Mohon tunggu...
Evan Seftian Muzaki
Evan Seftian Muzaki Mohon Tunggu... Guru - Pena Wong Cilik

Manusia Paling Biasa-Biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wabah Corona, Erupsi Gunung, dan Kaitannya dengan Sabdo Palon Noyo Genggong

17 April 2020   19:55 Diperbarui: 15 Juni 2021   11:15 4422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kepercayaan masyarakat terutama yang berkaitan dengan identitas kesukuan memang tidak luput dari sejarah dan cerita yang berasal dari masa lampau. Manusia (bagi yang percaya ) tidak henti-hentinya menafsirkan dan mengartikan berbagai kejadian masa kini yang bisa dikaitkan dengan cerita yang terjadi di masa lampau, meskipun itu terdengar konyol bagi sebagian orang yang tidak mempercayainya. 

Kita kembalikan bahwa setiap suku, etnis ataupun kelompok manusia mempunyai sejarahnya masing-masing yang saya kira perlu untuk kita pelajari terus menerus. Salah satunya adalah orang/masyarakat jawa yang mempunyai pandangan dan konsepmya tersendiri dalam menafsirkan berbagai hal.

Baca juga: UU Cipta Kerja Salah Ketik, Kajian Filsafat Platon, dan Sabdo Palon Noyo Genggong

Sama halnya dengan kelompok masyarakat lain, orang/suku jawa mempunyai pandanganya sendiri dalam melihat suatu kejadian yang terjadi pada masa kini. Orang jawa yang mempunyai kebiasaan otak atik gathuk (cocoklogi) membuat mereka sering mengaitkan kejadian masa kini dengan cerita atau kepercayaan yang ada sejak zaman dahulu. Tetapi semua itu orang jawa yakini dalam rangka menjaga spiritualitas dan kepercayaannya kepada Tuhan yang berhak atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. 

Salah satu cerita atau kepercayaan yang belakangan ini menjadi perbincangan pada masyarakat jawa adalah cerita tentang Sabdo Palon Noyo Genggong yang dikaitkan dengan fenomena yang terjadi belakang ini seperti wabah penyakit, erupsi gunung dan lain sebagainya.

Dan pada kesempatan kali ini penulis yang juga berposisi sebagai orang jawa ingin sedikit mengambil sisi baik dari booming-nya konsep Sabdo Palon yang dikaitkan dengan fenomena akhir-akhir ini.

SIAPA SABDO PALON & NOYO GENGGONG?

Sebenarnya cukup sensitif dan perlu penelitian yang cukup panjang jika kita ingin sedikit mendeskripsikan cerita tentang sabdo palon ini karena terdapat berbagai versi dan sumber. Namun penulis yakin bahwa jika tulisan ini bertujuan untuk menambah rasa syukur dan bisa dijadikan sebagai pengingat kita sebagai manusia yang mempunyai garis hubung peradaban dengan para leluhur, maka kebaikan yang akan kita dapatkan.

Jika kita bertanya siapakah sebenarnya Sabdo Palon itu, maka saya rasa akan cukup sulit untuk mendapatkan jawaban pastinya karena terdapat beberapa versi. Tetapi menurut literatur yang penulis dapatkan, setidaknya ada dua versi yang menyebutkan siapakah Sabdo Palon itu dan apa yang ada dibalik sosok tersebut sehingga akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh kalangan masyarakat.

Versi pertama menjelaskan bahwa Sabdo Palon adalah penasehat raja - raja jawa yang pada suatu ketika kecewa pada salah satu raja jawa yang tidak patuh terhadap nasehatnya sehingga ia pergi menghilang dan menjadi semacam lelembut dan sebelum pergi sabdo palon mengingatkan kepada raja jawa tersebut akan menagih janji setelah 500 tahun.

Baca juga: Sabdaraja, Sabdo Palon, dan Fantasi Hancurnya Islam Jawa

Kemudian pada versi kedua, sabdo palon diceritakan sebagai penguasa tanah jawa yang membuat perjanjian dengan Syekh Subakhir atau orang yang pertama kali membawa ajaran islam ke bumi nusantara, dan lagi-lagi pada cerita versi kedua juga Sabdo Palon membuat perjanjian dengan Syekh Subakhir bahwa ajaran islam boleh masuk ke tanah jawa asal tidak boleh menghilangkan budaya dan adat istiadat jawa dan akan menagih janji tersebut 500 tahun setelahnya. Terlepas mana yang paling benar dari kedua versi tersebut, ada suatu persamaan dari keduanya yang sampai saat ini dikenal dengan istilah "Sabdo Palon Nagih Janji" yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan.

SABDO PALON NAGIH JANJI DAN FENOMENA AKHIR-AKHIR INI

Konsep Sabdo Palon Nagih Janji menjadi misteri yang sampai saat ini masih dipertanyakan kebenarannya.

Namun akhir-akhir ini hal tersebut ramai diperbincangkan bersamaan dengan  fenomena-fenomena seperti adanya wabah corona dan kabar erupsinya beberapa gunung di Indonesia. Menurut beberapa orang, fenomena-fenomena tersebut ada kaitannya dengan konsep Sabdo Palon yang akan menagih janji yang sudah dia ucapkan kepada para leluhur kita.

Namun beberapa sumber membuat saya bingung, apakah yang dijanjikan oleh leluhur kita adalah sebuah kehancuran umat manusia?, disini penulis mencoba mengambil sisi positif yang juga penulis dapatkan dari berbagai literatur tentang konsep Sabdo Palon nagih janji tersebut.

Wajar rasanya jika konsep ini menimbulkan suatu perdebatan karena memang dari awal cerita ini juga terdapat beberapa versi yang menceritakannya. Namun jika kita merujuk dari beberapa sumber, konsep sabdo palon nagih janji tidak serta merta berisi tentang kehancuran umat manusia di tanah jawa, bukan pula tentang akan dihilangkannya agama islam dari tanah jawa .

Konsep tersebut secara implisit merujuk pada bagaimana tanah jawa akan dikembalikan jati dirinya dari segala budaya luar yang saat ini sudah cenderung merusak budaya yang sudah leluhur kita ajarkan.

Budaya jawa memang mempunyai karakternya sendiri yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan dan spiritual.

Namun dengan berkembangnya zaman, budaya jawa semakin tersingkirkan bersamaan dengan masuknya budaya dari luar jawa itu sendiri. Sehingga muncul istilah seperti "wong jowo ilang jowone" (Orang jawa kehilangan jawa-nya). Oleh karena itu , mungkin ada salah satu poin pada perjanjian antara Sabdo Palon dengan Raja jawa dan Syekh Subakhir tentang pentingnya orang jawa menjaga tradisi dan budaya jawa meskipun sudah di izinkan agama islam masuk ke tanah jawa.

Baca juga: Kembalinya Sabdo Palon Pamomong Tanah Jawa

Jadi jika kita anggap wabah atau pagebluk dan semua fenomena yang terjadi saat ini adalah realisasi dari sabdo palon nagih janji, mungkin saya rasa kurang tepat . Karena yang ditekankan disini adalah bagaimana orang jawa dituntut atau ditagih untuk kembali ke jati dirinya sebagai manusia jawa.

Terlepas dari leluhur-leluhur jawa yang dianggap mempunyai peran dalam berbagai fenomena alam seperti gunung meletus lain sebagainya dan bisa saja jadi wabah serta fenomena alam ini dijadikan sebagai tanda atau patokan bahwa akan dikembalikannya jati diri orang jawa, saya rasa yang perlu kita lakukan atas semua fenomena ini adalah mencari nilai-nilai kebaikan yang bisa kita ambil.

Bukan maksud dari penulis untuk bersikap primordial atau terlalu membanggakan budayanya sendiri.

Penulis hanya ingin mencoba mengajak pembaca (terutama suku jawa) untuk sedikit kembali menegukan tradisi dan nguri-uri (melestarikan) apapun yang sebenarnya menjadi jati diri kita ditengah maraknya dampak globalisasi yang memungkinkan budaya luar bisa sangat mudah masuk kedalam masyarakat kita.

Bukan hanya kepada orang jawa saja,  penulis juga berpesan kepada semua suku apapun di Indonesia untuk tetap menjadi dirinya sendiri dengan melestarikan budaya yang sudah diajarkan leluhur masing-masing dan tetap saling menghargai perbedaan demi terwujudnya makna bhineka tunggal ika yang sejati.


Rahayu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun