauan yang dimiliki oleh anak-anak kita. Bagaimana mungkin anak-anak kita harus menguasai semua bidang mata pelajaran tanpa ada satupun yang mereka tekuni dengan intensitas belajar yang lebih banyak.

Anak-anak kita hanya dituntut untuk belajar dan belajar tanpa memperhatikan dan meneliti kelebihan apa yang sesungguhnya Tuhan berikan kepadanya yang sudah pasti setiap anak mempunyai fadhilah atau keistimewaan yang berbeda. Sederhananya, bukankan seorang Atlit nasional tidak terlalu membutuhkan ilmu kimia, seorang seniman musik terkenal tak terlalu membutuhkan ilmu biologi dan lain sebagainya.

Jika anak kita diibaratkan pohon, kita tidak bisa menilai pohon kelapa lebih baik daripada pohon mangga hanya karena bentuknya yang lebih tinggi, karena pohon kelapa memang diciptakan sedimikaian rupa oleh Tuhan dengan kelebihannya sendiri dan juga pohon mangga diciptakan dengan kelebihanya yang khas pula.

Begitu juga dengan anak-anak kita, yang mempunyai kelebihan dan keistimewaan masing-masing oleh Tuhan. Sehingga tugas dari tenaga pendidik dan orang tua adalah untuk membimbing mereka menemukan kelebihanya, bukan untuk menyeragamkan dan menjadikan anak kita mesin produksi dan menjalani hidup tannpa perasaan gembira yang ditimbulkan dari rasa keterpaksaan atas kemauan dari orang-orang di sekelilingnya.

Oleh karena itu, momen hari pendidikan nasional ini bisa kita jadikan sebagai acuan untuk menciptakan iklim pendidikan yang lebih lebih baik lagi. Karena sejatinya pendidikan adalah hal terpenting yang harus kita laksanakan dengan baik dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberikan kita keistimewaan berupa akal untuk menjalani kehidupan.  Hentikan tuntutan-tuntutan dan egoisme dari kita sebagai orang tua dan tenaga pendidik untuk menjadikan anak sesuai yang kita inginkan , dan biarkan anak menemukan hakikat dirinya dalam menjalani kehidupan di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun