Mohon tunggu...
Evan Seftian Muzaki
Evan Seftian Muzaki Mohon Tunggu... Guru - Pena Wong Cilik

Manusia Paling Biasa-Biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal Prasangka Baik untuk Covid-19

19 April 2020   15:16 Diperbarui: 19 April 2020   15:16 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus corona atau yang belakangan ini kita sebut Covid-19 memberi catatan hitam bagi sejarah peradaban umat manusia. Pandemik yang satu ini berhasil meluluhlantahkan segala aspek kehidupan manusia baik ekonomi, sosial, politik bahkan sampai hal kecil semacam bersalaman dengan tetangga atau ngobrol di warung kopi seakan menjadi dosa besar untuk dilakukan. Terlepas dari Asbabun Nuzul dan bagaimana virus itu dibuat entah itu virus alami atau buatan, Covid 19 sudah benar meruntuhkan kelanggengan sistem hidup manusia yang penuh dengan prioritas nilai keduniawian.

Akan tetapi, tidak adil rasanya jika kita menilai makhluk Allah yang berbentuk virus ini hanya dari sisi yang dianggap merugikan saja. Pernah kudengar dari seorang tokoh yang menyebut bahwa Tuhan Maha paradoks , atau mungkin bisa kita tafisirkan perkataanya bahwa semua yang diciptakan Tuhan mempunyai sifat paradoks-nya masing-masing. 

Bahwa oksigen selain bisa membuatmu tetap bernafas tetapi juga membuat sel-sel tubuhmu menjadi tua, bahwa seorang PSK di pinggir jalan juga mempunyai kebaikan karena telah memberikan kepuasan batin bagi supir truk, sehingga bisa mengantarkan barang dan bahan makanan yang akhirnya dikonsumsi dan menghidupi orang banyak.

Jika seorang PSK saja bisa kita lihat sisi kebaikan dan manfaat dalam menjalankan perannya di dunia ini, apakah kita tidak sama sekali mengambil sisi kebaikan dari datangnya covid 19 ini ?  Bahkan bisa jadi benar bahwa Tuhan mempersilahkan covid 19 menjajahi bumi untuk dijadikan sebagai anti virus dari makin maraknya virus di bumi yang bernama "Keserakahan Manusia".

Covid 19 setidaknya membawa manusia kepada kebaikan-kebaikan yang tak pernah mereka lakukan pada hidupnya ketika keadaan normal tanpa ada masalah apapun. Adanya virus ini membuat manusia sering berdo'a, berbondong-bondong mencuci tangan lahir batin dan berwudhu, bahkan ada sekelompok manusia yang tiba-tiba menjadi seorang yang religius dengan memprotes adanya pembatasan dan peniadaan sholat jamaah dan sholat jum'at di masjid-masjid di seluruh Indonesia. 

Hal itu menunjukan bahwa salah satu kebaikan covid 19 adalah mampu menjadikan beberapa manusia mengingat dan mencoba mempertahankan ajaran-ajaran agamanya supaya berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada gangguan apapun, meskipun tindakan itu dibarengi dengan pemikiran yang cenderung sempit.

Kebaikan covid 19 yang kedua adalah sesuatu yang harusnya manusia syukuri dengan adanya wabah ini, yakni bagaiamana manusia dipaksa oleh Tuhan untuk hidup sederhana dan meninggalkan kehidupan mereka yang cenderung hedonis. Pusat perbelanjaan atau mall dengan berbagai produk dan makanan cepat sajinya menjadi sepi karena ketakutan yang diderita manusia dengan adanya wabah ini yang menular secara cepat. Orang lebih memilih dirumah, merasakan nikmatnya hidup sehari-hari bersama keluarganya meskipun hanya bisa makan seadanya yang ada di dapur entah itu  mie instan ataupun telur dadar biasa.

Ketiga, manusia yang cenderung membanggakan kota sebagai pusat perekonomian, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami sebuah pergeseran pandangan dengan adanya wabah yang satu ini. Ribuan pemudik sampai saat ini membuktikan bahwa manusia kota mendambakan hidup dengan ketenangan dan ketentraman yang selama ini dirasakan oleh manusia desa. Terlepas dari kota sebagai pusat menyebarnya virus ini, kota memang menjadi tujuan bagi orang-orang yang mencari pekerjaan dan memperbaiki keadaan ekonominya seakan-akan Tuhan hanya menurunkan rizki dan ilmu-Nya di kota-kota besar saja. 

Pandangan mereka seketika berubah dengan adanya ada wabah ini, selain desa dijadikan sebagai tempat melarikan dan menyelamatkan diri, desa juga menawarkan kepada mereka (orang kota) sesuatu yang tidak bisa mereka temukan di kota manapun, yaitu ketenangan dan kemerdekaan manusianya yang tak takut besok mau makan apa karena manusia desa yakin bahwa "Apapun yang ia kerjakan di hari itu, itulah pekerjaannya" baik itu bertani, berkebun di depan rumahnya, tukang penek (tukang panjat pohon),  menjual hasil alam, ternak jangkrik dan lain sebagainya.

Saat ini masyarakat terutama pemerintah sudah membuat dan merencanakan berbagai upaya preventif supaya virus ini tidak bertambah menyebar ke bebagai daerah. Kebijakan seperti PSBB (Pembatasan sosial berskala besar) juga sudah dilakukan terutama di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Akan tetapi, terlalu naif rasanya jika kita mencari solusi untuk menghadapi masalah ini dengan pemikiran yang terlalu parsial tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang menyeluruh dan juga berpengaruh dalam masalah ini. Kita tidak bisa dengan mudah memaksa orang untuk berdiam diri di rumah dan meninggalkan pekerjaannya. 

Kebijakan yang mungkin cocok untuk orang yang bekerja di depan komputer mereka tapi tidak untuk seorang yang pekerjaannya harus berkeliling menjualkan daganganya atau menunggu orderan di persimpangan jalan dari seseorang yang ingin menggunakan jasanya seperti tukang ojek online atau angkutan umum lainya. Bagaimana bisa sesuatu dianggap kebijakan tetapi justru membuahkan ribuan karyawan di PHK, tanpa ada jaminan pendapatan lain, kehilangan pekerjaanya dan terputuslah sumber penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Semoga pemerintah bisa memikirkan hal-hal semacam itu untuk menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya sehingga semua pihak bisa bersama-sama berkontribusi dalam mencegah penyebaran wabah ini.

Bisa jadi masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang dibawa oleh wabah ini tergantung bagaimana kejelian seseorang mencari kebaikan dalam sebuah musibah dan kejadian yang Tuhan berikan. Berapapun kerugian manusia yang disebabkan oleh wabah yang luar biasa ini, saya yakin ada juga berbagai sisi positif yang Tuhan sematkan pada musibah ini. Semoga kita senantiasa bisa menghadapi masalah-masalah ini dengan rasa persaudaraan yang semakin erat dan semoga Tuhan memberikan kemurahan-Nya untuk segera mengakhiri pagebluk ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun